Satu ⚜️

976 90 9
                                    

Langit-langit kapal tertutup bersamaan dengan layar tancap di sudut ruangan melebar. Butuh beberapa detik sampai layar menampilkan gambaran seorang laki-laki paruh baya. Tuksedo yang ia kenakan terlihat mewah karena terbuat dari kulit hewan premium. Rambutnya disisir rapi ke belakang wajah, terlihat mengilap. Ia duduk di belakang meja kerjanya dengan tangan terlipat di atas meja. Oh! Jangan lupakan senyum manis penuh tipuan yang tersungging di wajahnya.

"Selamat malam, para penerus bangsa generasi ke-IV!" sapanya, masih dengan senyum andalannya. "Saya Lee Taeyong, Pimpinan Umum The Roxyburgh ke-IV."

Para penerus bangsa generasi ke-IV dengan seksama mendengarkan laki-laki itu. Sesekali tertawa kecil saat sang pimpinan umum melontarkan lelucon yang 'itu-itu' saja. Beberapa menit melucu dan membakar semangat para penerus bangsa generasi ke-IV dengan pidatonya, sang pimpinan umum menyugar rambut hitamnya.

"Sebenarnya, ada yang ingin saya sampaikan," katanya pelan setelah memperbaiki posisi duduknya. "Seperti yang kita ketahui, dua minggu lagi adalah penerimaan murid baru dan tiga minggu kemudian adalah kelulusan murid yang sudah layak."

Ruangan seluas lapangan sepak bola itu lengang.

"Kami, para pimpinan, sepakat untuk melakukan sensus kepada semua murid The Roxyburgh. Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga apabila terdapat bencana atau sebagainya. Kami merasa biodata kalian masih belum cukup," lanjut Taeyong. Ia memberi jeda sesaat sebelum melanjutkan pidatonya. "Kami akan melakukan tes DNA kepada seluruh murid, baik murid baru ataupun murid lama- termasuk murid yang akan lulus."

Semua orang yang berbaris rapi di lapangan, menganggukan kepala serentak. Sama sekali bukan masalah. Dengan teknologi yang sudah secanggih ini, mereka bisa mendapatkan DNA manusia hanya dengan sehelai rambut, kemudian mereka bisa melakukan sensus murid dengan mudah. Sama sekali bukan masalah.

Tapi, lirikan antara gadis-gadis yang berdiri di dekat layar tancap memiliki arti yang berbeda.

"Tes DNA akan dilakukan bertahap —mengingat banyaknya murid The Roxyburgh—, mulai Rabu minggu depan."

Lalu, helaan nafas gadis-gadis itu terasa semakin berat.

Lee Taeyong menutup pidatonya dengan jargon The Roxyburgh, yang berisi kalimat-kalimat pembakar semangat para murid The Roxyburgh. Kalimat-kalimat pencuci otak yang dibuat oleh Lee bersaudara.

Setelah pidato sang pimpinan umum selesai, para murid dibubarkan dari aula utama. Jam menunjukan pukul sembilan malam, jam istirahat para murid. Itulah mengapa lift menjadi penuh sesak, kebanyakan dari mereka tidak sabar untuk merebahkan diri di kasur setelah seharian beraktivitas. Beberapa dari mereka memilih turun lewat tangga, tidak mau membuang waktu dengan menunggu lift, termasuk si gadis bertubuh jakung itu.

"Kenapa tiba-tiba?"

"Apanya?" tanya si gadis bertubuh jakung, menilik wajah temannya dengan seksama.

Temannya itu menghela nafas. "Itu, tes DNA," keluhnya. "Tahun-tahun sebelumnya tidak pernah ada, bahkan ibuku yang lulusan The Roxyburgh generasi ke-I pun tidak pernah mengatakan mengenai tes DNA, Chaeyoung sayang."

"Oh," gadis bernama Chaeyoung itu menjawab singkat. Ia memilih fokus menuruni tangga —yang juga penuh dengan para murid— daripada mendengarkan omelan kakak kelasnya itu.

"Tapi ada bagusnya, sih. Mereka jadi punya data jika sewaktu-waktu kita mati saat bertugas."

Kali ini Chaeyoung tersenyum kaku. "Kau sungguh berpikir dirimu akan mati saat bertugas, Saerom?"

The Greatest LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang