Bab 9. Kalut

983 97 1
                                        

Ntar Zee kangen !

Kalimat itu terus berdengung dikepalanya, menciptakan satu keadaan dimana fokusnya tak bisa berdiam disatu tempat. Satu untuk kalimat itu, satu untuk lingkungan sekitar, satu untuk pikirannya, dan satu lagi untuk hatinya.

Baiklah. Zee benar benar berhasil membuatnya overthinking.

" Ce ! "

" Cepio ? "

" Fiony Alveria ! " sentak teman sebangkunya yg bername tag Dhea Angelia, atau yg biasa dipanggil Dey. Melihat teman seperjuangannya ini melamun seperti itu tentu membuatnya khawatir. Apalagi setelah mendengar apa yg dikatakan anak anak kelas atas kejadian didepan kantin yg sudah tersebar luas ke penjuru sekolah.

Lagi dan lagi, sepertinya Zee harus menyiapkan mental atas apa yg diperbuatnya tadi pagi.

" Eh, iya Dey ? Kenapa ? " tanya Fiony tersentak, Dey benar benar membantunya untuk keluar dari pikiran kacaunya saat ini. Ingatkan dia untuk berterima kasih nanti.

" Gue yg harusnya nanya. Lo kenapa ? Kepikiran sama NTU adek kelas ? Adeknya kak Ara bukan sih ? " tanya beruntun Dey,

" Iya dia adiknya kak Ara, Azizi Asadel namanya. Panggilannya Zee. Aku cuma lagi kepikiran sama masalalu aja Dey. Nggak enak. " keluh Fiony. Kenangan lama yg benar benar ingin dikubur selamanya dalam brankas memori harus terungkit hari ini karena pertanyaan dari Zee.

Ingin marah tapi gabisa. Ingin sedih tapi gaguna. Itu yg saat ini dialami oleh Fiony. Membingungkan.

" Susah sih kalo itu urusannya. Lagian kenapa bisa kamu akrab sama tuh anak ? Gimana ceritanya coba ? " penasaran Dey karena ini adalah sesuatu yg diluar kendali mereka.

Bagaimana bisa dia coba ?!!

" Yah... Ceritanya ya karena bisa Dey ! " jawab ambigu Fiony.

" Gue gampar ya ! " ancam Dey setelah mendapat jawaban itu. Yg hanya mampu ditertawakan oleh Fiony.

" Tapi ya Ce, kok bisa adek kakak beda sifat gitu. Berbanding terbalik banget.. beda banget gitu... Kok bisa sih ! " Cerocos Dey karena merasa geregetan.

" Kak Ara, si kulkas berjalan empat pintu yg dinginnya sampe ke ubun ubun, punya adik yg katanya cuek tapi sebenarnya pecicilan. Nggak bisa diem, terus tadi dikantin apa ? Bisa ngomong manis juga tu anak. Berbanding terbalik banget ya ce ? " jelas Dey yg masih betah membicarakan Zee padahal Fiony sudah mencoba untuk tak mengingatnya kembali.

" Iya Dey. " singkat Fiony, Dey yg merasa Fiony mulai sedikit sensitif pun mulai mengalihkan topik pembicaraan.

" Oh iya ce. Lo beneran mau resign jadi ketua OSIS ya ? Kok nggak ada cerita sih ! " ucap Dey mulai merasa jengah dengan kelakuan sahabatnya yg kadang menjadi sangat tertutup.

" Ehehe... Emang seharusnya aku udah resign dari lama sih Dey, lagian kita juga udah kelas XII. Ujian kelulusan udah deket, aku merasa beban makin berat. Makanya aku mau berhenti aja. Palingan sebulan lagi aku lepas jabatan. " jelas Fiony pada Dey yg diangguki paham akan keadaannya.

Entah apa yg akan dilakukan kedepannya nanti, yg pasti Fiony hanya bisa menerima dan melaluinya. Sama seperti biasa.

*****

" Kalo gitu nggak papa Zee. " Dilan.

" Biar aku aja yg kangen. " Jun.

" Arghhhh ?!!! " Erang Zee kembali terdengar, setelah mendengar penuturan dari Dilan dan Jun yg secara serempak mengejeknya.

" Makanya ! Jangan sok sokan mau ngegombal. Digombal balik meleyot kan tuh ! " ujar Dilan menasehati.

" Wkwkwkwkwk... Azizi Lemah Asadel ! " timpal Jun yg masih menertawakannya.

Tentang Kita...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang