perasaan yang sesungguhnya

297 32 11
                                    

"Kanglim"

Merasa terpanggil Kanglim pun menolah dan melihat sang ibu yang menatapnya dengan tatapan sendu.

"Ada apa, bu?"

"Boleh ibu bertanya?" Yoojung tampak ragu.

"Tentu, apa yang ingin ibu tanyakan?"

Menghela nafas, Yoojung berusaha untuk menenangkan diri sendiri.

"Sebenarnya... Bagaimana perasaan mu terhadap Leon?"

Kanglim terdiam, dirinya bungkam dan tampak termenung.

"Kanglim..." Saat Yoojung memanggilnya dia tidak menyahut.

Mendekat, Yoojung mengguncang sedikit bahu Kanglim untuk menyadarkannya dari lamunannya.

"Kanglim..." Panggilnya lagi sembari mengguncang sedikit bahu Kanglim.

"Apa... Kau tidak memiliki perasaan apapun padanya?" Tanya Yoojung dengan sedih.

"Apakah kau... Masih menyukai Hari?"

"A... Ak-aku tidak tahu..." Kanglim terdengar ragu dengan jawabannya sendiri.

"Pernikahan bukanlah hal yang mudah... Saat sudah menikah hal sulit yang perlu untuk dilakukan adalah mempertahankan cinta kalian. Pernikahan tanpa cinta itu bagaikan sebuah bangunan tanpa tiang, landasan untuk membuat pernikahan langgeng adalah cinta. Kepercayaan terhadap pasangan juga penting."

Kanglim kembali merenung.

Ia menikahi Leon demi bertanggung jawab atas kejadian itu. Leon mencintainya namun dia tidak memiliki perasaan yang sama seperti Leon. Dia masih menyukai Hari, dan semua tindakan yang dilakukannya itu hanya wujud dari pertanggung jawaban yang harus dia lakukan.

Lalu Leon sendiri?

Dia tahu semua itu. Namun dia tidak bisa marah, semua ini... Semua ini adalah kecelakaan.

Kanglim punya haknya sendiri untuk menentukan pasangan hidupnya, namun disaat dia akan memilih, takdir justru memilihkan Leon untuknya.

Pernikahan keduanya, cepat atau lambat akan hancur.

Itu adalah kemungkinan terbesar yang akan terjadi.

Atau takdir yang memegang kendali akan mengubahnya.

Siapa yang tau?

Karena takdir keduanya... Ada di tangan Author.

"Ibu.. tidak bermaksud ikut campur dalam urusanmu tapi, ibu hanya merasa tidak enak kepada Leon. Dia... Hanyalah seorang anak laki-laki yang... Tampak selalu menyimpan masalahnya sendiri"

"Aku tahu... Aku yang salah... Tapi aku harus bagaimana?" Kanglim menatap kearah Yoojung, dirinya tampak sedih.

"Aku... Memang bajingan sialan" kata menunduk.

Yoojung mengelus surai kelam Kanglim.

"Jangan begitu... Setiap orang pernah berbuat kesalahan, berlian yang jatuh kedalam lumpur masih bisa diambil kembali dan dibersihkan, tubuh manusia hanya lah wadah untuk menyimpan jiwanya. Tugas sebuah wadah adalah untuk melindungi apa yang ada didalamnya. Ibu... Pernah melihatnya, jiwa Leon yang tampak begitu indah. Ia mengalami begitu banyak kepedihan di hidupnya namun dia tetap kuat. Bahkan mau memaafkan perbuatan mu, kali ini... Kali ini cobalah untuk tulus dan mencintainya. Mengertilah tentang dirimu sendiri, tentang perasaanmu kau harus bisa jujur dengan diri sendiri Kanglim. Hanya ini yang bisa ibu berikan kepada mu, maaf ibu tidak bisa membantu banyak" Yoojung kemudian memeluk Kanglim sambil terus mengusap surai kelam itu.

"Tidak masalah, ini sudah lebih dari cukup" kata Kanglim membalas pelukan sang ibu.

Keduanya terlena dengan pelukan hangat yang diberikan satu sama lain, sudah lama keduanya tak seperti ini.

Berpelukan dan saling menguatkan diri, menikmati pelukan hangat tanpa peduli tentang apapun, termasuk sesosok makhluk hidup yang sedari tadi menyimak perbincangan keduanya.

Pernikahan Dini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang