🥀38🥀

9.9K 796 20
                                    

Di dalam mobil ambulance terlihat kelopak mata terbuka tutup mencoba bertahan agar tetap sadar dan samar-samar melihat dua orang yang berada disampingnya sedang menangis penuh kekhawatiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di dalam mobil ambulance terlihat kelopak mata terbuka tutup mencoba bertahan agar tetap sadar dan samar-samar melihat dua orang yang berada disampingnya sedang menangis penuh kekhawatiran.

Rasanya ia ingin menghapus air mata keduanya, namun apa daya untuk sekadar bicara saja ia tak berdaya apalagi untuk mengangkat salah satu tangannya.

Hingga beberapa detik kemudian kelopak matanya benar-benar tertutup rapat yang artinya ia sudah tidak sadarkan diri.

"Mah, kenapa mata papa tertutup?papa baik-baik sajakan mah?" Tanya Farzan yang menggenggam erat tangan papanya dan panik saat mata sang papa terpejam.

Farzana tidak bisa menjawab sepatah kata pun, ia langsung memeluk Farzan sambil terisak dan menatap sendu pria yang terbaring lemah.

"Bertahanlah, aku mohon bertahanlah mas Nio," ucap Farzana dalam hati.

🥀🥀🥀

Davi yang duduk di kursi depan kamar inap Ezra langsung berdiri saat pintu ruangan itu terdengar terbuka membuat Kanaya yang keluar dari ruangan tersebut terkejut, sebab Davi sudah berdiri tepat di depan pintu.

"Si Ezra joss kenapa, tadi gue dengar dia kaya teriak gitu?" Tanya Davi sangat penasaran.

Kanaya terlihat sedang mempertimbangkan apakah harus dirinya memberitahu Davi mengenai kondisi pasiennya.

"Pasien tidak bisa pulang hari ini karena masih ada beberapa observasi yang harus kami lakukan dan hanya boleh diketahui pasien ataupun keluarganya saja," jelas Kanaya memilih jawaban aman.

Mendengar dari jawaban dokter wanita itu, ia menerka kalau saingannya punya penyakit serius.

"Oh, gue juga gak terlalu kepo ko sama kondisi saingan gue itu," balas Davi yang memang tidak terlalu memikiran urusan orang lain.

"Saingan?" Kanaya mengerutkan keningnya dan mengulang kata yang Davi baru saja katakan, bahkan pria itu tersadar akan sebutan untuk Ezra.

Kruuuk...

Davi tersenyum malu sambil mengelus perutnya, di sisi lain ia bernapas lega karena perutnya berbunyi jadi ia tidak perlu menjelaskan pada dokter wanita itu.

"Hehe...gue lupa belum sarapan, lo udah sarapan Nay?"

"Alhamdulilah udah mas."

"Terus sekarang lo mau kemana?"

Kanaya sedikit tercengang karena pria dihadapannya semakin banyak bicara padanya, tidak sedingin pertama kali bertemu.

"Ke IGD mas."

"Yaudah kita turun bareng," ajak Davi.

Mereka pun melangkah menuju lift untuk turun ke lantai dasar, selama di dalam lift mereka tidak banyak berkomunikasi, sebab banyak orang lain juga di antara mereka.

NETRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang