30

513 14 3
                                    

Deg!

Ya tuhan, ini tidak benar - benar terjadi bukan? Aku pasti salah dengar! Lalu aku segera mendekati papah dan pihak kepolisian. Sesampainya di sisi mereka, aku pun langsung menarik kerah baju pak polisi, lalu aku mengguncang tubuhnya.

"GAK MUNGKIN! PAK INI BERCANDA KAN? TOLONG JAWAB KALAU INI HANYA LELUCON! AYO JAWAB SAYA!" Tepat di wajah petugas kepolisian aku meneriaki nya.

"Riana, lepaskan!" Papah membantu petugas kepolisian dengan menarik tubuh ku agar menjauh dari nya.

"Pah, jawab aku, mas Vino baik baik saja kan? Pasti mereka salah menemukan tuh, mana coba saya mau lihat jasad suami saya! Kalian pasti sedang berbohong, minggir! Sebelah mana yang kalian katakan bahwa itu jasad suami saya" dengan sisa tenaga aku mengikuti petugas kepolisian untuk menunjukan jasad tersebut.

Aku sudah tidak memiliki tenaga untuk terus maraung, saat ini aku juga sedang hamil jadi sebisa mungkin aku mengontrol emosi agar tidak melukai bayiku. Walaupun di lubuk hati aku benar benar takut bahwa jasad itu ternyata memang benar mas Vino.

"Ini bu jasad nya, silahkan" petugas kepolisian membuka gumpalan berwarna orange tersebut dengan perlahan, jantungku mulai berdetak dengan kencang. Aku takut tuhan.

Dengan perlahan namun pasti, rambut jasad tersebut sudah kelihatan, aku sudah bisa ngenali rambut itu. Tidak mungkin! Mas kamu tidak mungkin meninggalkan kami berdua kan?

"MAS VINO! GAK GAK INI PASTI BUKAN KAMU KAN MAS? JAWAB SAYA PAK INI BUKAN SUAMI SAYA KAN? PAH INI BUKAN MAS VINO KAN? JAWAB DONG PAH!" Aku tidak percaya, setelah terbuka semua aku mengenali baju yang dipakai jasad itu. ITU BENAR MAS VINO!.

Aku tidak kuasa menahan air mataku saat melihat wajah Mas Vino yang pucat tak bernyawa. Lalu aku mengelus wajah pucat itu, aku tidak percaya ini namun semua sudah terlihat jelas di mataku.

"Mas kenapa kamu meninggalkan aku? Bagaimana dengan anak kita mas? Segitu cepatkah Tuhan menginginkan kamu? Apa karena ini adalah suatu karma untuk ku, karena sudah menyianyiakan kamu dulu?" lirihku.

Aku mohon jangan sekarang, aku masih ingin melihat wajah ini Tuhan, sampai kami menua bersama. Batinku

Pandanganku mulai berbayang, kepalaku pusing aku tidak kuat menopang tubuh ku lagi, setelah itu aku tidak bisa mengingat apapun.

Pov Riana end

•••••

Di dalam kamar wanita yang sedang hamil besar, terlihat sedang duduk di teras tamu sambil memandangi taman rumah, wajah yang terlihat sedih namun tidak dapat melunturkan kecantikan nya.

Wanita itu Riana, sudah tiga bulan kepergian sang suami namun tetap saja ia merasakan kesepian di dalam rumah ini yang dulu sempat diramaikan dengan sang suami, namun semua itu hanyalah kenangan yang akan ia ceritakan nanti kepada anak mereka.

"Mas bahkan kita pernah berjanji untuk melakukan dinner ditaman setelah kamu pulang, namun ternyata permintaan ku tidak bisa terpenuhi. Mas baby sudah masuk bukan ke delapan, bagaimana aku bisa melahirkan kalau tidak ada kamu disisiku mas?" Tatapan Riana sendu, ternyata dia masih belum bisa mengikhlaskan ke pergian sang suami.

Berbagai kekawatiran memenuhi benak nya, bagaimana bisa ia menjalani sisa hidup nya dengan sang bayi nanti? Namun Riana tetap akan bertahan demi sang anak. Aku janji mas, aku akan merawat anak kita dengan baik sampai dia dewasa.












~Selesai~

••••

Hallo readers

Terimakasih sudah mendukung karya ku, aku tidak pandai merangkai kata yang bagus tapi....aku mengucapkan terimakasih banyak sudah selalu mendukung ceritaku ini.

Aku tau masih banyak kekurangan dari karya ku ini, tetapi aku dengan keberanian aku memutuskan untuk membuat cerita ini.

Tolong tetap dukung cerita aku selanjutnya yang akan aku publish secepat nya ya...🥹

Love you all

See u next story🫶🏻🥺

Unwanted Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang