~ 10 ~

514 44 8
                                    

Selamat membaca

Setelah mendapat panggilan dan mendengar rencana sang kakak yang akan mengakuisi perusahaan ayah mereka, Sita bergegas menemui kakaknya. Dika, yang telah resmi menjadi suami Sita, ikut mendampingi Sita untuk menemui Arya. Padahal mereka baru saja pulang dari bulan madu. Walaupun rasa lelah masih mereka rasakan tetapi hari bersejarah seperti hari ini tidak bisa Sita lewatkan begitu saja.

Bagaimana tidak, setelah ayah mereka bunuh diri, Arya dan Sita tak sanggup untuk mengelola perusahaan ayahnya. Akhirnya mereka menyerahkan perusahaan ayah kepada paman yang merupakan sepupu ayah.

Perusahaan Sadhana Farmasi telah dikelola dengan baik selama ini dan Arya maupun Sita tidak enak untuk mengusik perusahaan yang seharusnya menjadi warisan mereka. Karena menurut Arya dan juga disetujui oleh Sita, belum tentu perusahaan akan berkembang sebagus ini jika berada dalam manajemen sang pewaris. Terlebih saat itu Arya masih merintis perusahaan miliknya sendiri, maka dia akan merasa kuwalahan.

Namun berbeda dengan sekarang, Arya sudah mampu menguatkan perekonomian perusahaannya dan telah diakui menjadi salah satu perusahaan besar di Indonesia. Dan kini Arya mulai melebarkan jaringan perlahan di bagian Asia Tenggara.

Selama satu minggu Sita dan Dika berbulan madu, rupanya ada banyak informasi mengejutkan yang mereka lewatkan. Tentu saja itu tentang asal usul Marina. Selama ini Sita juga tidak mengenal kekasih kakaknya itu secara pribadi. Karena satu dan lain hal, Sita lebih banyak mendengarnya langsung dari mas Arya.

Meski timbul rasa kuatir dengan hubungan kakaknya dan Marina, tetapi Sita tidak berani untuk campur tangan, ia hanya akan mengamati dari dekat dan mendukung apapun keputusan kakaknya itu. Apalagi ada kabar bahagia jika kini Marina tengah berbadan dua.

Sita tersenyum memandang gedung perkantoran milik mendiang ayahnya, sudah lama sekali ia tidak datang kemari sejak kejadian tidak menyenangkan yang menimpa keluarga mereka.

"Selamat siang Pak Arman." sapa Sita pada seorang pria paruh baya yang masih Sita kenali sebagai sekuriti senior di kantor tersebut saat melewati area lobby kantor.

"Siang mbak Sita. Saya senang melihat mbak Sita kesini lagi. Ini suaminya ya mbak? Saya diceritain ama mas Arya kalo mbak Sita baru saja menikah. Selamat ya mbak." sahut Pak Arman dengan sopan dan hangat.

"Iya pak kenalin ini Dika suami saya." ucap Sita kemudian memperkenalkan Dika.

"Selamat ya mas Dika untuk pernikahannya. Saya turut berbahagia. Silakan masuk, mas Arya sudah di meeting room lantai 6." ucap Pak Arman.

"Makasih pak Arman. Mari pak." sahut Sita.

Dika merangkul bahu Sita saat mereka berjalan menuju lift. Beberapa tatapan mata lelaki dan perempuan seperti biasanya melihat dua sosok asing yang juga sedang mengantri lift bersama mereka. Kaum hawa dengan malu malu melirik ke arah Dika, yang jelas jelas sedang merangkul Sita. Sedangkan kaum adam melirik dengan minat ke arah Sita yang sudah jelas datang bersama pasangan. Bukannya tidak sadar jika keberadaan mereka menjadi sorotan, namun baik Dika maupun Sita selalu mengabaikan. Dika tersenyum sambil menoleh pada Sita.

Mereka masuk ke dalam lift yang terbuka dan langsung menuju ke lantai enam. Saat lift terbuka dilantai enam, dihadapan Dika dan Sita terdapat lorong dengan beralaskan karpet, mereka langsung menuju ke dalam ruang meeting. Disana sudah tampak beberapa orang, termasuk Arya dan Om, tante dan juga pengacara yang sedang membicarakan sesuatu hal dengan serius. Arya yang menyadari kedatangan Sita dan Dika, langsung melambaikan tangannya.  

Tante Riska menoleh dan berjalan menghampiri Sita. Dengan segera Sita mengulurkan tangan dan disambut pelukan hangat dari tante Riska. Sedangkan Om Damar langsung berdiri dan juga mengikuti istrinya menyambut kedatangan anak dari sepupunya itu.

"Maaf ya, kami mengganggu acara bulan madu kalian." ucap tante Riska dengan tersenyum.

"Enggak kok tante, kami memang udah waktunya pulang hari ini."

"Tapi kalian kan belum sempat istirahat." sahut Om Damar.

"Santai aja Om, tante. Aku ama Dika masih dalam masa cuti." ucap Sita.

"Sebentar lagi kita akan masuk ke ruang aula, disana sudah ada wartawan yang menunggu." ucap salah satu pengacara.

"Ok." ucap Om Damar.

"Sita kamu udah siap?" tanya Arya.

"Iya bro." ucap Sita mantab.

.....

"Tadi Siang  sebuah perusahaan yang telah lama bergerak dibidang teknologi Software yaitu PT. Mahapraja Tech telah membeli PT Sadhana Farma yang bergerak dibidang penelitian teknologi pengobatan. Transaksi tersebut dilakukan di Gedung pusat PT Sadhana Farma. Dengan akuisi ini maka, Arya Mahapraja Sadhana menjadi orang terkaya kelima di Indonesia dan PT Mahapraja Tech semakin menunjukkan kontribusinya pada dunia teknologi di masa depan. Tidak hanya untuk elektornik tetapi juga untuk pengobatan di masa yang akan datang. Tampak saham dari Sadhana Farma mengalami peningkatan dengan akuisi ini. Demikian liputan 8 malam."

Setelah melihat liputan berita di televisi, Baratha yang masih terbaring di ranjang rumah sakit, segera memanggil Wilmar anak keduanya.

"Papa mencariku? Apa yang papa perlukan?" tanya Wilmar.

"Katakan pada Arya calon suami Marina bahwa aku ingin bertemu berdua saja tanpa Marina." ucap Baratha.

"Pa. Jangan melakukan sesuatu hal yang membuat papa tertekan." ucap Wilmar.

"Jangan kuatir, aku tidak akan melakukan sesuatu hal yang akan merugikan Marina. Aku hanya ingin melindungi anakku dan calon cucuku."

"Baik. Kalau begitu aku akan minta asistenku yang menyampaikan pesan."

"Jangan! Kamu sendiri yang harus menghubungi Arya." ucap Baratha menegaskan.

"Oke pa."

.....

Arya bergegas menuju ke rumah sakit setelah mendapat kabar dari Wilmar. Seharusnya Marina tidak tahu bahwa Arya akan bertemu dengan Baratha namun, Arya tidak bisa membohongi Marina. Arya kemudian mengantar Marina ke ruangan Christie, supaya Marina bisa mengobrol dengan Christie sambil menunggunya.

Arya kemudian menuju ke ruang VIP tempat Baratha dirawat. Hanya ada Wilmar di ruangan VIP itu.

"Kamu langsung masuk saja ke dalam, papa sudah menunggu." ucap Wilmar saat melihat Arya yang muncul dari balik pintu.

"Oke kak." Arya langsung masuk ke dalam kamar dimana tempat Baratha, sang calon mertuanya berbaring.

Arya melihat, sosok Baratha yang tampak duduk ditepi ranjang dan memunggungi pintu masuk. Baratha tampak fokus memandang keluar ke arah jendela besar yang memberikan pemandangan kota.

"Duduklah di sebelahku Arya." ucap Baratha tanpa menoleh.

"Baik Pak." ucap Arya kemudian menghampiri calon mertuanya itu. Arya duduk tepat disebelah Baratha. Ia sekilas menoleh pada Baratha yang tak mengalihkan pandangannya dan terus menatap lurus ke depan.

"Dengarkan aku Arya. Ini mungkin adalah permintaan terakhirku."

"Silakan Pak Baratha katakan saja."

"Aku akan memberikan restuku untuk hubunganmu dengan Marina dengan satu syarat."

"Apa syarat yang harus saya penuhi?" tanya Arya yang kemudian menoleh pada Baratha.

Baratha kemudian menoleh menatap Arya dengan tajam.

"Syaratnya adalah, keturunanmu dan Marina harus bergelar nama keluarga Wiratha. Karena aku ingin memberikan perlindungan mutlak bagi anakku Marina dan calon cucuku. Kamu harus bisa membujuk Marina, bagaimanapun caranya. Itu adalah permintaanku, apakah kamu sanggup?"

..... BERSAMBUNG .....

PUBLISH : 19 09 2022

Never Let Go [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang