Kasih tau kalau ada yang typo ya, aku ngetik dalam keadaan mengantuk dan males revisi ulang 😂
***
Amara pikir tidak ada yang melihat kejadian di gudang belakang tadi karena di sana tidak ada CCTV, nyatanya ia salah.
Seseorang entah siapa itu, diam-diam mengintip apa yang terjadi di sana lalu menyebarkannya pada anak-anak lain. Untungnya dia tidak punya bukti yang kuat seperti rekaman video atau semacamnya, alhasil ucapannya jadi terdengar seperti omong kosong bagi yang lain.
Reputasi Alin di sekolah ini ternyata tidak begitu baik. Gadis itu terkenal sebagai korban bully di sekolah, pernah mendapat tuduhan jadi pelacur, dan terkenal dengan panggilan parasit. Amara tau semua itu dalam waktu sehari ia bersekolah di sini.
Bagaimana tidak? Meja Alin di kelas saja sudah dipenuhi oleh tulisan-tulisan berupa kata makian seperti 'jalang', 'pelacur', 'parasit', dan sebagainya. Amara heran kenapa Alin bisa tahan diperlakukan seperti itu, apakah gadis itu sebegitu lemahnya?
Ah, Amara benci orang-orang yang lemah.
BRAK
Mata Amara terbelalak kaget saat niatnya membuka loker untuk menaruh jaket Jiwa tadi, ia justru dikejutkan oleh setumpuk sampah yang meluber keluar begitu pintunya dibuka. Bukan cuma sampah ternyata, bahkan kain pel kotor yang baunya tak sedap saja berada di sana. Termasuk foto-foto aneh yang ditempel hampir menutupi besi loker tersebut.
Amara mengambil salah satu foto itu, matanya kontan membulat saat menyadari siapa wajah yang tercetak di sana. Itu wajahnya, bisa dibilang wajah Alin juga. Sekarang Amara mengerti kenapa gadis itu dipanggil pelacur dan jalang di sekolah ini, pasti karena foto bugil itu.
Namun Amara tidak serta-merta percaya kalau itu adalah Alin. Wajahnya memang mirip, namun entah kenapa foto-foto itu terkesan seperti hasil editan photoshop. Salah satu temannya yaitu Kavi, cukup ahli dalam hal seperti ini. Dia pandai mengedit foto. Kalau pemuda itu melihat foto ini, pasti bakalan langsung ngeh kalau itu hanyalah editan.
Bisik-bisik yang disertai tawa kecil di belakang punggungnya itu mulai terdengar mengganggu. Amara kontan berbalik, dan teman-teman sekelas Alin itu langsung buang muka dan pura-pura sibuk. Namun beberapa dari mereka masih terlihat menahan tawa. Ada satu yang cukup menarik perhatian, seorang gadis dengan rambut panjang yang diikat ekor kuda, gadis yang tidak asing menurutnya.
"Rani?"
Benar, gadis yang sejak tadi Amara perhatikan menoleh saat namanya disebut. Amara sontak mendengus, tak menyangka akan menemukan gadis itu di sini. Rupanya Alin dan Rani satu kelas. Sekarang Amara jadi penasaran, Rani jenis apa yang ada di dunia ini.
"Kenapa? Lo mau nuduh gue yang menuhin loker lo dengan sampah? Kalau iya, lo nggak salah lagi."
Lalu gadis itu tertawa, diikuti dua temannya yang setia berdiri di kanan kirinya. Amara berjalan mendekat sembari tersenyum sinis, sepertinya ia mulai mengerti peran Rani di dunia ini.
Dia adalah seorang pembully, kebalikan dari nasibnya di dunia Amara. Baiklah, ini mulai terlihat menarik.
"Jadi lo yang ngotorin loker gue?" Nada suara Amara terdengar tenang, tanda badai akan segera datang.
Namun ternyata yang menjawab bukan Rani, melainkan temannya yang bernama Jessie. "Kok ngotorin sih? Harusnya lo senang kan bisa bergaul sama sampah-sampah itu, karena lo sendiri juga sampah."
"Sampah, pelacur, dan parasit. Itu sebutan yang cocok buat lo, Alin." Shinta, salah satu dari teman Rani turut menimpali.
Ucapannya barusan rupanya sukses membuat beberapa anak lain di kelas ikut tertawa. Ia pandangi satu persatu wajah mereka, tatapannya datar, ketara sekali sedang menahan emosi. Tolong diingat sekali lagi, Amara bukanlah orang yang pandai dalam hal menahan emosi. Terlebih jika berhadapan dengan manusia menyebalkan seperti Rani, Shinta, dan Jessie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Worlds
Novela JuvenilApakah kamu percaya tentang adanya dunia paralel? Alin awalnya tidak percaya. Namun kejadian saat ia tenggelam dan diselamatkan oleh seorang gadis yang memiliki wajah begitu mirip dengannya, Alin mengubah pemikirannya tersebut. Karena begitu ia terb...