CHAPTER 23

114 14 0
                                    

"Lo nggak gila Hawi, mereka yang gila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo nggak gila Hawi, mereka yang gila. Mereka bukan manusia, tapi mereka jelmaan iblis, pantas saja sekolah ini gue sebut neraka."

                            ---------

"Sini, liat."Louis mengangkat dagu Hawi dan sudah tidak ada lagi darah yang mengalir di hidungnya.

Louis membuang kapas berlumuran darah ke tong sampah yang berada didekatnya.

"Masih sakit nggak?"tanya Louis, hal itu tampak jelas ia mengkhawatirkan Hawi.

Hawi menggeleng."Nggak, kan udah di sembuhin sama orang ganteng."

Bohong itu. Sebenarnya Hawi masih terasa pusing, ia melihat Louis yang berdiri di sampingnya seperti ada dua.

Louis menatap lekat Hawi, wajahnya tampak masih pucat. Ia jadi semakin khawatir pada cowok di depannya.

"Kalo kepalanya masih pusing, tinggal bilang aja ke gue. Jangan sungkan, gue iklhas nolongin lo,"ujar Louis lembut.

Hawi lagi-lagi hanya menggelengkan kepala."Beneran Louis, aku udah gak pusing lagi kok."

"Kepalanya jangan lo di bikin geleng dulu, nanti pusing."Louis memegang kedua pipi gembul Hawi menahannya agar tidak bergerak kemana-mana.

Louis baru selesai mengobati Hawi yang mimisan akibat lemparan voli dari Asta. Sialan memang si Asta!

Asta adalah ketua ekskul voli. Jangan di tanya, bagaimana sifatnya. Angkuh dan bengal, tidak ada bedanya dengan Renzo. Pantas saja mereka berdua itu bersahabat. Bedanya Asta masih punya prestasi, sementara Renzo suka tebar sensasi.

Dan Asta masih punya hati, terkadang sifatnya yang brengsek itu tidak segan untuk di dekati. Sementara Renzo, dia  itu meskipun kelakuannya brengsek tapi dia laki-laki yang tulus dan setia terhadap Freya? Apa iya Renzo setia? Bukankah dia pernah tidur bersama Mahen di apartemen waktu malam hari ulang tahun Louis? Apakah itu masih bisa di sebut setia? Jika semua itu benar, Renzo lupa akan dengan kebodohannya sendiri.

Hawi memiringkan posisi duduknya untuk mengambil ponsel di dalam saku celananya.

"Sebentar, ada yang nelpon."ujar Hawi pada Louis. Ia memegang ponsel merk Apple itu di tangan kanan.

Louis yang memang sudah mengerti ucapan Hawi melalui bahasa isyarat tersebut hanya menatap tak percaya.
"Hah? Emang ada yang nelpon?! Hp lo beneran bunyi?"tanya Louis.

Ia melihat ponsel Hawi tidak menyala sama sekali, ponsel cowok itu mati.

"Ada, tadi bunyi. Kamu nggak dengar,"
Hawi turun dari brankar UKS untuk mengangkat telepon dari seseorang.

"Telpon dari siapa?"

"Dari Venus,"

"Venus?"beo Louis. Ia tampak sedang berpikir, nama itu tidak asing. Louis pernah mendengarnya. Apa Venus yang Hawi bilang itu, adiknya Arley? Jika itu benar, Hawi kenal Venus dari mana?

KISAH SI BOTAK & BISU SELESAI✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang