Ahra melangkah mundur, terus melangkah mundur hingga akhirnya tubuhnya menyerah dan rasa takut menguasai dirinya sepenuhnya. Tubuhnya akhirnya tidak sanggup lagi untuk bergesak-rasanya seperti Ahra membeku di tempatnya, rasanya seperti dia tidak memiliki kuasa lagi atas tubuhnya sendiri. Satu-satunya hal yang Ahra sadari adalah, dia bisa ambruk kapan saja saat ini.
Gadis itu kemudian bisa mendengar saat sebuah kekehan lolos dari bibir pria itu-tubuhnya yang jauh lebih besar dari dirinya dan diselimuti kegelapan kamarnya itu kini sudah berdiri di tengah ruangan, seolah menunggu apa yang akan Ahra lakukan selanjutnya.
Atau entah karena dia sedang berpikir, bahwa rupanya Ahra tahu dia menyelinap kesini, ke kamar Ahra.
Apa yang pria itu inginkan..?
"Tuan.." suara Ahra yang lirih dan tertahan di tenggorokannya akhirnya terdengar, membuat pria itu kini mengangkat pandangan untuk menatap dirinya. Sekali lagi, membuat Ahra tercekat karena pria itu bahkan menjadi lebih menakutkan lagi.
Tidak seperti Tuan Oh Sehun yang dia kenali.
"Kau seharusnya tidak terbangun.." Sehun akhirnya berucap, sedikit berbisik kepada Ahra, "Kau seharusnya tidak boleh tahu aku menyelinap masuk kesini malam ini."
Ahra mencoba mendengarkan kalimat itu, tetapi tubuhnya memerintahkannya untuk bergerak menajuh-menyadari dirinya sedang berada dalam bahaya. Langkahnya bergerak mundur, dan Sehun sepertinya segera menyadari apa yang Ahra lakukan karena dia segera bergerak dengan cepat-kakinya melangkah lebar-lebar menghampiri gadis itu, dan Ahra yang terkejut segera membuka matanya lebar-lebar, sebuah jeritan hampir lolos dari mulutnya tepat sebelum Sehun membungkamnya dengan telapak tangannya.
Kedua mata Ahra semakin melebar-menatap pria itu dengan terkejut-melihat sendiri bagaimana tatapan Tuan Sehun pada dirinya yang benar-benar jauh dari seperti yang biasa dia perlihatkan. Kedua obsidiannya berkilat oleh sesuatu yang asing, yang baru Ahra lihat sekarang. Sesuatu yang gila.. seperti seorang maniak, dan melihat seringai yang kini terpatri di wajah pria itu, Ahra tahu hal ini tidak akan berakhir baik untuk dirinya.
"Jangan," Sehun berucap, setengah berbisik-bermain-main dengan pikiran Ahra. "Jangan bangunkan Artie kita, sayang.."
Kedua mata Ahra segera berlinang air mata-terkejut, serta ketakutan setengah mati, semuanya menjadi satu. Bulu matanya bahkan ikut basah oleh air matanya, dan setetes aliran bening mulai lolos dari sana. Mengalir turun dan berakhir di tangan Sehun yang masih membungkam wajah Ahra.
Tubuh pria itu benar-benar terlalu dekat dengan Ahra, menempel erat, dan tidak sepantasnya seperti seorang pria yang sudah memiliki istri-bahkan seorang anak yang saat ini sedang tidur tepat di kamar sebelah.
Apakah ini adalah Tuan Oh Sehun yang sebenarnya?
Ahra segera memperhatikan keadaan di sekelilingnya-mencoba mencari cara untuk melepaskan diri dari, entah apa yang sedang Sehun rencanakan untuk dia lakukan pada dirinya. Sampai kemudian, sebuah desahan nafas panjang dari pria di hadapannya membuat Ahra kembali mengalihkan perhatian.
"Kau tidak tahu Ahra, tapi melihatmu menangis sungguh semakin membuatku bergairah," bisiknya dengan nada rendah tepat di telinga Ahra. Gadis itu segera melebarkan kedua matanya kembali dengan ketakutan-kemudian, mengumpulkan seluruh keberanian yang dia miliki, Ahra dengan nekat menggigit keras telapak tangan Sehun.
Hal itu rupanya mengejutkan pria itu hingga dia mengerang keras dan refleks melangkah mundur menjauhi Ahra-mengumpat kasar. Sadar apa yang Ahra lakukan, Sehun segera mengangkat pandangannya kembali untuk melihat apa yang gadis itu lakukan selanjutnya.
Saat dia melihat Ahra meraih ponselnya yang ada diatas meja nakas, pria itu segera menggeram rendah. Dia kembali melangkah menghampiri gadis itu dengan amarah di ubun-ubun, melihat dengan jelas bagaimana paniknya Ahra yang mencoba berkutat dengan ponselnya-sedikit kesulitan melihat bagaimana tangannya bergetar ketakutan saat ini. Saking paniknya, gadis itu bahkan juga lupa kalau dia juga harus sembari berlari menjauhi Sehun-Ahra kini justru hanya berdiri di sisi tempat tidurnya dan masih kesulitan mencoba membuka kunci ponselnya karena tangannya yang berkeringat dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Babysitter • osh [ R/18+ ]✔
Fanfiction[ mature contents ]🔞 Menjadi seorang babysitter untuk keluarga Oh benar-benar membantu Ahra untuk biaya pendidikannya. Tapi benarkah Tuan dan Nyonya Oh baik hati tanpa pamrih sedikitpun kepada Ahra? stories tag : short story, chaptered written on 2...