Asmara SenjaSetelah aku diam dan selalu menghindarimu, kamu juga tak lagi memasang senyum di hadapanku. Setiap ada kamu, aku langsung menjauh, ketika melihatmu, aku membuang pandanganku, apa pun tentangmu, aku selalu berusaha untuk menghapusnya, hingga akhirnya aku ingin mencari orang lain yang mampu menghargaiku, aku mendapatkan seseorang yang membuatku bergetar, dan aku mulai fokus kepada orang baru dan yang pasti kamu kukesampingkan, karena kamu juga mengusirku dari hatimu, aku kabulkan apa yang menjadi keinginanmu.
Dalam masa ini aku tak tahu siapa yang harus aku perjuangkan dan apa yang harus aku lakukan. Selepas kita mencari ilmu, kami memanggilku dan aku memasang wajah datar, akhir Mei tepatnya, kamu ingin berbicara kepadaku sore itu, aku menuruti keinginanmu, aku carikan tempat untuk kita membahas sesuatu. Aku menunggu di taman dengan laptop yang menemaniku, aku menunggumu hampir dua jam dan kamu belum juga datang. Senja itu menjadi sebuah ruang kita berargumentasi. Aku meminta kamu duduk di sampingku, kamu meminta maaf atas kejadian lalu, aku tak terlalu banyak bicara, karena aku telah sakit hati. Aku masih ingat betapa hancur hatiku ketika di sebuah kafe kamu bicara bila sebenarnya kamu dekat dengan seseorang. Aku memang yang mengajakmu di kafe itu, dan aku meminta kamu berbicara, dan aku diam, aku diam sediam-diamnya karena sebelumnya aku tak seperti itu kepadamu. Kamu mengantuk dan beralasan capek karena kurang istirahat. Hancur sekali hati ini ketika kamu mengundang orang lain, dia datang dan kamu asyik mengobrol dengannya, aku merasa tak berharga di posisi itu, aku hanya diam selama beberapa menit dan akhirnya aku pulang dengan wajah kekesalan. Kukira kamu akan mengejarku, ternyata memang kamu sengaja untuk aku pulang dengan kekecewaan, karena kejadian itu aku sangat membencimu.
Sore itu aku masih menerimamu untuk berbicara, setelah hampir dua jam kamu datang dan kamu mulai bercerita semuanya, ternyata kamu tak dekat dengan siapa pun, sulit dipercaya, tapi aku turuti perkataanmu, kamu berbicara bahwa tak sanggup bila aku terus menjauhimu, sebab ada rasa tak nyaman dalam dirimu.
Hal terindah seperti mimpi datang ketika kamu membuka hatimu, kamu mencoba untuk berhubungan denganku, mencoba mengajakku memiliki hubungan sebagai percobaan, bila memang kita cocok, hubungan kita bisa lanjut, bila sebaliknya, kita akan menyudahinya. Kesempatan itu membuat duniaku berubah, aku lebih bersemangat dan suasana hatiku membaik, bahkah kamu mau mencoba mengawali dengan meminta berhubungan kepadaku, aku tak menyangka setelah kamu menolakku berkali-kali pada akhirnya aku merdeka mampu mendapatkanmu, kamu yang kuprioritaskan, dan aku berani mengatakan bahwa kamu adalah sosok wanita yang sangat aku cintai setelah keluargaku, sebab aku telah lama mencintaimu dengan kuberikan seluruh perasaanku kepadamu. Aku memegang tanganmu, menatap matamu dengan ketulusan, kita menjalin hubungan di senja itu pukul 17.35 , waktu yang sangat membahagiakan, aku ingin bisa menjalaninya dengan baik dan bisa menjagamu dengan tulus, aku berusaha menerima apa pun dan aku akan bersikap baik padamu, merdeka ini adalah yang kutunggu setelah sekian purnama kulewati.
Aku mendapatkan mutiara yang berasa di samudra lepas, dapat memiliki dan memegang serta mampu merawatnya, mutiara ini akan tetap aku jaga dan aku tak rela bila ada goresan sedikit pun menghantamnya. Aku tetap bersyukur bisa memiliki status denganmu walau aku tahu kamu belum mencintaiku, kamu belum juga membalas cintaku, aku berharap panggilan sayang dariku kepadamu akan kamu balas dengan sayang juga. Kepala tiga menjadi tanggal yang spesial bagi kita, di awal hari yang mengawali sebuah jawaban perasaan ini. Terima kasih untuk mutiaraku yang telah mampu mengertiku, kilauanmu memancarkan keindahan sehingga aku pun mabuk dengan segala sikap manismu.
Aku mengejar, kamu semakin menjauh, aku diam kamu menghilang, aku pulang kamu membukakan pintu untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELATI MUTIARA
Non-FictionIni kisahku tentang permata yang begitu indah dan kukenal hingga pada akhirnya aku mampu meraihnya. Bukan sekedar bertemu lalu bersamanya dengan mudah, namun ada bentangan yang menghadang sampai air mata, keringat menyelimuti dengan paksa. Awal ber...