🥀22🥀

13K 1K 35
                                    

"Haruskah aku mulai membuka hati?Akankah dia mampu menyembuhkan luka itu atau menyayat luka baru?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Haruskah aku mulai membuka hati?Akankah dia mampu menyembuhkan luka itu atau menyayat luka baru?"

~Farzana Shabira~

🥀🥀🥀

Sepasang mata memperhatikan wanita berjilbab abu-abu yang sedang menata berbagai hidangan di meja makan. Tak lama anak-anak berbagai usia datang dengan wajah yang sangat berbinar menatap hidangan. Mereka pun langsung duduk di kursi bersiap-siap untuk  menyantap makanan yang terlihat sangat lezat itu.

"Ayo bang Ezra pimpin doa makan," pinta anak perempuan salah satu dari mereka.

"Udah lapar ya?" Goda Ezra dengan wajah jahilnya, tanpa disadarinya wanita yang duduk berhadapan dengannya menatapnya heran.

"Bang Ezraaa..." protes anak-anak dengan menatapnya tajam.

"Ya ampun mata kalian ternyata lebih seram dari mata hantu ya." Ezra berlagak takut dengan tatapan mereka, ia pun langsung sikap berdoa dan ikuti dengan lainnya.

Selesai berdoa mereka langsung menyantap makanan yang sudah mereka incar membuat Ezra penasaran dengan makanan yang hampir saja dirinya tidak kebagian kalau tidak segera mengambil dengan cepat, ia tak peduli terlihat seperti seusia anak-anak panti yang terpenting rasa penasarannya terjawab. Sedangkan yang memasak semua makanan tersebut hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum senang melihat antusias mereka.

"Ya, allah kalian kaya gak pernah makan makanan kak Farza saja sih, liat tuh kak Farzanya sampai gak kebagian," ujar bu Mita.

Seketika anak-anak panti menoleh ke arah ibu pantil sambil menyengir kuda dengan serempak.

"Gak apa-apa bu, Farza tadi udah makan ko," balas Farza.

"Cewek budir..." seketika mereka beralih menoleh ke arah Ezra.

"Eh, maksud bang Ezra Farza." Ezra langsung mengganti panggilan untuk Farzana, ia tidak ingin ditanyakan alasan mengapa memanggilnya dengan sebutan itu.

"Ya?"

Ezra menatap Farzana lalu mengacungkan ibu jari ke arahnya "Mantaaap."

Farzana hanya menatap bingung pria itu.

"Masakkan lo mantap,"jelas Ezra mengulang pujian untuk masakkan Farzana.

"Makasih mas Ezra," balas Farzana tersenyum tidak ada sedetik karena melihat ekspresi Ezra yang berubah kesal menatapnya. Ia tersadar dirinya juga salah memanggil dengan panggilan yang tidak disukai pria itu, ia hanya tersenyum tipis lalu beralih ke anak perempuan yang duduk disebelahnya.

Ezra dan Farzana pamit pulang setelah melaksanakan sholat ashar berjamaah dengan anak-anak panti. Farzana yang ingin pulang dengan angkutan umum, namun Ezra memaksa ingin mengantarkan Farzana dan akhirnya terpaksa ia mengiyakan karena tidak ingin berdebat di depan ibu panti.

NETRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang