Sebelas ⚜️

348 76 0
                                    

Pagi-pagi buta ketika pintu kamarnya diketuk dengan tidak sabaran. Teman sekamarnya langsung menendang bokongnya hingga terjatuh dari kasur. Ia langsung mengeram sebal, terpaksa berdiri walaupun matanya masih perih. Pintu terbuka dan seseorang yang berdiri di depan pintu memasang senyum terbaiknya.

"Selamat pagi, Nona Kim."

Minju mendengus sebal. Ia berjalan melewati tubuh jakung sang laki-laki. Masih dengan keadaan setengah sadar, mereka menuju ke laboratorium. "Aku tidak mengerti kenapa kau sudah segar di setengah lima pagi, Letnan Hwang."

Sang letnan mengidikkan bahu setelah mengikat rambut sebahunya. "Ini sudah siang untuk petugas militer di bawah pimpinan Kapten Choi," sahut Hyunjin, setengah bercanda setengah serius.

Minju hanya bergumam tidak jelas. Sepertinya ia harus berterima kasih kepada Hyunjin karena ia sudah menyalakan semua peralatan di laboratorium sebelum membangunkannya. "Oke. Ini dia."

Mereka bertugas untuk meretas sistem keamanan kapal. Baru bisa dilakukan pagi ini karena kapal baru bersandar di daratan jam empat subuh tadi. Hal ini dilakukan agar mereka bisa menyusup melalui ruang mesin tanpa membunyikan sensor apapun. Hyunjin, sebagai petugas yang bertanggung jawab atas sistem keamanan kapal, bergerak lincah untuk mematikan semua sistem kapal.

"Harusnya kau bisa sendiri."

Hyunjin menoleh, tapi kemudian cepat-cepat menggeser tubuh karena menyadari tubuh Minju sangat dekat dengannya. "Yah, aku tidak tahu bahwa masuk ke sistem mereka ternyata semudah ini."

Minju hanya mengangguk. Rambutnya yang menjuntai menyentuh wajah sang letnan dengan lembut. Belum lagi aroma lavender yang keluar dari tubuhnya karena gadis itu baru selesai mandi. Cukup membuat Hyunjin hilang akal.

"Bisakah kau menjauh?" tanya Hyunjin pada akhirnya.

Minju mengerutkan kening. "Aku 'kan mau lihat layar komputer!"

"Tapi aku tidak bisa fokus, sialan! Sana pergi!"

"Dasar galak!" Minju mengomel, tapi ia tetap memberi celah kepada Hyunjin untuk menyelesaikan tugasnya. Jadi ia memilih untuk duduk di kursi dekat ruang medis.

"Memang terkadang benci bisa jadi cinta." Suara Yeonjun mengintrupsi. Sang kapten muncul dari lift bersama Yeji. Tapi justru disambut dengan tatapan tajam dari keduanya. "Oke, aku salah."

Masalah meretas sistem kapal selesai dua jam setelahnya. Mereka punya satu jam lagi untuk bersiap. Sunwoo dan Jay sedang mengecek pesawat yang akan mereka pakai, memasukkan beberapa senjata dan persediaan makanan. Para gadis dan Yeonjun mengkaji ulang rencana perjalanan hari ini. Mereka menyusun rencana A sampai Z untuk berjaga-jaga. Sedangkan Hyunjin, ia kembali memastikan sistem melalui tablet.

"Pesawatnya sudah siap, Kapt." Sunwoo menintrupsi begitu ia sampai di lantai ketiga.

Yeonjun mengangguk. "Bersiaplah. Kita berangkat dalam dua puluh menit."

Di tengah-tengah persiapan, Hyunjin tiba-tiba berseru. "Kapt! Kapalnya bergerak!"

Semua yang ada di sana langsung berdiri di depan Hyunjin. Jari Hyunjin sibuk mengotak-ngatik tablet di depannya. Minju juga ikut berdiri di samping Hyunjin, membuka tablet dan mengecek situsnya.

"Harusnya mereka bergerak besok malam 'kan?" Yeonjun masih tidak habis pikir.

"Kalau sesuai rencana, iya," jawab Minju. Ia tidak melepas pandangan dari layar tabletnya. "Mereka bergerak ke utara dari daratan yang direncanakan."

The Greatest LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang