Dua ⚜️

509 85 2
                                    

Roxyburgh, digadang-gadang menjadi kapal terbesar yang berhasil berlayar di bumi. Teknologi super canggih berhasil membawa jutaan ribu ton mengapung di atas air. Besarnya hampir sama dengan Pulau Bali, menampung ribuan remaja dari umur 17 tahun hingga 21 tahun. Remaja-remaja inilah yang mereka sebut sebagai para penerus bangsa generasi ke-IV.

Para remaja akan dilatih berdasarkan empat kelas utama: kelas kesehatan, kelas militer, kelas teknologi dan kelas ilmu pengetahuan alam. Empat kelas utama ini dicetuskan oleh The Four Greatest Ladies, empat ilmuan hebat yang menguasai empat kelas utama. Menurut The Four Greatest Ladies, empat kelas utama ini merupakan komponen penting yang akan mempertahankan perdamaian dunia beserta kedudukan manusia di muka bumi ini. Itulah cikal bakal terbentuknya Roxyburgh.

Roxyburgh memiliki sistem pendidikan seperti universitas pada umumnya. Bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan di Roxyburgh, akan melalui beberapa tes, kemudian ditempatkan di kelas sesuai dengan kemampuan mereka.

Mereka membuka pendaftaran setiap lima tahun sekali dan meluluskan muridnya yang dianggap layak setiap tahunnya. Mereka sebut itu sebagai 'regenerasi'. Dan saat ini, Roxyburgh sudah memiliki empat generasi.

Roxyburgh masih menjadi institusi pendidikan terhebat yang pernah dibuat oleh manusia. Jika kau lulusan Roxyburgh, bisa dipastikan hidupmu akan damai sampai mati.

Semilir angin menerbangkan anak-anak rambutnya yang tidak terikat. Asap rokok mengepul di udara begitu pintu terbuka. Rokok memang bukan hal tabu di kapal ini, hanya itulah satu-satunya cara melepas penat untuk sebagian penghuni kapal ini, termasuk para petugas kapal.

"Ugh, bau rokoknya," keluh Minju. Ia memang sangat benci dengan bau rokok.

"Enak 'kan?" goda Chaeyoung.

Minju tidak menjawab. Ia tetap melangkah melewati lorong-lorong mesin sambil menahan diri untuk tidak memaki.

Saat ini mereka sedang menyusup ke ruang mesin yang terletak di lantai paling bawah kapal. Sebenarnya, Minju memiliki akses untuk memasuki ruang mesin karena ia adalah murid kelas teknologi, dan Chaeyoung terpaksa berdandan ala murid kelas teknologi untuk menghindari kecurigaan. Semoga saja tidak ada yang curiga.

"Lorong di ujung sana." Minju menunjuk ke ujung lorong begitu tabletnya berhasil melacak benda yang mereka cari. "Berdoalah semoga tidak ada petugas. Ini sudah lewat tengah malam, sih."

Chaeyoung mengangguk sambil mengunyah permen karetnya. "Ya ya,"

Langkah kaki mereka terhenti di ujung lorong. Masing-masing dari mereka mengintip ke dalam ruangan. Benda yang mereka cari terpampang nyata di hadapan mereka. Puluhan kabel tebal terpasang ke benda itu, memberikan daya —sependek pengetahuan Kim Minju—. Gadis itu mengetahui setiap detail yang ada di ruangan itu, hal yang mudah sekali untuknya. Masalahnya ada pada...

"Petugas," bisik Minju sambil menunjuk seorang laki-laki yang sibuk dengan tabletnya di sudut ruangan. "Kau ada ide?"

Chaeyoung menyipitkan matanya, tampak berpikir sebentar sebelum tangannya terangkat untuk membuka ikatan rambutnya. "Serahkan padaku. Kau selesaikan apa yang kau butuhkan."

Setelah kalimat itu mengudara, Lee Chaeyoung melangkah mendekati sang petugas dengan percaya diri, sementara Minju menyusup ke dalam.

Sang petugas menyadari keberadaannya setelah ia berdiri tak jauh darinya. "Ada perlu apa, nona?"

Chaeyoung melipat tangannya di depan dada. "Tidak ada. Aku hanya bosan jadi kuputuskan untuk berkeliling sebentar," katanya kemudian melangkah mendekati sang petugas.

Sang petugas menaikkan alisnya. Ia membiarkan gadis itu menarik seragam militernya untuk membaca nama di dada kirinya.

"Letnan Kim Sunwoo," lanjut Chaeyoung. Ia mengulas senyum terbaiknya, kemudian duduk di samping sang petugas. "Aku bosan. Kapal ini tidak punya hiburan yang bagus."

The Greatest LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang