~ 9 ~

481 51 6
                                    

Selamat membaca

Setelah Baratha kembali mendapat serangan jantung, beberapa kali dokter harus memacu jantungnya untuk kembali berdetak. Semua orang yang tadinya berada di dalam ruangan, harus menunggu di depan kamar VIP, sambil menunggu dokter yang bertindak, mereka memanjatkan doa kepada Tuhan.

Marina dan saudara saudaranya merasa lega setelah dengan cepat, dokter dapat mengatasi. Kondisi Baratha kembali stabil dan karena efek dari suntikan obat penenang yang ia terima, Baratha kembali tertidur.

"Marina. Lebih baik kamu pulang. Biar gantian kami yang nunggu papa. Besok kamu bisa datang lagi." ucap Elisa.

"Iya Rin. Papa hanya butuh waktu untuk istirahat. Kamu juga istirahat Rin. Inget untuk jaga kandunganmu, jangan terlalu capek." sambung Kartika.

"Arya bawa Marina pulang. Dan jaga dia ya." ucap Nakula.

"Iya kak. Aku pulang ya. Kalian jaga kesehatan ya. Ayo mas." ucap Marina.

Arya merangkul bahu Marina kemudian mereka beranjak dari kamar VIP.

Arya memencet tombol lift sambil memperhatikan wajah Marina.

"Sayang, mumpung masih disini, gimana kalo kita sekalian ke dokter kandungan?" tanya Arya.

"Oiya. Kita jangan turun dulu. Aku bisa cek kandungan ama Christy. Yuk kita ke ruangan Christy aja." ucap Marina kemudian mereka berdua melangkah melewati selasar rumah sakit, kemudian berbelok menuju jembatan kaca yang menghubungkan dua gedung.

"Selamat sore sus, apakah dokter Christy sedang ada pasien?" tanya Marina.

"Tidak ada Nyonya. Ada yang bisa kami bantu?" tanya perawat tersebut dengan tersenyum ramah.

"Saya ingin konsultasi kandungan dengan dokter Christy, apa bisa sekarang?" tanya Marina.

"Silakan Nyonya melakukan pendaftaran terlebih dahulu, karena sebentar lagi akan ada pasien." ucap perawat tersebut. Namun belum selesai Marina mengisi formulir pendaftaran, sosok wanita yang ingin ditemui sudah muncul. Sontak mereka berdua terkejut.

"Hai Marina, miss you." Christy yang sedang keluar dari ruangannya dan melihat Marina, langsung menghambur memeluk sepupunya itu.

"Miss you too." Marina membalas pelukan Christy.

"Priska tolong jadwal selanjutnya diundur ya. Saya ada tamu penting." ucap Christy pada perawat yang mengurus antrian pasien.

"Baik dok." ucap perawat tersebut.

"Ayo kita masuk. Oya ini siapa?"

"Oh iya sampe lupa. Kenalin nih tunanganku, namanya Arya. Kakak iparnya Randika Wijaya. Dan mas Arya kenalin ini Christy Wiratha, sepupuku sekaligus istrinya Sadewa Indraprasta, sepupunya Devon." ucap Marina mengenalkan mereka berdua. "Kakek buyutku dan Kakek buyut Christy adalah sepupu. Jadi kami sepupu jauh. Oya Christy adalah pemilik rumah sakit Mitra Wiratha yang sekarang." ucap Marina menjelaskan dengan lengkap.

"Yeah I know. Dunia memang sempit. Kan lo lagi lo lagi." kekeh Christy sambil menjabat tangan Arya.

"Senang bertemu dengan anda. Saya Arya Mahapraja Sadhana."

"Saya pernah dengar grup Sadhana Farmasi, apakah anda termasuk keluarga mereka?" tanya Christy sambil mengajak Arya dan Marina untuk masuk ke dalam ruangannya.

"Well, itu adalah perusahaan milik mendiang ayah saya. Saat ini Om saya yang kelola."

"Oh. I see. Silakan kalian duduk."

"Makasih."

"Marina, waktu pemakaman Kakek Wisesa kita hanya bertemu sebentar dan belum sempat ngobrol. Dan aku sudah dengar dari Om Wicak tentang kondisi Om Baratha. Aku tadi pagi sempat tengok Om Baratha sebentar. Lalu aku dengar cerita yang mengejutkan dari kak Leon, aku gak menyangka Kakek Wisesa segitu teganya sama mendiang tante Ranti." ucap Christy.

Never Let Go [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang