Kecelakaan.

327 37 3
                                    

Bel sekolah berbunyi seperti biasa pagi itu. Para murid berhamburan masuk kelas dan duduk manis di mejanya masing-masing.

Kegiatan sekolah berjalan seperti biasa.

"Eh, apa kau tau kemana Leon dan Hyunwoo pergi?" Tanya Hari memulai topik.

"Entahlah, keduanya ijin" jawab Gaeun.

Saat ini hanya ada Gaeun dan Hari saja, keduanya sedang makan dan mengobrol berdua di kantin.

"Semenjak Hyunwoo pergi bersama Leon waktu itu, aku tidak pernah melihatnya lagi" kata Gaeun sekali lagi sambil meminum airnya.

"Tidakkah menurutmu ini sedikit aneh?"

"Aku tau tapi mau bagaimana lagi... Kita bahkan tidak tau dimana mereka sekarang" keheningan melanda keduanya. Gak hening hening amat sih soalnya kan mereka ada di kantin.

"Kau sudah tanyakan ini ke Kanglim?" Pertanyaan Gaeun membuat Hari terkejut dan menjadi gugup.

Melihat perubahan sikap yang ditunjukkan oleh Hari, Gaeun yang peka kembali bertanya.

"Kalian berdua punya masalah?" Hari hanya bisa mengangguk lesu.

"Apa yang terjadi?"

"Sara marah pada aku dan Kanglim, karena kami berdua masih saling menyukai padahal Kanglim sudah menikah dengan Leon. Dia curiga kalau suatu saat nanti aku dan Kanglim akan berselingkuh. Apalagi dia juga bilang kalau Leon tau semua ini dan dia... Tetap memilih untuk hidup meski bukan demi Kanglim. Aku tidak mengerti... Apa maksudnya? Leon memilih untuk tetap hidup meski bukan demi Kanglim?" Jelas Hari dengan wajah murung.

"Dia tidak salah sih..." Komentar Gaeun membuat Hari kaget.

"Aku yakin dia sangat menyayangi Leon, sehingga dia tidak ingin Leon tersakiti. Meskipun itu bukanlah urusannya, dia hanya ingin Leon bahagia. Apa yang dia lakukan... Itu seperti dia tahu bahwa Leon selama ini telah banyak menderita" penjelasan Gaeun membuatnya terdiam.

"Tapi... Aku masih tidak mengerti sama sekali"

"Tidak masalah... Ngomong-ngomong, dimana Sara dan Kanglim? Mereka berdua tidak ikut ijin juga kan?"

"Mereka ada di kelas masing-masing, berusaha agar tak bertemu satu sama lain."

"Begitu..." Sekali lagi keduanya terdiam. Pada akhirnya mereka berdua hanya melanjutkan kegiatan mereka seperti biasanya di kantin.

Satu bulan berlalu, Hyunwoo dan Leon akhirnya kembali masuk sekolah. Entah alasan apa yang keduanya pakai sehingga mereka di biarkan ijin selama itu.

"Kalian berdua dari mana saja sih? Ijinnya lama banget."

"Cuma ngurus sesuatu yang tidak penting." Jawab Hyunwoo dengan santai.

Siang itu saat di kantin Sara tampak begitu diam, membuat Leon dan Hyunwoo kebingungan tapi kemudian mereka memilih mengabaikannya.

"Siang ini kita pergi ke kedai yang baru dibuka depan apartemen Shinbi yuk. Katanya makanan disana enak loh." Ajak Hari pada mereka yang ada di sana.

"Baiklah, ayo kita coba ke sana." Semua setuju.

Saat perjalanan pulang Leon merasa seperti mereka dari tadi terus diikuti oleh orang tak dikenal. Dan benar saja.

Secara tiba-tiba seorang laki-laki yang menggunakan masker dan topi mendekati mereka, lebih tepatnya mendekati Gaeun kemudian menyiramkan cairan dari dalam botol.

"AAAAAA." Suara teriakan bercampur aduk. Ada yang berteriak panik, terkejut, dan marah. Tapi dibandingkan dengan teriakan-teriakan itu, ada satu teriakan yang membuat orang-orang merasa merinding karena mendengarnya.

"Hyunwoo! Hyunwoo!"

"Cepat telepon ambulans, dia disiram air keras!!"

"Cepat beri pertolongan pertama!!"

"Hey!! Kalian jangan cuma diam!! Bantu aku tahan orang ini!!! Dia pelakunya!!"

"Air! Air!! Aku butuh air!! Dia harus dibasuh dengan air!! Cepat, air bersih!!!"

"Lepas dulu pakaiannya bodoh!! Kalau masih ada yang melekat di lukanya itu bisa berbahaya!"

"Aku dapat airnya!! Aku dapat airnya!!"

"Woy! Ini ambulans nya mana sih?!!"

"Kasa mana kasa?!!! Ini harus dibalut ini!!!!!!"

'Berisik tau, kenapa sih mereka panik begitu?'

"Woy ada orang bangsat yang ngerusak ambulans tengah jalan!!!"

"Bangsat!! Tolol banget tu orang!!"

"Ini harus gimana sekarang?!!"
_________________________________________

Saat Hyunwoo membuka matanya, yang dia lihat pertama kali adalah langit-langit putih yang bersih. Bau obat menyeruak ke penciumannya, dia tahu kalau saat ini dia sedang ada di rumah sakit.

"Hiks... Hiks..." Suara sesegukan terdengar, Hyunwoo menoleh dan melihat Gaeun yang menangis dan Hari yang terus menenangkan nya.

Rasa sakit mendera bagian kiri tubuhnya. Dia ingin bersuara namun tak terdengar apa-apa. Tak lama Hari sadar bahwa Hyunwoo telah siuman.

"Gaeun lihat! Hyunwoo sudah sadar!" Ucapnya dengan bahagia. Gaeun yang melihat itu segera memeluk Hyunwoo yang masih terbaring.

"Maafkan aku! Maafkan aku! Yang seharusnya terkena air keras itu harusnya aku! Aku benar-benar minta maaf!" Dengan menangis Gaeun memeluk Hyunwoo erat dan terus meminta maaf.

Puk... Puk... Puk...

Tangan kanan Hyunwoo bergerak, menepuk pelan punggung Gaeun untuk membuatnya merasa tenang. Setelah cukup tenang Gaeun melepaskan pelukannya, dia masih sedikit sesegukan. Hyunwoo kembali mengangkat tangannya, kali ini untuk menghapus air mata yang masih mengalir di wajah Gaeun. Gaeun melihatnya, wajah Hyunwoo hampir seluruhnya di perban hanya menyisakan mata kanannya bahkan tubuh Hyunwoo sendiri juga tak luput dari balutan perban. Dia mendapat luka yang sangat serius.

Mata Hyunwoo menatap teduh yang membuat Gaeun tenang dengan mata Hyunwoo yang begitu indah. Mata hijau yang memancarkan keindahan, rasa nyaman dan ketenangan tatapan yang mengisyaratkan seolah-olah dia baik-baik saja.

"Aku akan memanggil dokter." Kata Hari dan kemudian pergi dari ruangan itu.

Keheningan menemani keduanya hingga Hari kembali bersama seorang dokter.

"Dia baik-baik saja, tapi mungkin tubuhnya masih sakit." Kata dokter itu.

"Terimakasih." Hari mulai tersenyum lega.

"Dimana orangtuanya?"

"Kami belum memberi tahu mereka."

"Kalau begitu cepat beritahu. Mereka punya hak untuk mengetahui ini." Kata dokter dan kemudian pergi lagi setelah meminta Hyunwoo beristirahat dan Hari juga Gaeun untuk kembali.

Selama seminggu Hyunwoo harus menjalani rawat inap di rumah sakit dan kini setidaknya perbannya sudah mulai di buka. Perban pada wajah dan badan Hyunwoo sudah dibuka kecuali di bagian mata, dokter bilang kalau air keras itu masuk kedalam matanya takut mengalami hal yang tak diinginkan maka mereka terpaksa mencabut mata kirinya.

"Hyunwoo!" Mendengar namanya dipanggil, tentu dia tidak perlu repot-repot menengok untuk tahu siapa yang memanggilnya.

"Hyunwoo kami bawa camilan." Kata Hari dengan ceria sambil menggoyang-goyangkan tas plastik di tangannya.

"Makanan disini hambar kan? Kau pasti bosan." Leon dan Doori adalah yang paling semangat setiap kali mereka berkunjung dan menemui Hyunwoo.

"Yah, begitulah diri disini." Hyunwoo menoleh memperlihatkan wajahnya yang rusak.

"Sudah lebih baik?" Kanglim juga datang, dia menemani Leon untuk tahu kondisi kandungannya.

"Ya, aku tidak merasa sakit lagi. Dokter bilang besok aku boleh pulang." Mendengar itu semuanya pun menjadi senang.

"Boleh kami membantumu berkemas besok?"

"Leon kau tak boleh kelelahan."

"Kan aku gak sendiri Kanglim."

"Baiklah, aku juga akan ikut membantu."

Pernikahan Dini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang