Leon berjalan dengan didampingi oleh Haru, menyusuri lorong panjang laboratorium.
Saat sampai di satu titik disana terlihat seorang lelaki berambut putih bersandar pada dinding. Ian, sang Raja Pemburu.
Melihat Leon dan Haru yang mendekat kearah nya Ian segera mendekati keduanya.
"Bagaimana?"
"Semuanya baik-baik saja, tapi mungkin ini akan memberikan bekas trauma yang cukup serius" jawaban Haru membuat wajah Ian tampak sedih. Terlihat dia tampak hanyut dalam emosinya.
"Trauma akan muncul jika dipicu oleh sesuatu yang berkaitan dengan kejadian itu. Jangan terlalu khawatir, Hyunwoo adalah orang yang kuat. Aku yakin dia mampu melalui semua ini" Leon menepuk pundak Ian sembari memberinya sedikit semangat.
Helaan nafas Ian keluarkan sembari mengangguk menyetujui perkataan Leon, dia tampak sangat menyesal.
"Kesalahan masih bisa diperbaiki, Ian. Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri. Ini kecelakaan" Haru juga ikut memberi semangat.
"Mau menjenguknya?" Tawar Haru kemudian sembari memberi isyarat untuk mengikuti nya.
Ian sekali lagi hanya mengangguk. Kali ini ekspresinya tampak gugup.
Setelahnya, Haru membawa Ian pergi meninggalkan Leon sendirian di lorong. Menatap keduanya yang pergi menjauh.
"Sepertinya projek harus diselesaikan lebih cepat dari jadwal" gumamnya pelan saat melihat Haru dan Ian yang mulai menghilang dari pandangan.
^_^
Lokasi di kamar apartemen Kanglim.
Mari kita absen!
Hari Koo? Hadir.
Sara Deon? Hadir.
Kanglim Choi? Tuan rumah.
Kok cuma bertiga?
Gak ada yang lain lagi?
Gak cuma mereka doang kok yang ada disana.
Mari kita mulai rapatnya.
"Jadi, tuan Choi Kanglim... Kau tau apa yang harus kau beritahu, kan?" Sara memulainya.
"So~ apa topik rapat hari ini?" Hari memang penasaran dengan jawaban Kanglim, tapi peraturan penting dalam sebuah rapat adalah, mengetahui topik apa yang dibahas.
"Kebenaran dari sebuah perasaan" Sara menatap tajam Kanglim dan Hari bergantian.
"W-Wow judul yang bagus" Hari yang merasa gugup mencoba mengalihkan pandangan dengan menoleh kearah lain.
"Hari... Kanglim... Apa kalian berdua masih saling menyukai?" Pertanyaan dari Sara seolah adalah sebuah lakban yang membungkam mulut Hari dan Kanglim.
"Te-tentu saja tidak, toh Kanglim kan sudah menikah. Itu mana mungkin!!" Hari dengan gugup menjawab sambil menggaruk kepalanya.
"Kanglim memang sudah jadi milik orang lain, tapi yang dimiliki orang itu hanyalah raga nya saja, bukan hatinya" perkataan Sara seakan menusuk hati keduanya.
"Jawab aku dengan jujur!!" Sara tampak sangat serius dan tidak ingin bermain-main.
"Ini bukan urusanmu, kau seharusnya tidak ikut campur" Kanglim tidak suka dipaksa untuk mengakui sesuatu.
"Bukan urusanku? Ini bukan urusanku? Lantas kalian mau apa? Saling menyukai sementara Leon tersakiti?" Sara seakan mengetahui suatu hal yang... Merupakan rahasia.
"Perselingkuhan, cepat atau lambat akan terjadi. Dan urusanku dengan kalian adalah untuk mencegah itu terjadi" Sara menekankan kata 'Perselingkuhan' ditambah dengan tatapan tajam, juga penuh benci kepada keduanya.
"Kenapa kau bisa berpikir seperti itu? Itu mustahil!!" Hari tampak marah karena dituduh sebagai selingkuhan Kanglim.
"Tidak ada yang mustahil, hari demi hari kalian lewati. Cinta pertama adalah yang paling berkesan, melupakan pengalaman seperti itu... Ku yakin akan sangat sulit. Terlebih lagi dengan kepribadian mu yang begitu"
"Sara, sudah cukup! Masalah seperti ini, ini adalah masalah kami. Kau tetap tidak boleh ikut campur!" Kanglim bangkit dan ingin pergi, sebelum tangannya sempat menyentuh kenop pintu. Sara berkata.
"Pernikahan tanpa cinta tidak akan bertahan lama. Cepat atau lambat pernikahan kalian akan berakhir dengan perceraian, dan yang manjadi korban adalah anakmu sendiri. Jika sampai itu terjadi... Jangan harap kau bisa bertemu dengannya. Ngomong-ngomong, sepertinya kau dan gadis Kyungri itu saling kenal. Ku yakin, dia perempuan lain yang juga kau berikan janji palsu"
Kanglim terhenti, dia berbalik dengan tatapan benci pada Sara.
"Ada apa, huh? Merasa tersinggung?"
"Sudah ku bilang... Jangan ikut campur!! Ini bukan urusanmu!!!"
"Lalu kau mau apa jika aku tidak mendengarkan mu??" Keduanya saling mengintimidasi.
"Sara!! Sudah cukup!!! Ini bukan urusanmu!! Kenapa kau tidak kunjung mengerti tentang itu?!"
"LALU BAGAIMANA DENGAN KALIAN SENDIRI?! KENAPA TIDAK LANGSUNG SAJA MEMBERIKAN APA YANG AKU INGIN KAN!!!"
"SUDAH CUKUP!!!!" Kanglim berteriak, melerai semuanya.
"Aku mengaku, aku masih menyukai Hari" pengakuan Kanglim membuat semuanya terkejut.
"Sudah ku bilang bukan? Yang Leon miliki hanya raganya, bukan hatinya" Sara tampak sangat kecewa dan sedih dengan pengakuan yang Kanglim katakan.
" Lalu bagaimana dengan mu Hari?" Sara menatap Hari, dia sudah dapat menebak bahwa jawaban Hari pasti sama dengan Kanglim.
"A-Aku sebenarnya tidak-"
"Jangan berbohong!!! Katakan yang sebenarnya!!" Sara memotong perkataan Hari yang hendak berbohong.
"Yah, aku juga masih menyukai Kanglim, dan aku sangat sakit hati melihat mereka yang kini bersama"
"Sudah kuduga..." Gumam Sara dan pergi dari sana, sebelum benar-benar pergi Sara berhenti dan berkata.
"Leon... Tau semuanya, tapi dia tak pernah mempermasalahkan ini. Hal, yang paling ia benci adalah sebuah penghianatan. Leon bisa saja pergi dan mencari orang lain, yang mau bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat Kanglim. Namun dia tidak bisa, pilihannya hanya mati atau hidup. Dan ia memilih hidup. Hal yang aku syukuri dari itu... Adalah bahwa dia hidup bukan demi dirimu, tetapi lelaki lain"
Kali ini Sara benar-benar pergi.
Meninggalkan Hari dan Kanglim.
Dengan sebuah perasaan yang terasa begitu... Sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Dini
Фанфикcerita gaje yang author dapet dari gambar yang membagongkan