Bab 19. Asa

833 69 2
                                    



Bisakah ia berharap sekali lagi pada hati yg telah retak ? Retak seperti hatinya yg juga sama.

Entahlah, Fiony hanya berharap kalau ini tak seperti apa yg dibayangkannya. Dia hanya berharap kali ini pilihan nya tak membuat nya kembali terpuruk.

Apa yg membuat nya bisa kembali terjebak pada rasa yg sama ? Bukankah dia sudah berjanji pada diri nya sendiri hanya untuk fokus pada sekolah ? Tapi apa...

Dia tak bisa membohongi diri nya sendiri.

Fiony menyukainya. Menyukai saat dimana dia menyapanya dengan riang, menyukai ketika dia bertanya kabarnya, menyukai setiap perhatian kecil yg ditujukan padanya. Fiony benar benar menyukainya.

Tapi apakah hatinya mampu menerimanya ?

Antara ya dan tidak.

Logikanya masih menolak akan hal itu, tapi hatinya tak mampu melakukannya.

Walau ada sebagian dari dirinya yg masih bingung. Sebenarnya apa yg diinginkan nya ?

Fiony tak tahu.

Author juga sama, jadi jangan tanya.

" Haahhh... " Hembusan nafas itu mengakhiri pikirannya yg masih kalut.

Ia bangkit dan mulai berjalan kearah satu tempat dimana ia selalu pergi kesana untuk menenangkan diri. Perpustakaan.

Satu tempat dimana ia tak perlu mengkhawatirkan apapun. Hanya ada dia dan dirinya. Tanpa ada orang lain.

Tapi sepertinya kali ini perkiraannya meleset.

" Kak Fiooo !!! " Seru seseorang perlahan, dia tak ingin suaranya membangunkan macan tidur yg sedang berjaga dimeja depan.

" Hai Zee ! " Balas Fiony, ia tak menyangka akan bertemu dengan orang yg selalu mampir dipikirannya akhir akhir ini disini.

" Kebetulan banget kak ! Kakak kesini mau baca buku ? " Tanya Zee, sebuah pertanyaan bodoh. Ya masa ke perpustakaan mau cuci tangan, kan nggak mungkin.

" Iya Zee. Mumpung jamkos. " Kata Fiony menjawab pertanyaan itu dengan senyuman, yg tentu dibalas dengan senyuman manis milik Zee.

" Iya... Sama juga kak. Bedanya aku kesini cuma mau ngadem. AC dikelas mati soalnya... "

Ngaku... Siapa juga yg kayak gitu waktu masih sekolah ?!!!

" AC perpus lebih dingin kan... Makanya kamu kesini ? " Tanya Fiony, ia juga kadang merasa hal yg sama.

" Hehe... Iya kak. Kakak juga sering kesini pasti ! " Ucap Zee, akhirnya berhasil membuat Fiony berbicara panjang lebar dengannya.

Mereka terus saja berbicara dengan perlahan sampai harus duduk di bangku paling pojok perpus setelah Fiony mengambil acak sebuah buku novel untuk dibaca, jauh sekali sehingga tak terlihat oleh si penjaga. Mengabaikan tujuan awal mereka datang kesana.

" Kak Fio... " Panggil Zee, masih menatap lekat kearah Fiony yg juga menatap balik Zee dengan lembutnya.

Terjebak.

Fiony kembali terjebak pada sorot mata milik Zee. Tatapan yg mengisyaratkan dengan tegas kalau adik kelas dihadapannya ini memiliki rasa lebih padanya.

Bukan bermaksud percaya diri atau apalah, tapi Fiony sangat mengerti akan tatapan itu.

Karena dia pernah berada diposisi yg sama, hanya saja kali ini dengan orang yg berbeda.

Zee sangat mudah untuk dibaca.

Mungkin karena dia lebih berpengalaman sehingga Fiony mengerti apa yg saat ini terjadi.

Sebelum dia bergerak dan hanya berakhir menyakiti diri sendiri, lebih baik dia menunggu. Menunggu sebuah kepastian akan sesuatu yg tak pasti.

" Kak Fiooo... " Panggil Zee sekali lagi karena Fiony tak menjawabnya, malahan balik menatapnya dengan dalam yg tentu membuatnya salah tingkah seketika.

" Kenapa ? " Tanya Fiony lembut yg membuat Zee kembali merasakannya, rasa desiran yg melalui sekujur tubuhnya membawa euforia pada dirinya.

Betapa Zee benar benar sudah dibuat candu akan suaranya. Layaknya simfoni yg menenangkan hati. Fiony pun begitu. Membuatnya hanyut, akan suara merdunya.

" Kak... Kalo misalnya... Aku bilang suka sama kakak... kakak percaya nggak ? " Tanya Zee tiba tiba, tak menyadari akan apa yg diucapkan.

Mulut !    Batinnya berteriak setelah tersadar. Ucapan itu adalah hal yg spontan keluar dari mulutnya dan Zee tak mampu menghentikan kata kata itu keluar.

" Kenapa kamu bisa bilang gitu ? " Sambil tersenyum, Fiony bertanya dengan tatapan teduhnya, dia mampu merasakan kalau saat ini detak jantungnya tak mampu tuk dikontrol, berdetak begitu cepat.

" Karena... Aku bisa ngerasain kalau aku suka waktu deket sama kakak. Suka waktu ngeliat kakak senyum, suka sama tatapan kakak yg teduh ini, suka sama kata kata lembut yg keluar ketika kakak bicara. Aku suka kak. Aku suka semuanya. " Ungkap Zee dengan pipi yg telah memerah, menahan gejolak rasa yg dialaminya.

Apa yg dikatakannya tanpa sadar barusan harus diakhiri dengan sebuah pengakuan. Ya... Zee sudah bertekad untuk mengatakan segalanya pada Fiony.

" Hehehe... " Kekehan dari Fiony membuat jantung Zee semakin dilanda rasa kecemasan. Dia takut akan mengalami patah hati untuk yg kedua kalinya.

Tapi sepertinya Zee tak perlu khawatir sama sekali.

" Kalau aku juga suka sama kamu... Gimana Zee ? "

Zee terdiam.

Fiony juga bertekad untuk mengatakannya. Walau masih ada sisa keraguan pada sosok didepannya ini, dia tetap akan mengatakan semuanya.

" Tapi apakah aku bisa naruh harapan sama kamu Zee ? Harapan kalau aku bisa jatuh hati sama kamu ? Bisakah ? "

Dan pertanyaan itu membuat Zee lebih terdiam lagi. Dia sekarang bingung akan dirinya. Bisakah dia membuat kakak kelas dihadapannya ini jatuh hati padanya ? Bisakah dia membuat keraguan dihati Fiony hilang sepenuhnya ? Dan bisakah dia bisa ?

Bisakah ?

























For my oshi !

Ngomong ngomong, ada yg lagi nonton bola nggak sih ?

TBC...

Selamat Membaca...

Tentang Kita...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang