Bab 10. Tinta Dikanvas Hati

928 88 4
                                    

Cinta itu pasti berakhir indah, itu yg selalu dipikirkan oleh Zee. Cinta, perasaan menyenangkan yg membuatnya bahagia itu menjalar ke seluruh tubuhnya membuat reaksi yg bahkan dirinya sendiri tak sadari. Tapi sekarang, setelah dia mengalami dan memahami, kalau cinta tak selamanya harus berakhir indah.

Sama seperti apa yg dialami oleh sang kakak.

Dia masih syok atas penuturan sang kakak akan masa lalu percintaannya. Setragis itukah cinta ? Sampai harus membuat sang kakak menderita tanpa luka ?

Zee tak mampu membayangkannya. Dia bahkan sudah meneteskan air mata akan apa yg didengarnya.

" Pantes. Aku nggak pernah ketemu lagi bahkan dengar kabar lagi dari kak Shani. Ternyata Tuhan sayang banget sama dia. " Ujar Zee,

" Iya, Tuhan sayang banget sama dia. Makanya kamu jangan sedih, nanti Tuhan marah kalau kamu bersedih akan kehilangan dia. " Kata Ara dengan tersenyum, senyum sendu.

" Lain kali kamu ikut ya. Ketemu kak Shani. " pinta Ara dengan wajah sendunya. Dia sudah terbiasa akan kehilangan yg dialaminya. Tanpa mengeluarkan air mata, siapa pun dapat melihat sesakit apa Ara kala itu, kala ia kehilangan cinta pertamanya.

" Iya kak. Nanti aku bawain oleh oleh buat kak Shani. Biar dia bisa senyum diatas sana. " Kata Zee sembari menarik ingusnya. Ara yg mendengarnya pun merasa lega, lega karena telah berhasil menceritakan apa yg selama ini tak ingin diceritakannya pada sang adik.

Rahasia pedihnya.

Satu malam yg panjang ini akan dihabiskan oleh kedua bersaudara itu dengan saling cerita tentang kehidupan mereka selama ini. Dengan sedikit bumbu tentunya,

" Terus kak, soal kak Fio... " Ragu Zee tuk sekadar bertanya tentang yg satu ini.

" Fiony ya... Kamu suka sama dia ? " tanya Ara jail setelah mendengar pertanyaan ragu Zee.

" Dih... Apaan... Nggak ya... Mungkin. " Elaknya akan apa yg dikatakan oleh sang kakak, dengan diakhiri gumaman pelan yg tentu dapat didengar oleh Ara.

" ... " tatapan Ara mampu membuat Zee memerah malu. Ara menatapnya dengan muka mengejek yg disertai tatapan jailnya berhasil membuat si Zee tak mampu mengatakan apapun.

" Emang sih. Kamu nggak salah. Fiony anaknya baik, ramah, murah senyum, pengertian, lembut dan nggak gampang marah. Dan yg pasti cantik sih, nggak salah kalau kamu suka sama dia. " Jelas Ara pada sang adik.

" Inget kak Chika kak ! " peringat Zee dengan maksud candaan.

" Kakak cuma jelasin ke kamu. Lagian hati kakak cuma buat Chika kok, tenang aja. Kakak nggak akan rebut Fiony dari kamu. " Balas Ara tak mau kalah.

" Lagian aku nggak suka sama kak Fio, cuma kagum ! " kata Zee berusaha meyakinkan kakaknya,

" Iyadeh, dari yg masih berusaha move on. " Ledek Ara, dan tentu mendapat tatapan cemberut dari sang adik.

" Kakkk... "

" Lagian Zee, hati hati ya. Kagum bisa aja berubah jadi suka bahkan cinta. Tergantung sama waktu. Contohnya si Olla, bisa bisanya dia udah tunangan sama kak Jessi, padahal dulu Olla lebih kearah kagum bukan suka sama kak Jessinya. Dilangkahin kakak sama dia. " Ucap Ara mengenang masa lalu. Masa lalu yg bahagia tentunya.

" Iya iya kak. Aku bakal inget kok. Terus kakak kapan lamar kak Chika nya ? " tanya Zee yg mendapat balasan dengan Ara yg mengangkat sebelah tangan kanannya dan menggerakkan jari tengah berisi cincin putih yg tersemat dengan manis disana. Dan jangan lupakan senyuman penuh kemenangan diwajah sang kakak yg terlihat begitu berseri.

" HAHHH ?!! SEJAK KAPAN ?!! " Teriak Zee kencang akan apa yg telah dipahaminya.

Ya... Ara telah melamar Chika belum lama ini.

" Surprise ? " ucap Ara dengan masih menampilkan senyumannya,

" Ihhh..... Kok nggak ngajak Zee ?!! Kan Zee pengen liat prosesnya !!! " cemberut Zee pada sang kakak.

" Hehe... Kakak sengaja nggak ngajak siapapun, soalnya kakak gugup banget waktu itu. Takut kalo ada yg liat, kakak nggak jadi ngelamar. Kan nggak lucu Zee. " Jelas Ara pada Zee yg diangguki paham. Memang, melamar seseorang butuh keberanian yg besar. Jadi dia memaafkan sang kakak untuk yg satu ini.

" Tapi inget ya kak ! Pajaknya.. hehe😅" untuk yg satu ini tentu tak akan disia siakan oleh Zee.

" Iya, sekalian ajak kedua temenmu itu. Itung itung syukuran. " setuju Ara sembari mengingat kedua teman kocak adiknya.

" Oke kak. Tenang aja, mereka pasti dateng kok. Lagian siapa yg ga mau gratisan. Kan ! " Ucap Zee meyakinkan kakaknya, dimana ada gratisan disitu ada mereka. Pasti itu.

" Oh iya, kamu mau tanya apa soal Fiony ? " tanya Ara setelah mereka melenceng dari topik awal.

" Hehe... Jadi gini. Kak Fio, sejak kapan suka sama kak Ara ? " tanya Zee perlahan, Ara yg mendapat pertanyaan itu tentu dibuat bingung.

Gimana jelasinnya ya ?   Pikir Ara sembari melihat kelangit langit kamar Zee, mencoba mengingat kembali memori masa lalu saat saat SMA.

" Yg pasti setelah kejadian dimana Fiony hampir dibully sih, kalau nggak salah. Dia sendiri yg bilang waktu kakak pernah tanya. " Jawab Ara membuat Zee kembali terkejut.

" Kak Fio pernah dibully ? " tanya Zee mencoba mencari tau lebih dalam,

" Hampir. " Ralat Ara melihat keterkejutan Zee.

" Terus, terus, ceritanya gimana kak ? " tanya lagi Zee,

" Ya gitu... Dia hampir pernah dibully sebelum Kakak dateng ngehalangin si pembulinya. Setau kakak, Fiony dibuli karena pacar si pembulinya ini suka sama Fiony. Mana pernah ditembak lagi si Fiony sama pacar pembulinya, kan dia jadi sasaran amukan. " Jelas Ara, kemudian melanjutkan,

" Makanya kakak kaget pas denger Fiony mau ngecalonin diri jadi ketua OSIS, padahal dia nggak ikut atau jadi anggota OSIS waktu itu. Katanya kalau ada kejadian kayak gitu dia bisa segera bertindak dan mencegah hal yg sama seperti yg dia alami tidak terulang. "

" Wah... " Zee tercengang. Fiony benar benar memiliki hati yg besar untuk melakukan hal itu. Dia saja yg mengikuti ekstra dance hanya sekadar iseng karena dulu Ara pernah ikut ekstra itu. Tapi Fiony... Beda level memang.

" Ada lagi yg pengen kamu tanya ? " tanya Ara menyadarkan Zee kembali kenyataan,

" Enggak deh kak. Aku mau tidur aja. Capek. " Ucap Zee merasa lelah akan apa yg didengarnya malam ini. Ini benar benar malam yg panjang baginya.

" Okelah. Ceritanya lain kali lagi ya. Selamat malam adeknya kakak. Mimpi indah ya. Ehh... Jangan mimpi indah. Mimpiin Fiony aja ! " Ucap Ara yg langsung kabur keluar dari kamar Zee. Tentu setelah mendengar teriakan manis milik adiknya.

" KAK ARA !!!!! "


*****


" Hehe... " Tawa Ara perlahan setelah berhasil membuat sang adik berteriak dari balik pintu kamarnya.

" Kakak titip Fiony sama kamu ya Zee. Kakak yakin kamu mampu menjaganya lebih baik daripada apa yg kakak lakukan. Kakak percaya sama kamu. " Lirih Ara sembari menatap kepintu putih kamar sang adik dengan tatapan teduh miliknya.


*****















Setelah seharian menghalu, akhirnya lancar juga cerita ini.

TBC...

Selamat Membaca...

Tentang Kita...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang