Tiga ⚜️

447 83 0
                                    

"Kita bisa memalsukan hasil tes masuk, apa kita tidak bisa mencoba memalsukan hasil tes DNA?"

Yeji menghela nafas. Ia menggeser nampan makanannya dan menyendok sup ayam. "Kau tahu sendiri, Isa. DNA itu sangat akurat. Hanya sehelai rambut bisa membuat mereka tahu siapa orang tuamu. Dan memalsukan itu, tidak semudah kita memalsukan hasil tes masuk."

"Menurutmu mereka menyimpan DNA ibu-ibu kita?"

Percakapan mereka terhenti karena petugas kantin muncul dari dalam dapur. Ia membawa semangkuk besar olahan ikan tuna yang diberi bumbu pedas. Isa langsung menyetap sendok dan mengambil satu potong ikan tuna. Begitu selesai, mereka mengangkat nampan makanan masing-masing dan memilih duduk di kursi paling pojok.

Ini sudah lewat jam makan siang, itulah mengapa kantin cukup sepi. Yeji dan Isa memang berjanji untuk makan siang bersama hari ini, tapi karena jadwal kelas Isa yang sedikit terlambat, mereka juga terlambat makan siang.

Isa menyesap kuah supnya perlahan. Hangat dari cairan bening itu berhasil membasuh jiwanya yang lelah belajar seharian. Pelajaran kelasnya cukup sulit hari ini.

"Aku peraih nilai tertinggi di ujian akhir," kata Yeji setelah mengunyah nasi.

Isa mengangkat kepala. "Kau pamer?"

Yeji mengidikkan bahu. "Murid-murid Roxyburgh adalah murid terbaik di seluruh dunia, dan aku terbaik dari yang terbaik. Apakah menurutmu aku tidak boleh pamer soal itu?"

Isa terkekeh. Perkataan Yeji ada benarnya. "Tiga minggu lagi kau dan Chaeyoung akan lulus, meninggalkanku dan Minju."

"Jangan bersedih begitu," canda Yeji. Ia meletakkan sepotong daging tuna ke sendok Isa yang terangkat. Bukan karena ia tidak suka ikannya, tapi ia selalu menganggap Isa seperti adik kecil yang butuh perhatian lebih. "Aku akan lulus dan tujuan kita belum rampung."

Kali ini terdengar helaan nafas dari keduanya. Hening sebentar, sebelum Isa melanjutkan, "Apakah kita akan menyerah? Sudah bertahun-tahun dan kita masih clueless."

Saat itu, segerombol petugas masuk ke kantin. Jam makan memang dibagi menjadi beberapa bagian. Murid-murid akan makan lebih dulu, kemudian para petugas akan makan setelah jam makan murid selesai. Dengan seragam bercorak sama seperti seragam Chaeyoung, mereka mulai mengantri di depan bar. Dalam hitungan menit, kantin mulai penuh dengan petugas. Yeji menyikut Isa untuk makan lebih cepat.

"Kalian hanya berdua?" tanya seorang petugas dengan nampan makanan di tangannya.

Yeji hanya mengangguk sebagai jawabannya. "Kami akan pergi setelah adikku selesai makan."

"Bukankah ini jam masuk kelas, nona?" Seorang petugas lain langsung duduk di kursi di hadapan Yeji tanpa izin. Ia membaca nama sang gadis yang tertulis di seragam putihnya. "Nona, eh, Hwang Yeji? Kupikir ini jadwal masuk kelas, apakah kau bolos?"

Yeji memutar bola matanya. Ia tahu laki-laki yang satu itu. Bagaimana tidak, ia memegang jabatan tertinggi dari para petugas kapal. Para gadis juga tergila-gila pada laki-laki norak di hadapannya ini. "Aku semester akhir, Kapten, dan aku sudah tidak punya jadwal kelas."

Sang kapten tersenyum miring. Ia mengusir petugas tadi untuk duduk di tempat lain, yang langsung dituruti oleh petugas itu. "Lalu adikmu?"

Yeji melirik sekilas ke arah Isa yang mengunyah makanannya dengan canggung. Isa memang tidak terbiasa berhadapan dengan laki-laki, apalagi laki-laki norak seperti ini. "Harusnya kau mengkaji ulang jadwal di kelas ilmu pengetahuan alam, kapten. Mereka terus-terusan terlambat, memotong jam makan siang."

Tangan sang kapten terulur. "Panggil aku Yeonjun," katanya.

Yeji menatap tangan sang kapten, sama sekali tidak berniat untuk menyambutnya. "Kau sudah tahu namaku. Ini adikku, Lee Isa."

The Greatest LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang