Epilog II

1.5K 98 8
                                    



Gambar diatas adalah ketika author gabut saat sedang bekerja, dan cerita ini adalah bagian dari kegabutan author.



*****




Duduk dibangku taman saat mereka pertama kali jalan berdua. Memandang kearah langit sore yg tengah memanjakan penglihatan mereka. Dan disinilah Zee akan mengatakannya.

" Kak Fio... "

" Iya Zee ? "

" Kak Piooo... "

" Iya Zeeeee... "

" Kakak Fiony Alveria Asadel... "

" Hahhh... "

" Wkwkwkwkwk... " Tawa Zee setelah berhasil membuat Fiony menghela nafas panjang.

" Kakak tau nggak kak ? " Tanya Zee saat tawanya sudah berhenti.

" Nggak. "

" Makanya sekarang aku mau ngasi tau... "

" Iya, apa ? "

" Kangen. " Cicit Zee pelan yg masih dapat ditangkap oleh pendengaran Fiony.

Sebuah senyuman manis kini hadir diwajah cantik Fiony, membuatnya semakin terlihat menawan.

" Kenapa ? Aku nggak denger ? " Ucap Fiony, berusaha membalas perbuatan Zee sebelumnya.

" Ish kak ! Kakak denger loh ya. Masak aku harus ngulang lagi sih. " Tolak Zee dengan muka manyunnya yg terlihat menggemaskan dimata Fiony.

" Harus. " Kata Fiony sembari menatap tulus pada Zee yg membuatnya merasa mendapat tambahan energi kala ini.

" Aku kangen. " Ucapnya penuh kerinduan. Tatapan mata miliknya seakan memberitahu betapa rindunya dia pada sang pemilik hati.

Ia benar benar merasa kalau segala hal yg ditahannya selama ini akhirnya berbayar. Setahun mereka terpisah karena jauhnya jarak dan lamanya waktu.

Zee yg memilih mengambil beasiswa kedokteran di Universitas Stanford membuatnya harus terpisah dari teman dan juga kakak tercinta, dan jangan lupakan juga perpisahannya dengan sang kekasih yg membuatnya tak tenang selama seminggu.

Dia cuma overthinking,

Gimana kalau ada yg godain kak Fio ?

Ntar siapa yg jagain kak Fio ?

Kalau aku kangen ntar gimana ?

BUCIN.

Jun dan Dilan yg mendengar kegundahan Zee tentu saja dibuat stres. Gimana nggak ? Setiap sejam sekali Zee bakal nanya keadaan Fiony ke mereka berdua yg tentu membuat Fiony juga kadang kesal.

FYI, Jun sama Dilan masuk ke Univ yg sama kayak Fiony. Cuma beda fakultas aja.

" Aku juga. " Balas Fiony mengutarakan rasanya.

" Yaudah...

( Puji puk )

Sini ! " Ucap Zee sambil menepuk dadanya dan merentangkan tangan seakan meminta Fiony untuk masuk ke pelukannya. Mana komuknya udah kayak mau nangis pula.

Bodoh emang🤣

Kalau mau minta peluk ya langsung aja😂😂

" Hehe... Sini. " Tapi untungnya Fiony orangnya sabar.

Pelukan itupun terjadi. Fiony merengkuh tubuh Zee yg sudah gemetar karena menahan tangis. Fiony mengeratkan pelukannya yg semakin membuat Zee terisak.

" Huaaaa..... "

And She cry.

Fiony mendengar tangisan Zee pun tak mengatakan apa apa, ia hanya mengelus punggung Zee berusaha menenangkannya. Walau itu semakin membuat Zee menangis kencang.

Nggak ada romantisnya emang.

Setelah beberapa saat kemudian Zee pun berhasil menenangkan diri. Ralat, Fiony yg berhasil menenangkan Zee.

" Kak... Kangen. " Rengek Zee saat ia sudah sedikit menjauhkan diri tapi masih belum melepaskan pelukannya.

" Iya Zee. Aku juga kangen. Udah ya, jangan nangis. Dasar cengeng. " Ungkap Fiony dengan sedikit mengejek diakhir saat tangannya sibuk memencet keras hidung Zee dengan sapu tangannya, berusaha menghilangkan lendir menjijikkan yg hadir dihidung merah Zee.

" Dududuh kak... Sakit. " Zee mengaduh pelan saat merasakan sakit dihidungnya.

" Makanya. Jangan cengeng. Aku aja nggak nangis tuh. " Ejek Fiony saat melihat wajah manyun milik Zee masih terpatri dihadapannya.

" Kan kangen kak. " Elak Zee,

" Emang kamu nggak nangis waktu ketemu sama kak Ara ? Sama Jun sama Dilan ? Waktu kangen ? " Tanya Fiony memandang dengan teduh gadis pemilik hatinya, yg mana berhasil membuat Zee salah tingkah seketika saat ditatap seperti itu.

" Sama kak Ara nangis. Cuma kalau Jun sama Dilan nggak. Amit amit Zee nangis didepan mereka, nggak layak tuh air mata Zee keluar buat mereka. Kan air matanya Zee itu mahal kak. " Jelasnya dengan jelas. Manja mode on.

" Wkwkwk... Iyadeh iya yg air matanya mahal. " Tawa Fiony yg mendengar kalimat itu.

" Kak... " Panggil Zee,

" Iya Zee ? "

" Jangan pernah tinggalin Zee ya. Kakak nggak perlu pake janji. Ada disisi Zee aja itu udah lebih dari cukup buat Zee. Mau ya kak ? " Kata Zee dengan lirih, bahkan matanya sudah kembali berkaca kaca.

Ia benar benar merasa kalau harus mengatakannya untuk menenangkan diri sendiri. Dia selalu dibuat cemas akan pikiran pikiran negatif yg melintas dikepalanya. Dan membuat dia semakin overthinking setahun belakangan yg sangat membuatnya tak nyaman.

" Tanpa kamu bilang aku bakalan selalu ada disini Zee. " Ucap Fiony sembari memegang kedua tangan Zee dan menaruhnya di dadanya.

" Aku udah nggak bisa pindah Zee. Karena kamu yg berhasil megang seluruh hatiku. Jadi jangan khawatir, aku takut kamu kenapa kenapa nanti karena kebanyakan pikiran. Ya ? "

" Huaaaa..... " Tangisan Zee seakan menjadi jawaban iya untuk Fiony.

Mengeluarkan segala kegundahan selama ini.

Dengan cara membaginya dengan sang pemilik hati.

Dan Zee benar benar merasa tenang setelah ini.

Dibawah lembayung senja mereka mengutarakan rasa, meyakinkan diri sendiri, dan saling memastikan kalau mereka akan berada disisi masing masing tanpa adanya janji, melainkan melewati bukti.




*****
























Halo !

Ada yg masih baca ini cerita ?

Karena gabut makanya author buat epilog kedua. Dan mungkin ini menjadi yg terakhir untuk cerita ini.



END.

Tentang Kita...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang