Ada baiknya sebelum baca tinggalkan vote berupa klik bintang di pojok kiri bawah dulu ya kawan-kawan, jangan dibiasakan jadi silent readers 😊
"Eh, sorry."
Noah batal masuk ke kamar Amara dan buru-buru memunggungi pintu yang setengahnya sudah terbuka itu. Pemuda itu memejamkan mata sembari meruntuki dirinya sendiri, lalu satu tangannya terulur untuk menarik knop pintu kamar Amara agar tertutup kembali.
"Masuk aja, No!" seruan dari dalam kamar terdengar beberapa saat kemudian.
Noah balas berseru, "Emang lo udah selesai pakai baju?"
"Udah."
Kemudian ia kembali membuka pintu itu dan masuk ke kamar untuk menghampiri Amara, namun sebelum itu Noah memastikan dulu kalau pintu kamarnya tidak tertutup.
"Lain kali tutup pintunya kalau mau ganti baju!" Noah mengomel saat menjatuhkan pantatnya pada kasur Amara.
"Lah, kan udah gue tutup tadi?"
"Lo nggak rapat nutupnya."
"Yaudah sih santai aja," Amara ikut duduk bersebelahan dengan Noah di atas kasur. "Lagian lo juga udah pernah liat gue telanjang."
"Nggak pernah ya anjir jangan ngada-ngada!"
"Waktu TK kan kita pernah mandi bareng, lupa lo?"
"Itu kan waktu TK, beda sama sekarang."
"Emang apa bedanya?"
"Dulu kecil, sekarang kan besar. Ekhem, maksud gue tuh badan lo yang udah besar ya. Jadi jelas beda lah, nggak bisa disamain lagi!"
Tidak tau kenapa tapi Noah jadi mendadak malu. Ia tidak bisa mengontrol wajahnya agar tidak berubah warna menjadi kemerahan, maka dari itu dia buru-buru buang muka. Berbanding terbalik dengan Noah, Amara justru cenderung lebih santai. Gadis itu malah mengacak tatanan rambut Noah sambil terkekeh geli.
Tindakannya itu membuat Noah teringat kembali tujuannya datang ke kamar Amara. Pemuda itu meraih tangan Amara yang berada di kepalanya, lalu satu tangannya yang lain merogoh plester luka bergambar karakter kartun dari saku celana.
Amara tersenyum memperhatikan bagaimana Noah menempelkan plester luka itu ke buku jarinya yang terluka, sempat heran juga dari mana Noah tau kalau bagian itu ada lukanya. Padahal Amara tidak menunjukkannya secara terang-terangan.
Seolah bisa membaca isi pikiran Amara, pemuda itu menjawab. "Tadi sewaktu lo mukul Ale, tangan lo nggak sengaja kena kacamatanya kan? Makanya sampai luka gini."
"Kayaknya iya, kok lo bisa tau?"
"Gue merhatiin ekspresi muka lo rada berubah abis mukul dia, nggak lama setelahnya kacamata Ale pecah terus jatuh. Makanya gue bisa mikir gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Worlds
Teen FictionApakah kamu percaya tentang adanya dunia paralel? Alin awalnya tidak percaya. Namun kejadian saat ia tenggelam dan diselamatkan oleh seorang gadis yang memiliki wajah begitu mirip dengannya, Alin mengubah pemikirannya tersebut. Karena begitu ia terb...