Insan TerusirKata yang sering kamu utarakan adalah kata ‘nanti’ kamu gunakan berulang kali untuk menunda atau menolak, kukira ‘nanti’ yang kamu maksud adalah hal untuk jangka pendek, namun ternyata jangka panjang seperti lain waktu. Kamu menunda dan kadang aku selalu menagih untuk mengingatkanmu. Dengan ‘nanti’ yang kamu utarakan juga terkadang menandakan sebuah perpisahan. Hampir setiap malam aku merasakan sesah di hati karena sikapmu yang kadang menyebalkan, kadang muncul, kadang hilang. Sempat aku berpikir tentang bagaimana hatimu itu kamu jaga. Mungkin aku harus cepat sadar bahwa ternyata aku ini tidak penting dan tidak akan pernah kamu terbesit untuk bisa memilikiku, seperti mitos yang dipaksa fakta.
Kamu melukaiku karena sesuatu yang tidak pasti, pada akhirnya kamu ingin aku pergi, dalam sebuah malam, kamu setelah tanpa kabar akhirnya aku mengemis kepadamu agar kamu berikan waktu untukku berbicara.
Kamu menangis, ternyata mereka tak mendukung karena banyak hal salah satunya jangan satu kelas, aku serius namun patah ketika mendengar hal itu. Kata-katamu mulai kasar dan ternyata apa yang kamu lakukan dengan menyuruhku melakukan hal konyol ternyata agar aku menjauhimu. Aku patah saat tahu hal itu, karena kamu memang tak mencintaiku, hanya ada rasa nyaman sebagai sahabat.
Pada sebuah malam aku ingin meneleponmu saat kamu tak ada kabar seharian, ternyata kamu ada sebuah masalah keluarga sehingga membuat air matamu meledak dan menghiasi pipimu dengan basah air matamu, dan dengan egoisnya aku tetap membahas tentang hubungan kita bagaimana kelanjutannya, ternyata teman-temanmu tak ada yang merestui, patah hati ini mendengarnya. Harus bagaimana lagi aku bertindak, semua kemauanmu sudah kulakukan. Malam itu kamu letih dan aku yang mempunyai ambisi untuk menyelesaikan masalah justru malah membuatmu kecewa karena aku bukannya menghibur malah menambah beban, kamu murka dan aku merasa bersalah, aku mulai stres dan memilih untuk menyerah memperjuangkanmu, karena kamu belum juga terbuka untukku. Yang menjalani hubungan itu kita namun kamu sangkut pautkan dengan teman-temanmu, akan semakin rumit dan sulit karena mereka berpihak padamu, dan kamu tak menjadikanku sebagai prioritas. Untuk menetralkan keadaan aku mulai menyendiri dengan sakit yang mendalam, ditemani bayanganku sendiri tanpa ada kamu di sampingku. Kita mulai renggang dan aku mencari solusi ke sana dan ke sini untuk mendapatkan sebuah keputusan yang tepat.
Beri aku kesempatan walau itu akan memberikan rasa trauma, sebab gejolak hati ini selalu mengemis padamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELATI MUTIARA
Non-FictionIni kisahku tentang permata yang begitu indah dan kukenal hingga pada akhirnya aku mampu meraihnya. Bukan sekedar bertemu lalu bersamanya dengan mudah, namun ada bentangan yang menghadang sampai air mata, keringat menyelimuti dengan paksa. Awal ber...