Sudah lewat empat jam dari kejadian kaburnya empat gadis itu, ketika Lee Taeyong sampai di kapal The Roxyburgh. Landasan pacu pesawat habis total, jadi mereka terpaksa membawa satu kapal lagi untuk menerbangkan pesawat.
Syukurnya posisi The Roxyburgh sudah dekat dengan daratan, mengingat jadwal penerimaan murid baru tinggal beberapa hari lagi.
Choi Yeonjun menunduk sopan begitu pintu pesawat Lee Taeyong terbuka. Sang pimpinan umum turun, kemudian berdiri di hadapan sang kapten.
"Aku tidak mau mendengar alasan memalukanmu sampai kebobolan dengan empat orang gadis," tukasnya.
Yeonjun hanya menunduk sopan, sedikit tersindir dengan kalimat itu.
"Itu pesawat kalian," lanjut Taeyong. Ia menunjuk pesawat yang terparkir tidak jauh dari tempatnya. "Jangan kembali jika belum berhasil membunuh mereka, Kapten."
Tatapan Yeonjun berubah. Keningnya mengkerut dalam. "Anda menyuruh kami membunuh mereka?"
Taeyong mengangguk tegas.
"Mau bagaimanapun mereka tetap murid Anda, Presiden Lee." Yeonjun menimpali.
Taeyong tertawa sarkas. "Mereka tidak benar-benar membutuhkan tempat ini, Kapten." Taeyong berhenti sejenak sebelum melanjutkan. "Jika kau tidak berhasil membunuh mereka, maka aku akan membunuhmu!"
Perintah terakhir sebelum Lee Taeyong melangkah menjauh dan naik ke kapal The Roxyburgh.
Yeonjun dengan beribu pertanyaan di kepalanya, melangkah menuju pesawat. Ia naik ke pesawat dengan berat hati. Ketiga anak buahnya sudah bersiap di dalam pesawat.
Pintu pesawat tertutup. "Kita berangkat, kapten?"
"Ya," sahut Yeonjun sambil duduk di kursi penumpang.
Sunwoo menarik tuas dan pesawat lepas landas, dengan Jay sebagai co-pilotnya. Hyunjin duduk di kursi penumpang kedua, mengikuti jejak-jejak pergerakan pesawat yang berhasil ia lacak melalui satelit.
Jaraknya hampir 15 ribu kilometer. Entah tempat apa yang mereka tuju, yang pasti tempat itu tidak terdaftar di peta. Sepuluh jam dari sekarang, mereka akan sampai di sana.
"Presiden Lee menyuruhku untuk membunuh mereka," gumam Yeonjun tiba-tiba.
Yang lainnya melirik ke arah sang kapten.
"Membunuh empat murid The Roxyburgh? Kau tahu hukumannya 'kan, Kapt?" Hyunjin berkomentar.
"Aku yakin Lee Taeyong yang membuat hukuman itu," jawab Yeonjun, masih dengan berat hati.
Lengang sejenak.
"Lalu, kita akan membunuh mereka?" tanya Jay, memecah keheningan yang mencekam.
Yeonjun menghela nafas. "Kita lihat nanti."
Pesawat melesat di atas laut lepas dengan kecepatan tinggi. Perjalanan sudah lewat tiga jam, mereka mulai membuka bungkus cemilan untuk mengusir kantuk, mengingat ini sudah tengah malam.
"Kenapa selalu empat gadis gila?" tanya Hyunjin di sela-sela kunyahannya. Wajahnya masih babak belur.
"Memangnya siapa lagi gadis-gadis gila?" Sunwoo menimpali. Tangannya masih fokus mengendalikan pesawat.
Hyunjin mendengus. "The Four Greatest Ladies, aku yakin mereka empat wanita yang sama gilanya."
Lengang sejenak. Percakapan dilanjutkan dengan topik pembahasan tentang hiu megalodon yang dimulai oleh Kim Sunwoo.
Jay sibuk tenggelam dalam pikirannya, sampai tiba-tiba memekik, "Oh shit!"
"Dilarang mengumpat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Greatest Lady
FanfictionThe 'revenge' is already a part of them. ⚜️ Kematian empat ilmuan terhebat dalam sejarah manusia sempat menghebohkan publik. Namun, seperti cerita yang dikubur dalam-dalam, The Four Greatest Ladies hampir terlupakan. Sampai kehadiran mereka mengint...