EPILOG

249 19 1
                                    

   
                             Tiga bulan kemudian

Seorang laki-laki berperawakan tinggi menyerahkan kunci dengan bandul bebek berwarna kuning kepada Haven.

"Nih, kunci rumahnya."

Haven menerima kunci pemberian laki-laki itu.

"Nggak kerasa banget ya, lo nyicil beli rumah setahun akhirnya kelar juga."

Haven hanya diam mematung.

"Gue yakin adek lo pasti senang banget."

"View rumahnya juga bagus banget. Aesthetic, bangun tidur buka jendela langsing liat pantai."

Laki-laki yang berdiri di dekat Haven mulutnya masih bersuara."Btw, adek lo mana? Dia nggak ikut ke sini? Atau dia nggak mau tinggal di sini sama lo?!"

Haven mengambil pasokan oksigen dalam-dalam. Rasa sesak kembali menyergap dadanya.

Tanpa diketahui siapapun, selama ini Haven diam-diam menabung uang hasil jualan lukisannya untuk kredit membeli rumah. Alasan itulah Haven tidak pernah lagi memberikan Hawi uang saku, hingga membuat adiknya itu kerap jalan kaki dari rumah menuju sekolah.

"Adek lo itu, cowok atau cewek sih?"

"Gu-gue penasaran soalnya."laki-laki itu terkekeh.

"Cowok."jawab Haven.

"Oh, terus sekarang adek lo kemana? Kenapa dia nggak ikut? Ah, gue tau! Adek lo lagi main, ya?"

Haven menggeleng."Adek gue udah nggak ada,"balasnya dengan suara terdengar parau.

"Nggak ada? Maksud lo, adek lo udah meng... gal?"

Haven mengangguk.

Laki-laki itu terkejut. Ia benar-benar tidak menyangka, pasalnya dia tahu betul kalau Haven membeli rumah baru untuk adiknya, Hawi.

Namun, adiknya sekarang sudah tiada.

"Ma-maaf, Ven. Gue nggak bermaksud buat---"

"Nggak papa."

"Lo mau gue temenin nggak ke rumah baru lo?"tanya laki-laki itu, lantaran ia khawatir melihat wajah Haven yang sangat pucat.

Haven menggeleng, menolak tawaran laki-laki didepannya."Nggak usah, gue mau sendiri."

"Beneran?"

"Iya,"

"Nanti kalo ada apa-apa langsung telpon gue, ya."

Haven mengangguk. Ucapan laki-laki itu kembali membawa ingatannya jatuh kepada sosok Hawi yang sudah tiada.

'Nanti kalau ada apa-apa langsung telpon Hawi, ya.'

Haven melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah barunya tersebut. Ia membelikan rumah ini untuk Hawi karena ia ingin setelah dirinya sudah tidak ada, Hawi sudah tidak lagi tinggal bersama papa. Supaya Hawi nanti tidak merasakan kesakitan lagi dipukuli papa, supaya nanti tidak ada lagi yang mengunci Hawi di gudang. Dan Haven ingin supaya Hawi mencari kebahagiaannya sendiri.

'Nanti kalau bang Haven udah nggak ada. Kamu jangan lagi tinggal sama papa, ya!"

Namun, takdir berkata lain. Hawi justru pergi mendahuluinya, meninggalkannya bersama sejuta kenangan yang tidak akan pernah bisa diulang kembali.

Rumah yang di beli Haven desainnya minimalis dan hanya ada dua kamar saja. Ia membuka salah satu kamar yang letaknya ada di sisi kanan, seketika ia disambut oleh sebuah lemari berwana biru yang sangat lebar. Saking lebarnya sampai siapapun bisa tiduran di dalamnya. Lemari itu memang ia pesan untuk Hawi, adik kesayangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KISAH SI BOTAK & BISU SELESAI✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang