Pertengahan April kutahu itu bulan lahirmu, sehingga kuingin memberikanmu sebuah kejutan yang manis sebagai sahabat yang sangat kucintai. Aku hadiahkan hadiah itu melebihi apa yang kuberikan kepada pasanganku waktu itu, sehingga aku sangat menempatkanmu paling depan sebelum perempuanku sendiri, entah mengapa hati ini selalu berpihak kepadamu. Lalu hadiah apa yang harus kuberi? Aku ingin memberikan hadiah yang berbeda, tak mahal juga tak murahan, kuberikan karyaku yang kubisa, puisi dengan makna yang dalam, dengan penjabaran arti sehingga ada makna tersirat dan tersurat pada setiap baitnya.
Dahagaku menantimu
Tatkala desir ujar menyampaikan tugasnya
Sehingga munajatku menembus langit ke tujuh
Tajam bagai belati menusuk keheningan
Menggelora tawa tanpa duka
Semringah bak lalu lalang
Menebas empedu merah merekah
Padamu sahabatku, kau koyak hariku dengan kilau senyummu.
15 April 2022
Tepat pada sebuah tengah malam pada detik-detik jam ulang tahunmu, aku buatkan sebuah video tentang kita, dari foto, video, lukisanku yang panjangnya hampir satu menit membuatku bahagia bisa kenal denganmu dan aku berharap kamu bahagia dengan kejutan kecilku, walau aku mendengar kabar bahwa kamu malu sehingga tolong maafkanlah aku. Kita pun semakin dekat dan aku semakin jatuh cinta padamu, sampai rasa cintaku kepadamu melebihi perasaanku ke pasanganku, memang salah namun itu yang kurasakan, itu yang dikatakan hatiku, aku tak bisa mengelak, karena aku ingin kejujuran menjadi sebuah dasar atau prinsip yang kuutamakan.
Aku menghadiahkan sebuah hasil gambar pada sebuah kanvas lukis, hanya saja aku tak melukiskan karena ada kekurangan dalam diriku yang tak mampu aku berikan warna pada gambaran itu. Belum saja aku berikan kado itu, kamu sudah kembali ke kampung halamanmu di luar pulau, sehingga menunggumu pulang dulu lalu kuberikan secara langsung.
Akhir April sikapmu berubah, kamu mulai menghindariku, kamu selalu menolak bila saja aku mengajakmu telepon, selalu ada alasan, karena temanmu sudah menelepon dahulu, karena kamu lagi di luar rumah, karena kamu mau tidur, karena kamu harus menjemput kakakmu, dan alasan-alasan lainnya, terkadang dengan kasarnya kamu tidak membalas pesanku, sekali membalas kamu izin untuk offline. Ketika kamu kembali ke kampung halamanmu, semakin kita hilang kabar, karena di sana kamu dijaga ketat, hampir tidak memegang telepon, terkapar sudah rindu ini meratapinya.
Entah pada masa apa kamu pernah menjauhiku, padahal kado kanvas yang tergores tinta belum juga kamu terima dengan tanganmu, aku tak tahu kabarmu, ketika aku ingin berkata, namun selalu terbungkam, aku menutup ucapanku secara sadar, aku melalukan kesalahan besar dan membuatmu merasa jijik, sehingga aku mengganggu waktumu, kamu seakan-akan jauh denganku, aku tak ingat tentang alasan kamu menghindariku, dan aku pun dengan mudah membiarkannya, karena aku telah menemukan perempuan yang menurutku lebih baik darimu, karena dia selalu ada serta menemaniku selalu, aku dibutakan olehnya, sehingga aku menganggap yang lain remeh, dan kesalahanku adalah terlalu yakin bahwa aku bisa selamanya bersamanya, kita benar-benar terpisah, kita tak lagi seperti sahabat, kita hanya sekedar teman yang berkata sewajarnya, kita seperti orang asing yang tak saling kenal dan jarak kita mulai renggang, aku tak ingin membela diri, yang pasti aku salah dan aku meminta maaf, walau aku pun tak ingat apa salahku. Dalam masa ini kita juga disibukkan oleh kegiatan masing-masing, masa yang biasa saja, seperti tak ada lagi sesuatu yang mengikat kita, tak ada perasaan yang menggantung, semua berjalan biasa saja memakan waktu yang cukup lama, namun aku yakin masih ada perasaan kepadamu, hanya saja aku masih sadar bahwa kita memang sulit untuk bersatu.
Pada sebuah pertemuan online kamu murka tanpa sebab, dan aku pun bingung bagaimana mengembalikan suasana hatimu menjadi lebih baik, kamu mengatakan bahwa aku tidak bisa menjaga rahasia, dan aku juga tidak bisa dipercaya, semua membuat bingung, dan kamu meminta mencari waktu ketika kita berada di tempat merantau sehingga kita bisa menyelesaikan masalah tersebut. Aku menunggu penjelasan dari kamu, karena aku terus mengoreksi tentang apa kesalahanku kepadamu, tolong berikan kejelasan agar aku bisa memperbaiki kesalahanku dan aku pun ditemani kesalahan serta merasakan rasanya jauh darimu.
Hadapi masalah yang perlu diselesaikan, bukan menyelesaikan sebuah kisah yang kita rangkai, sebab mempertahankan tak semudah membangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELATI MUTIARA
Phi Hư CấuIni kisahku tentang permata yang begitu indah dan kukenal hingga pada akhirnya aku mampu meraihnya. Bukan sekedar bertemu lalu bersamanya dengan mudah, namun ada bentangan yang menghadang sampai air mata, keringat menyelimuti dengan paksa. Awal ber...