🥀39🥀

10.4K 827 8
                                    

Pria berseragam berdiri di depan pintu yang memiliki kaca di tengahnya, ia menatap sendu wanita yang mengenakan mukena putih duduk bersama anak laki-laki di samping pria yang sudah melewati masa kritisnya, namun selama empat hari belum sadar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria berseragam berdiri di depan pintu yang memiliki kaca di tengahnya, ia menatap sendu wanita yang mengenakan mukena putih duduk bersama anak laki-laki di samping pria yang sudah melewati masa kritisnya, namun selama empat hari belum sadar.

Keduanya terlihat sedang membaca Al-quran dan tak lama kemudian tubuh wanita itu terlihat bergetar, menandakan saat ini ia sedang terisak dan  membuat mata pria berseragam mulai berkaca-kaca, ia pun ikut terluka melihatnya seperti itu. Hingga suara seseorang membuyarkan pikirannya.

"Sepertinya mas Davi sangat menyukai wanita itu?"

Ia langsung menoleh dan ternyata Kanaya sudah berdiri di sampingnya. Davi kembali menatap ke dalam ruangan.

"Kenapa mencintai harus sesakit ini?"Gumamnya yang terdengar Kanaya.

"Bukan karena mencintai kita tersakiti, tapi ekspetasi kita sendirilah yang menyakiti diri kita sendiri mas," timpal Kanaya.

Mendengar perkataan Kanaya membuatnya mengingat perdebatannya dengan orang tuanya saat setelah makan malam bersama keluarga Kanaya.

"Pih mih aku sekarang semakin yakin dengan perasaan aku untuk Farza, bukan karena merasa bersalah padanya. Aku akan tetap memperjuangkan Farza dan aku siap mengabil resiko apapun atas pilihan aku ini," jelas Davi dengan tegas saat itu.

"Kamu siap terluka kalau ternyata wanita itu sulit membuka hati karena dia belum selesai dengan masa lalunya?" Tanya mami Davi menatap dalam dirinya.

Davi kembali menoleh ke arah Kanaya.

"Lalu apa yang harus gue lakukan sekarang?haruskah gue merelakan Farza kembali pada pria yang telah menyakitinya dan setelah perjuangan gue selama ini?" Tanya Davi sedikit penekanan, sebab perasaannya saat ini sangat kacau.

Begitu pun Kanaya bisa membaca suasana hati Davi yang mulai emosi dengan perasaannya sendiri.

"Kalau kita memang benar tulus mencintai seseorang, meski sangat sulit kita harus bisa menerima kalau kebahagiaanya bukanlah saat bersama kita, sebaliknya kalau kita terus memaksanya membuka hati, itu namanya bukan saling mencintai tapi saling memaksakan mas," jelas Kanaya.

"Apa menjamin kita bisa bahagia saat kembali bersama dengan orang yang telah menyakiti kita?"

"Siapapun tidak bisa menjaminnya mas, ada kalanya kita memberi kebahagiaan ampun memberi luka pada seseorang dan bahkan pada diri kita sendiri mas. Coba mas Davi pahami secara religius, terkadang Allah memberikan ujian pada hati hamba-Nya untuk membuktikan bahwa cinta-Nyalah yang paling besar, tidak ada siapapun yang dapat menandinginya dan kita hanya perlu memperbaiki kedekatan kita pada-Nya. Insya Allah Allah akan menyiapkan jodoh terbaik untuk kita mas," jelas Kanaya dengan penuturan yang lembut tidak ikut terbawa emosi.

Seketika Davi langsung terdiam dengan kalimat panjang yang cukup meredakan hatinya yang sempat memanas, bahkan ia hanya menatap tak bisa berkata-kata. Melihat Davi yang hanya terdiam, Kanaya melambaikan tangan di depan wajah pria itu.

NETRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang