CHAPTER 25

126 15 1
                                    


Ini chapternya panjang. Harusnya  bisa jadi dua chapter. Tapi yaudah
             lah ya, nggak papa.

  Vote dulu yuk, ramaikan kolom
               komentar juga ya.

                

                   Happy reading!

                   Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu harus ingat itu, Louis. Aku takkan pernah lupa, tangan mana yang menyambut aku disaat susah dan kaki mana yang melangkah pergi saat aku minta pertolongan."

  
                         ----------

Hawi memasukkan semua barang-barang kebutuhan kakaknya ke dalam ransel hitam. Seperti yang sudah direncanakan, hari ini mereka akan pergi ke pantai.

Haven terlihat sangat antusias. Sudah lama ia tidak pergi, kakinya merindukan deburan ombak.

"Hawi buruan napa ah! Lama banget, jangan sampe ada yang ketinggalan!"
seru Haven.
                

Hawi tidak menyahut. Namun, ia bisa mendengar suara kakaknya.

Haven masuk ke dalam kamar mandi sementara Hawi, cowok bisu itu sibuk mengemasi barang-barang kakaknya. Yang dibawa tidak banyak, hanya ada beberapa alat lukis dan obat-obatan.

Haven menutup pintu kamar mandi rapat-rapat. Ia lalu berdiri di depan cermin, Haven menyentuh kepala dan seketika rambutnya jatuh berguguran.

"Akhh...."Haven menatap helaian rambut yang ia genggam.

Ia sudah tahu kalau rambutnya akan mengalami kerontokan, meskipun begitu tetap saja semuanya terasa berat.

Haven beberapa kali mengambil napas panjang untuk menahan air matanya supaya tidak keluar. Cepat atau lambat, ia akan mengalami kebotakan. Itu sudah pasti.

"Abang udah selesai!"

Haven mengambil sebuah topi hitam yang tergeletak di atas wastafel, kemudian ia keluar.

"Ayo!"ujar Haven."Barang-barang gue, lo yang bawa."

Hawi mengangguk patuh. Ia lantas memakai tas ransel itu ke atas punggungnya.

"Abang, sebentar."Hawi mencekal lengan Haven.

Haven menoleh."Apa?"sahutnya.

"Ini dipake dulu."Hawi menyodorkan jaket miliknya.

Haven mendesis."Ini panas. Ngapain pake jaket? Nggak, gue nggak mau!"

"Abang udah janji bakal nepatin syarat  yang Hawi aku kasih, abang gak boleh sakit."

"Iya-iya, bawel lo."Haven mengambil jaket di tangan Hawi."Bacot bener ya lo,"ujarnya sambil memakai jaket itu.

Hawi dan Haven naik ke bus bersama mereka duduk di kursi yang paling belakang. Hawi sangat menjaga Haven seperti bayi.

KISAH SI BOTAK & BISU SELESAI✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang