~ 3 ~

753 62 5
                                    

Selamat membaca

Baru sejenak Marina berada di Dubai, kini ia sudah berada di dalam pesawat jet milik kakeknya, yang beberapa jam lalu ia tumpangi. Saudara kandung dan juga saudara sepupunya satu persatu masuk ke dalam pesawat jet.

Marina tidak terlalu akrab dengan semua sepupunya itu. Marina memutuskan untuk duduk di belakang dekat dengan jendela.

Perlahan pesawat tinggal landas. Marina mengalihkan pandangannya menatap jendela. Pesawat mulai terbang semakin tinggi meninggalkan daratan, dan saat pesawat sudah stabil, Marina menegakkan tubuhnya dan mengalihkan pandangan ke depan.

Suasana di dalam pesawat tidaklah sepi. Beberapa dari mereka tengah mengobrol dan bercanda bersama keluarga mereka. Banyak diantara mereka sudah berkeluarga, namun ada beberapa yang memilih untuk tetap melajang.

Di antara saudara kandung Marina, baru Kak Elisa yang sudah menikah, sedangkan yang lainnya belum sampai ke jenjang pernikahan.

Marina menoleh pada kursi di sebelahnya yang ternyata sudah terisi oleh Wisanggeni Senjaya Wiratha, salah satu sepupunya. Marina tersenyum tipis saat Wisang sekilas menoleh padanya. Dari semua sepupu, hanya Wisang yang seumuran dengan Marina. Padahal dia adalah anak tunggal dari tantenya Marina yang nomor 2. Tante Restu memang anak kakek yang paling terlambat menikah daripada saudara kandungnya yang lain.

"Halo Kak Wisang, lama gak jumpa." sapa Marina dengan ramah.

"Lo gak berubah ya. Masih ngeyel aja, udah gue suruh panggil Wisang aja kan kita seumuran."

"Enggalah kan tante Restu lebih tua dari papaku."

"Iya terserah lo dah."

Marina mengangguk dan tersenyum tipis. Ia menatap ke depan dan melihat Kak Dewi yang sedang hamil itu tengah berjalan menghampirinya.

"Sang geser dong. Gue juga mau duduk disini."

"Ck. Kak Dewi aja yang ditengah." ucap Wisang sambil berdiri dan memberikan jalan untuk kakak sepupunya itu lewat.

"Halo kak Dewi." sapa Marina.

"Hei Rin. Gila lama banget gak ketemu. Gue kangen. Elo sih pake sok sok memisahkan diri."

"Iya, aku hanya ingin mencari jati diri, mencoba untuk tidak bergantung pada nama besar Wiratha. Lagipula keberadaanku memang tidak diinginkan oleh keluargaku sendiri." ucap Marina sambil tersenyum tipis.

"Kenapa kak Dewi harus bahas lagi? Kita semua tau kan apa yang Marina alami. Itu bukanlah rahasia." ucap Wisang.

"Yah kau benar sang. Maafin aku Rin. Lebih baik aku kembali duduk bersama suamiku. Oya selamat ya atas lamarannya. Good luck." ucap Dewi kemudian beranjak dari sebelah Marina.

Marina tidak lagi mendengar suara obrolan dari mereka. Tampaknya mereka juga mendengar apa yang Marina katakan.

Namun tak ingin larut dalam kisah masa kecilnya, Marina kembali menatap ke jendela yang dipenuhi kegelapan.

Marina tidak pernah melupakan satupun perlakuan yang ia dapatkan. Jika di dunia ini tidak ada yang menginginkannya lagi, termasuk dirinya sendiri, mungkin Marina akan menyerah dari dulu.

Mendadak ia semakin merindukan sosok lelaki yang selalu menatapnya penuh cinta. Marina menghela napas dan melipat bibirnya ke dalam. Ia lantas bertanya dalam hati, akankah perasaan lelaki itu berubah jika tau semua hal yang selama ini ia sembunyikan.

.....

"Martin. Tolong kamu cari informasi mengenai pemakaman Pak Wisesa. Aku ingin memastikan bahwa Marina yang aku lihat adalah Marina yang sama dengan orang yang selama ini kita kenal." ucap Arya.

Never Let Go [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang