Kalau kalian tau pemain basket Golden State Warriors bernama Stephen Curry, itu adalah idola kecintaan Ale.
Sejak kecil Ale paling suka bermain basket, dan ayahnya sangat mendukung hobinya tersebut. Saking besar dukungan sang ayah, beliau sampai berusaha keras mendapatkan sebuah jersey bertanda tangan asli Stephen Curry sebagai hadiah ulang tahun Ale yang ke enam belas. David, ayah Ale itu kebetulan adalah mantan kapten tim basket di SMAnya dulu. Maka tak heran jika bakat dan hobi sang ayah bisa menurun pada anak semata wayangnya tersebut. Awal mula Ale bisa bermain basket juga karena David yang mengajarinya. Cuma agak disayangkan kesibukan pria itu membuatnya jadi tidak punya banyak waktu luang untuk bermain dengan sang anak.
Bermain basket sendirian jelas tidak seseru jika dibandingkan bermain dengan orang lain. Oleh karena itu Ale pun memutuskan untuk masuk club basket di sekolahnya, hingga berhasil menjadi pemain unggulan di timnya. Tidak hanya bermain di sekolah, Ale juga sering bermain basket bersama teman-temannya di luar jam sekolah. Biasanya jika sudah begitu, ia baru akan pulang ke rumah di jam sembilan malam. Seperti sekarang ini.
Jiwa sedang mengerjakan sesuatu di ruang tengah, sibuk dengan buku dan alat tulis di tangan. Sementara Amara entah berada di mana, gadis itu tidak kelihatan sama sekali batang hidungnya. Ale menaiki anak tangga menuju kamarnya berada, kemudian masuk ke kamar mandi dengan handuk di bahu kiri. Badannya sudah lengket oleh keringat, rambutnya pun lepek. Biasanya Amara akan langsung memberikannya ekspresi jijik tiap kali melihatnya pulang dalam keadaan seperti itu.
Ya mau bagaimana lagi, Ale juga sadar diri tampilannya tidak ada ganteng-gantengnya saat penuh oleh keringat begitu. Tapi toh dia juga tidak peduli-peduli amat dengan apapun reaksi Amara.
Pemuda itu baru keluar dari kamar mandi kurang lebih dua puluh menit kemudian. Dengan rambut yang masih setengah basah, juga handuk yang melilit di pinggang, Ale nyaris jantungan saat keluar dari kamar mandi dan langsung bersitatap dengan Amara yang entah sejak kapan sudah duduk menyandar di kepala ranjangnya dengan santai.
Refleks, Ale menyilangkan kedua lengan di depan dadanya yang telanjang. "Lo ngapain di kamar gue?!" cerobohnya, dia bahkan lupa mengunci pintu kamarnya tadi. Pantas saja gadis itu bisa masuk sesuka hati.
Terkadang Ale masih belum terbiasa dengan perubahan ini. Alin yang biasanya tidak akan lancang masuk ke kamar orang lain tanpa izin, oleh karenanya Ale pun tidak merasa harus mengunci pintunya saat ia sedang mandi. Tapi satu-satunya gadis yang ada di rumahnya sekarang bukanlah Alin, melainkan Amara. Kedua gadis itu tentu saja memiliki watak dan kebiasaan yang berbeda, dan Amara jelas memiliki tingkat menyebalkan yang tinggi. Gadis itu bahkan tidak menampakkan wajah bersalah sama sekali, malah sibuk membolak-balik halaman komik koleksi Ale di atas kasurnya.
"Gue pikir cowok kayak lo cuma suka basket, ternyata komik detektif juga lo suka ya?" balas Amara, agak tidak nyambung.
Si pemilik kamar kontan menggeram emosi, "Keluar, jangan di sini!"
"Galak amat sih, lagipula gue juga nggak ngerusuh kok di kamar lo."
"Gue tau. Tapi lo tuh cewek anjir, jangan seenaknya masuk ke kamar cowok!"
Amara memberikan Ale tatapan seolah ucapan pemuda itu adalah sesuatu yang aneh, "Emang apa salahnya? Jangankan masuk, tidur bareng temen cowok gue di kamarnya aja gue pernah. Santai aja kali."
"What?!"
"Nggak usah kaget gitu," si gadis tampak mengedikkan bahu, "lagipula di mata gue mereka semua bukan cowok kok."
"Ya ya ya, terserah lo deh. Tapi satu hal yang mesti lo tau. Gue dan temen cowok lo itu beda, dan lo jelas tau itu."
Kali ini pandangan Amara terarah pada bagian tubuh Ale yang ditutup seadanya dengan lengan, tatapannya menilai. Sebelum kemudian lanjut berkata dengan nada paling santai dan cuek semuka bumi, "Ya emang beda sih, soalnya temen-temen cowok gue nggak ada yang sekerempeng lo. Minimal ada bisepnya dikit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Worlds
Roman pour AdolescentsApakah kamu percaya tentang adanya dunia paralel? Alin awalnya tidak percaya. Namun kejadian saat ia tenggelam dan diselamatkan oleh seorang gadis yang memiliki wajah begitu mirip dengannya, Alin mengubah pemikirannya tersebut. Karena begitu ia terb...