Benteng KaretAku telah putus hubungan dengan pasanganku sehingga tak ada lagi yang mengisi hati ini, terlebih aku telah merasakan sakit yang sangat mendalam, sehingga aku tak tahu harus kepada siapa harus mengadu.
Aku ingin mengatakan tentang sakit hatiku ini kepada seseorang, karena telah rapuhnya aku dan tak ada satu pun yang benar-benar kucintai pada saat itu. Aku masih ingat bahwa kamu. adalah sahabatku yang baik dan mengerti bagaimana solusi terbaiknya. Aku mengetahui bahwa kamu telah kembali ke perantauan, sehingga aku ingin menagih hutangmu untuk menjelaskan kenapa kamu marah tanpa jelas waktu itu. Aku juga akan menyerahkan hadiah ulang tahunmu yang belum kuberikan, sekaligus aku mau pamit karena masih terngiang-ngiang di benakku bahwa bila aku tak memiliki pasangan, kamu akan menjauhiku, maka dari itu aku ingin menemuimu di rumahmu untuk yang kedua kalinya, sekalian untuk meminta maaf serta berpamitan. Aku membawa lukisan yang kubuat dan berangkat dengan penuh rasa linglung karena masalah masih saya teringat padaku.
Aku ke rumahmu dengan mengendarai sepeda motorku, kuserahkan dengan ketulusanku, kamu menerima dengan wajah semringah. Kuberikan di depan rumahmu denganku yang masih duduk di sepeda motor dan kamu masih tegap berdiri. Kita berbincang banyak, kumulai berbicara banyak dan bertanya hal yang aku tak mengerti, aku merindukanmu karena setelah sekian minggu kita tak berjumpa pada akhirnya kita mampu saling berjabatan seperti halnya salam persahabatan.
Aku mulai mengungkit permasalahan mengapa kamu menjauhiku, pada akhirnya kamu menceritakan segala hal tentang apa yang kamu dapatkan. Semua yang kamu ucapkan membuatku terkejut, ternyata orang yang kuanggap paling dekat justru jadi penghianat besar, aku selalu benci setiap kali membahas hal tersebut, dan aku merasa kesal bila teringat. Ketika orang yang kuanggap kerabat dekat justru menyukaimu juga dengan cara yang buruk, aku telah difitnah dengan kasar, apa yang dia ucapkan adalah pembohongan yang begitu besar. Pada akhirnya kamu ingin membuktikan dan mencari tahu bagaimana sebenarnya kenyataannya. Banyak kejadian waktu itu yang kita lewati, karena perseteruan besar terjadi dengan hebatnya, aku sulit dalam mengendalikan emosi, sehingga dirimulah yang menenangkanku.
Masalah kita selesaikan pada saat kita saling berdiskusi dengan mengundang teman-teman lain, dan sejak itu kamu mulai percaya aku bahwa aku tak seburuk yang dia ucapkan. Kita mulai dekat kembali, persahabatan kita semakin erat dan aku selalu berusaha bisa bersamamu, meskipun terkadang kurang sedap dipandang, karena aku yang laki-laki sendiri.
Kamu menerimaku kembali sebagai sahabat dan hari-hari kita lakukan bersama, mulai nongkrong, mengerjakan tugas, berangkat kuliah, pulangnya, dan aktivitas lainnya, masa itu adalah masa yang membuatku nyaman karena kita bisa kembali berkumpul dan aku mulai bisa dekat denganmu.
Untuk menyukai orang lain mungkin aku cepat, namun untuk mencintai seseorang bukanlah hal yang mudah, sebab hati ini hanya memilih orang yang benar-benar kucintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELATI MUTIARA
Non-FictionIni kisahku tentang permata yang begitu indah dan kukenal hingga pada akhirnya aku mampu meraihnya. Bukan sekedar bertemu lalu bersamanya dengan mudah, namun ada bentangan yang menghadang sampai air mata, keringat menyelimuti dengan paksa. Awal ber...