TWENTY-SEVEN

52 8 0
                                    

Happy reading!!!



























"Lo lagi liat apa sih?" Alan menggeser duduknya, dia melihat layar ponsel Aaron yang memutar satu video. Matanya mengernyit ketika melihat Natasha di dalam video itu. Alan melirik Aaron yang menatap apa yang dilakukan Natasha disana. Apa Aaron memasang kamera tersembunyi?.

"Lo masang kamera tersembunyi, Ron?"

Pertanyaan itu membuat Aaron melirik Alan sekilas, pemuda itu mengangguk sebagai jawaban. Kemarin, sebelum Natasha berangkat, Aaron menyelipkan kamera tersembunyi di balik boneka yang dia berikan dengan dalih agar Natasha tidak sendirian. Padahal tanpa Natasha ketahui, Aaron memasukan kamera di sana.

"Lo mau Natasha marah kalau dia tau....ini agak keterlaluan, Aaron" Alan menatap temanya. Dia menggelengkan kepalanya - heran dengan yang Aaron lakukan. Itu sangat nekat. Alan tahu Aaron sangat posesif karena kejadian Evan, tapi jika berlebihan seperti ini Natasha bisa saja risih. " Lo gila ya"

"Lo ngatain gue gila!?" Aaron nampak tidak terima dengan ucapan Alan. Dia meletakkan ponselnya di meja, kemudian menatap Alan tajam. " Gue kaya gini karena gue gak mau Natasha kenapa-kenapa!"

"Ya gue tau alasan lo...tapi, kenapa harus segitunya lo sama Natasha. Lo belum percaya sama Natasha sepenuhnya kalau kaya gini. Di sana ada banyak guru, Natasha juga gak sendirian"

"Lo gak tau rasanya jadi gue Alan. Gue udah berusaha buat gak terlalu posesif sama Natasha, tapi si bajingan Evan bikin gue kaya gini, ditambah gue khawatir suatu saat suruhan ayah gue bikin Natasha dalam bahaya"

Aaron nampak frustasi, dia mengacak-acak rambutnya. Kemarin, dia tidak sengaja mendengar percakapan ayahnya dengan seseorang yang tidak Aaron kenal. Dan mereka tengah membahas tentang Natasha. Dia tidak mau Natasha kenapa-kenapa karena hal itu dan karena hal itu Aaron memutuskan memberikan boneka dengan kamera yang sudah terpasang. Meskipun itu keterlaluan, tapi Aaron tidak peduli. Keselamatan Natasha nomor satu.

"Rasanya gue pengen kabur aja sama Natasha, gue gak mau disini lagi. Tempat ini udah gak aman buat hubungan gue sama Natasha"

"Gue ngerti perasaan lo, tapi nggak gini juga. Coba kalau Natasha tau lo pasang kamera di bonekanya, pasti dia marah sama lo. Gue cuman gak mau hubungan lo tambah rumit, Aaron"

"Hah... gue pusing, Lan" Aaron menyenderkan punggungnya. Matanya menatap langit-langit markas dengan tatapan kosong. " apa gue ke rumah Kakek aja ya buat minta bantuan?" Aaron melirik Alan - meminta pendapat.

"Ya itu terserah lo aja, gue mah sebagai temen dukung lo" Alan ikut menyandarkan punggungnya. " Tapi boleh juga lah, bokap lo kan takut sama Kakek lo. Coba aja"

Aaron menganggukkan kepalanya mengerti. Nanti saat ada waktu senggang dia akan pergi ke rumah kakeknya yang tepatnya berada di luar negeri, sekalian dia ingin pulang kampung ke sana. Sudah lama sekali dia tidak ketempat kakeknya. Mungkin saat Aaron baru mulai masuk SMA dia sudah tidak pernah bertemu dengan sang kakek.

"Oke, thanks buat sarannya. Gue balik dulu" Aaron menepuk pundak Alan, dia mengambil ponselnya yang masih memutar video dari kamera tersembunyi. Aaron pamit kepada anggotanya untuk pulang. Dia ingin beristirahat lebih awal malam ini.

Sesampainya di rumah, tepatnya di kamar. Aaron segera membuka jaket dan tak lupa kaos hitam miliknya. Aaron berjalan ke kasur dengan keadaan setengah telanjang, dia hanya memakai celananya saja. " Liat Natasha lagi lah"

Aaron tersenyum. Dia segera menyalakan ponselnya dan menyambungkannya kepada kamera yang di pasang. Terlihat Natasha tengah belajar dengan serius. Untung saja Natasha menyimpan bonekanya di tempat yang strategis, jadi Aaron bisa melihat kegiatan Natasha dengan mudah.

"Kangen"


***


Natasha tengah bersantai di tempat tidurnya sambil memainkan boneka dari Aaron. Gadis itu sesekali mencium boneka beruang itu tanpa tahu jika ada orang yang tengah tersenyum dengan kelakuannya. Siapa lagi jika bukan Aaron.

"kak Natasha"

Natasha menoleh kearah pintu, teman satu kamarnya masuk kemudian duduk di sisi ranjang Natasha. Natasha tidur dengan adik kelasnya yang juga ikut lomba. Yang mengikuti lomba ada tiga orang, masing-masing mewakili satu kelas.

"Kenapa?"

"Anterin aku yuk ke minimarket, pengen beli cemilan deh"

"Yaudah, ayo kakak anter"

Natasha dan adik kelasnya segera beranjak dari tempat tidur. Mereka segera keluar dari hotel untuk membeli makanan. Sebelum itu, mereka izin terlebih dahulu kepada guru pembimbing. Karena letak minimarket sangat dekat, mereka berdua sudah sampai. Karena Natasha hanya mengantar, dia memilih menunggu di depan. Duduk di salah satu kursi yang tersedia.


Tring

Natasha menatap layar ponselnya. Dia tersenyum melihat pesan dari sang pacar - Aaron. Tanpa menunggu lama, Natasha segera membalas pesan itu dengan senyum yang terus terukir di bibirnya. Kadang Natasha tertawa kecil dengan apa yang Aaron kirimkan, entah itu foto lucu atau video lucu.  Natasha dan Aaron terus bertukar pesan hingga adik kelas Natasha datang. Dia ikut duduk di samping Natasha.

"Buat kakak"

Natasha menatap minuman yang adik kelasnya berikan, dia tersenyum dan berterima kasih. " Makasih ya, padahal gak perlu repot-repot beliin"

"Gak papa kak"

"Mau langsung ke hotel?" Tanya Natasha sambil memasukkan ponselnya di kantong sweater hitam miliknya.

"Disini aja kak, aku bosen lama-lama di hotel"

Natasha terkekeh, ada benarnya juga. Sudah dua hari di hotel dan yang ikut lomba hanya belajar tapi kadang keluar untuk membeli cemilan, itupun tidak lama karena tidak diperbolehkan. Tapi karena hari ini guru pembimbing tengah baik. Maka diizinkan untuk sedikit lebih lama di luar.

"Iya sih, kakak setuju" Natasha membuka tutup botol minumannya kemudian meneguknya minumannya sedikit.

"Kakak pacaran sama kak Aaron ya?"

Pertanyaan itu membuat Natasha melirik adik kelasnya sebentar, dia kemudian mengangguk. Semua siswa sudah tahu dia berpacaran dengan Aaron, jadi tidak perlu ditutup-tutupi lagi. " Iya, kenapa?"

"Kakak gak takut sama keluarga kak Aaron?... mereka kan beda sama kakak"

Natasha tersenyum kecil. Ya memang dia sangat berbeda dengan keluarga Aaron yang berada di atas keluarganya. Tapi Natasha tidak pernah takut karena Aaron sudah berjanji untuk mempertahankan hubungan ini meskipun ayah atau keluarga Aaron menentangnya.

"Enggak kok"

"Hebat sih. kalau aku jadi kakak, aku pasti langsung nyerah, apalagi yang aku tau, ayah kak Aaron itu agak keras kepala"

Adik kelasnya itu menggaruk tengkuknya setelah berbicara seperti itu. Mungkin dia sedikit tidak enak membicarakan ayah Aaron. Tapi memang benar ayah Aaron itu keras, keras kepala. Ya sama seperti Aaron. Namun Aaron berbeda.

Natasha menanggapi ucapan adik kelasnya itu dengan kekehan. Dia tidak mau terus membicarakan tentang ayah Aaron lebih jauh. "Mending kita pulang ke hotel yuk, takutnya di cariin"  Natasha segera beranjak dari duduknya, tak lupa membawa minumannya. Dia berjalan terlebih dahulu di ikuti adik kelasnya di belakang.

My Possessive Boyfriend | Choi YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang