🥀32🥀

12.2K 828 58
                                    

Pria mengenakan kaos putih polos dibaluti dengan jaket denim, duduk di dalam mobil yang sudah diparkir rapi, sesekali ia terlihat mengamati orang-orang yang keluar dari pintu yang tak jauh dari mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria mengenakan kaos putih polos dibaluti dengan jaket denim, duduk di dalam mobil yang sudah diparkir rapi, sesekali ia terlihat mengamati orang-orang yang keluar dari pintu yang tak jauh dari mobilnya.

Setelah lima menit senyumannya mulai mengembang, saat melihat seseorang yang ditunggunya keluar dari pintu tersebut. Ia pun segera keluar dari mobil dan melambaikan tangan yang memegang dompet ke arah sang empu.

"Ya allah mas, aku sudah bilang antar dompetnya pakai ojek online saja. Kenapa mas Davi yang nganterin, mas Davi habis di operasi tiga hari lalu, jahitannya pasti belum benar-benar kering mas," oceh Farzana yang baru saja datang langsung mengomeli pria keras kepala dihadapannya mengantarkan dompetnya yang tertinggal.

Sebenarnya ke esokkan harinya sebelum ke rumah Arsenio, Farzana ingin mengambilnya sendiri ke sana, namun Davi melarangnya karena sang mami terus menemaninya dan pria itu tidak ingin Farzana kembali mendapatkan cacian dari maminya.

Sedangkan yang diomeli tersenyum lebar, menatap gemas wanita berjilbab hitam itu yang datang-datang langsung mengocehinya.

"Iya maaf deh, kalau aku jadi buat kamu sekhawatir itu sama aku," balas Davi memberikan dompetnya pada Farzana dan rasanya ingin mengelus puncak kepala wanita itu namun ia sadar akan batasannya.

"Bu-bukan gitu mas maksud aku," ujar Farzana mengelak prasangka pria itu. Ia tidak ingin Davi salah paham dengan ke khawatirannya karena dirinya ingin mulai menjauh dan pria itu berhenti memperjuangkan dirinya.

"Terus apa namanya kalau bukan khawatir, hmm?"

Farzana menatap Davi sebentar, lalu menurunkan arah pandangannya seraya menghela napas. Ia memilih tidak menanggapi pertanyaan Davi dan membuat pria itu menatapnya sendu.

"Apa kamu masih terpangaruh dengan perkataan mami?"

Farzana hanya menatap Davi dan tidak menanggapinya lagi.

"Za, asal kamu tau sejak kecil atau mungkin sejak aku dalam kandungan, orang tua aku selalu mengatur aku ini itu. Tapi untuk kali ini saja aku ingin menjalani hidup sesuai keinginan aku. Aku ingin menikahi wanita yang aku cinta bukan wanita yang pilihan mereka," jelas Davi.

"Itu artinya orang tua mas Davi punya planning untuk masa depan keluarga dan keturunannya. Mas, terkadang keinginan orang tua terkesan memaksakan tapi sebenarnya paksaan itu seperti insting terbaik mereka sebagai orang tua, sebab ridho orang tua sama saja dengan ridho Allah. Terutama untuk anak laki-laki, meski sudah menikah mereka tetap harus taat pada orang tua, sedangkan wanita beralih mencari ridho pada suaminya. Aku yakin segala sesuatu yang di ridhoi akan terasa di masa depan mas," jelas Farzana membuat Davi terdiam menatapnya.

Seketika suasana menjadi sunyi, Farzana berniat pergi dari sana. Ia tidak ingin memperkeruh suasana seperti sebelum yang membuat keduanya emosi. Namun Davi lebih dulu kembali mengeluarkan suara, jadi Farzana mengurungkan niatnya.

NETRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang