Menepis KarangPilu akibat sendu ketika kabar menusuk dengan kasar membuat lusuh perasanku, membuat pikiran ambigu berpaku pada sebuah pemikiran, sehingga membuat perasaan yang sekian purnama ini kubekukan, akhirnya mencair karena panasnya kabar yang kudengar.
Was-was menghantam jiwa-jiwa keyakinan menghipnotisku menjadi keraguan yang membingungkan. Aku tertegun dengan ujaran yang bagai belati menusuk dengan khidmat di setiap gumpalan hati yang awalnya memadat tak tergores. Mataku menjelajahi ruang yang sunyi saat ada sosok orang ketiga yang sebenarnya tergambar dalam cerita kita. Kamu mengisyaratkan padaku yang lemah, sehingga isyarat itu tak mampu aku pahami.
Tidak memindai pintu masuk untuk siapa pun, dari aku maupun dia. Ingin bergegas pergi angkat diri lalu terbang jauh terseret angin hilang melayang tak menemui sampai tak terlihat ujung tubuhmu sekali pun.
Kegelisahan mengerubungi niatku yang ingin lebih serius dengan dirimu, menghamburkan wangi cinta yang bergentayangan menginginkan jawaban yang puas dan meledak dari bibir manismu. Awal kita sahabat yang sering dikata bahwa akan berubah silih berganti, antara semakin jauh atau semakin cinta, yang jelas ada keinginan lebih dari sekedar sahabat yang biasanya, hal yang sulit itu terjadi ketika sahabat didasari dengan cinta, karena terkadang itu licik, akan menyiksa bila keduanya tak mampu mengikat.
Telah meletup sebab dari kamu yang masih ragu padamu, ada orang lain yaitu teman kita sendiri yang mencintaimu, dan kamu telah dekat dengannya, namun yang kulihat bahwa dia tak benar-benar ingin membuat sebuah cerita serius bersamamu, dan aku berbincang bersamanya tentang bagaimana antaramu dengannya.
Aku mengungkapkan padanya bahwa aku mencintaimu, dan aku ingin ada sebuah kejelasan tentangnya, apakah dia juga mencintaimu? Bila saja dia tak mencintaimu, maka aku yang aku maju dan berusaha sekuat mungkin untuk mendapatkanmu, dan kami mendapatkan titik temu setelah sekian jam kita mengobrol kala sore itu di sebuah warung kopi. Maka dia memasrahkanmu kepadaku, memberikan jalan untukku, yang pasti aku yakin bahwa aku bisa mendapatkanmu, karena sosok yang diduga mencintaimu kini memasrahkan kepadaku.
Ketika aku sudah mengumpulkan keyakinan dan harapan yang akan kutunjukkan kepadamu, kamu justru membuatku lemas tak berdaya tentang keputusanmu yang tak menerimaku, atau pun tak menerimanya, kamu memilih untuk tak ada yang kamu pilih, dan membiarkanku mengemis cinta untukmu, aku merasakan sakit yang teramat sangat, setelah sekian kali aku berusaha, ternyata kamu masih juga menolak, dan kamu masih juga meminta maaf tentang apa yang pernah kamu ucapkan, dan aku sadari memang aku tidak kamu cintai, semua berubah saat kejadian itu, aku yang hampir setiap hari mengobrol denganmu, kita tertawa bersama, namun aku merasa ada jarak yang tergeletak pada hubungan kita, dan masih sulit kamu menerimaku, aku dengan kuat menerobos apa yang kamu ucapkan, aku ingin tetap mengharapkanmu, entah sampai kapan, karena kamu harus bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan, kamu membuatku gila, kamu membuatku sulit tidur, kamu membuatku mencintaimu dengan lebih, dan kekecewaan yang sangat besar kini harus aku rawat.
Apakah kamu berpikir, setelah apa yang kau ucap? Aku merasa hampa seperti orang yang telah diberi hal yang berharga, lalu diambil kembali, ada rasa kebahagiaan yang kurang sejengkal diraih, namun lepas dan hilang tak bisa digapai, seperti kebahagiaan yang sejenak, lalu ditarik kembali.
Harus bagaimana langkah yang kuambil? Tetap mengejarmu? Atau pulang tanpa hasil?
Demi kamu aku kehilangan banyak hal, kamu yang kuusahakan, kamu pula yang kukecewakan, semua kulakukan demi kita bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELATI MUTIARA
Non-FictionIni kisahku tentang permata yang begitu indah dan kukenal hingga pada akhirnya aku mampu meraihnya. Bukan sekedar bertemu lalu bersamanya dengan mudah, namun ada bentangan yang menghadang sampai air mata, keringat menyelimuti dengan paksa. Awal ber...