Segalanya terasa seperti sebuah mimpi buruk. Rasanya seperti Ahra tidak sengaja terjatuh ke dalam sebuah lubang gelap tak berdasar. Sebuah mimpi buruk yang Ahra sama sekali tidak ingin alami atau dia ingat-ingat kembali.
Namun kemudian, perasaan di dadanya mencelos saat menyadari bahwa segalanya bukan mimpi. Dia masih terbaring di kamar tamu rumah itu, dalam keadaan yang sama-setengah telanjang, dengan rasa sakit dan bekas-bekas memar di seluruh tubuhnya.
Gadis itu menarik nafas tajam-mencoba menyadarkan dirinya, matanya yang sembab dan kepalanya yang berdentum menyakitkan karena terlalu banyak menangis membuat fokusnya sesaat terbagi. Dia kemudian kembali membuka matanya lebar-lebar, dan dia segera bangun dari posisinya diatas tempat tidur.
Lebih dari apapun, Ahra sama sekali tidak pernah membayangkan kalau Tuan Sehun akan berani melakukan hal seperti ini. Seorang pria terhormat seperti Tuan Oh Sehun.. rupanya tidak lebih dari seekor binatang tidak bermoral.
Pikiran Ahra segera tertuju pada ponselnya-kedua matanya segera terbuka lebar dan dia segera meraba meja nakas yang berada sebelah tempat tidur, melihat kabel charger ponsel miliknya yang kini tergeletak begitu saja diatas lantai-benda yang sama yang pria itu gunakan untuk menjerat lehernya semalam. Bekasnya bahkan masih terasa.
Nihil, Ahra tidak menemukan benda itu dimanapun. Bahkan setelah dia bersusah payah turun dari tempat tidur dan memeriksa bagian bawa tempat tidurnya. Tetap saja, benda itu tidak berada dimanapun juga.
Sehun pasti sudah mengambilnya.
Dengan sedikit oleng-juga linglung, dengan pikiran yang masih kalut, Ahra segera menghampiri tasnya yang berada diatas meja rias, menarik kaus lengan panjang dan celana jeans yang seharusnya untuk dia pakai ke kampus hari ini. Meski sedikit kesulitan karena gugup dan seluruh tubuhnya yang masih tidak mau berhenti bergetar, Ahra akhirnya berhasil juga memakai sepasang pakaian itu. Gadis itu bisa merasakan air mata yang kembali menuruni pipinya saat dia sedikit kesulitan mengancingkan celananya.
Ahra sempat terhenti di depan cermin, menatap bayangannya sendiri yang begitu menyedihkan disana. Wajah yang sembab, bibir yang terluka, juga memar bekas jeratan di lehernya yang mulai memperlihatkan diri. Gadis itu hampir tidak mengenali dirinya sendiri.
Tubuh Ahra bersandar sesaat pada tembok terdekat. Mencoba menguatkan dirinya sendiri, dia harus bisa keluar dari rumah ini. Segera. Gadis itu sesaat mengusap kembali wajahnya, sebelum kembali mencoba berdiri tegak dan mulai melangkah, meski kesulitan dengan rasa sakit diantara kedua kakinya yang masih jelas terasa.
Meraih pintu, Ahra tidak menyangka kalau ternyata Sehun tidak menguncinya. Gadis itu segera menariknya terbuka dan melangkah keluar-hal lain yang membuatnya terkejut adalah saat dia mendengar suara dua orang yang sepertinya sedang berdebat.
Oh, kak Sooyoung sudah pulang.
Mungkinkah dia sudah tahu apa yang terjadi?
Ahra mencoba melangkahkan kakinya kembali, bermaksud menuju tangga-dan suara dua orang yang saling berdebat itu terdengar semakin jelas di telinga gadis itu.
"..ini adalah salahmu!"
"Jangan bersikap seolah kau tidak ikut campur dalam masalah ini, Park Sooyoung!"
Apa ini? Apa yang sedang mereka bicarakan?
Ahra sempat terhenti sesaat, mencoba mendengar lebih jelas apa yang sedang dua orang itu perdebatkan. Apa yang sedang mereka bicarakan?
"Sudah berulangkali aku katakan untuk tidak bersikap gegabah! Sudah aku bilang kau hanya bisa melakukannya saat dia sedang tidak sadar!"
Tubuh Ahra segera membeku di tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Babysitter • osh [ R/18+ ]✔
Fanfiction[ mature contents ]🔞 Menjadi seorang babysitter untuk keluarga Oh benar-benar membantu Ahra untuk biaya pendidikannya. Tapi benarkah Tuan dan Nyonya Oh baik hati tanpa pamrih sedikitpun kepada Ahra? stories tag : short story, chaptered written on 2...