_hanya.penumpang©_
...
Di kediaman keluarga Na. Jaemin sudah tiba di mansion dan ia keluar dari mobil dengan santai, seperti biasa para pelayan membukakan pintu bercat putih gold' itu dan membungkuk pada Jaemin.
Ia langsung menuju sofa di ruang tengah yang sudah ada sang ibu, ia mendaratkan pantatnya di sofa sebrang.
"Ah, kau pulang lebih cepat nak!" Basa-basinya.
Jaemin berdecak sebal dengan sang ibu. "Ke intinya saja ma!" To the point-nya, dengan dingin.
"Mama hanya mengulangi perkata mama sebelumnya, apakah kamu mau mempersunting Hina?" Mama Yoona- sang ibu dengan menatap serius pada Jaemin.
Jaemin berdecak kembali. "Ck! Ma, Aku sudah bilang bukan, aku engga akan mempersunting Hina ataupun siapapun itu. Mama tak perlu mencarikan aku pasangan, aku sudah besar ma, bisa mencari pasanganku sendiri." Beranjak pergi ke kamarnya.
"Yak- yak!! Na Jaemin! Mama belum selesai berbicara padamu!" Pekiknya, membuat sang kepala keluarga keluar dari ruangan pribadinya.
"Nak, kau bertengkar lagi pada mama mu?" Bertanya, namun Jaemin tak menggubris pertanyaan dari sang ayah.
Na Siwon- sang ayah hanya bisa menghela nafas berat, selalu saja ibu dan anak itu tertengkar karena masalah pertunangan atau perjodohan.
Belum lagi selalu membuat malu keluarga Na jika mereka bertemu dengan calon yang akan di tunangkan pada Jaemin.
Siwon menghampiri sang istri yang masih di tempatnya dengan raut wajah yang kesal dengan anaknya itu.
"Sayang, kenapa kau selalu saja bertengkar dengan Jaemin hanya perkara perjodohan itu. Jika memang Jaemin tak ingin, biarkan saja. Toh, dia juga sudah dewasa dan sudah mapan." Tuturnya dengan menenangkan Yoona.
"Ta- tapi, yah- "
"Kau tidak dengar ia bilang apa padamu? Aku yakin, Jaemin mungkin sedang dekat seseorang, kita juga pernah muda sayang!" Tersenyum hangat dengan menatap mata Yoona.
"Kau benar, aku selalu mengekang kebebasannya dan selalu menuruti apa yang aku perintahkan padanya. Tapi, aku ingin tahu siapa yang menjadi menantuku, hmm.. " cemberutnya.
Siwon terkekeh kecil. "Nanti juga Jaemin akan membawa orang itu pada kita, kita hanya harus meyakinkan bahwa anak kita bisa memilih seseorang yang lebih baik daripada sebelumnya. Tenang, aku juga sudah menyuruh salah satu pegawaiku untuk mencari tahu siapa orang yang bisa memikat hati anak kita yang dingin dan keras kepala itu" tawanya dengan mendekap tubuh Yoona kedalam pelukannya.
Sedangkan, Jaemin ia mendengar itu semua dari atas.
Ia memanggut ucapan dari sang ayah, ia akan menyakinkan ia bisa mencari pasangannya sendiri tanpa campur tangan dari orang tuanya. Namun, kita tidak tahu jika kedepannya akan seperti apa.
--oOo--
Pagi harinya, di keluarga Park selalu akan ada acara teriak-teriak di pagi hari.
"Memang tidak luput dari teriak-teriak di pagi hari, memangnya ini kompleks hutan rimba apa?" Omel tetangga sebelah.
"Mom, aku berangkat yaa~" ucapnya menghampiri sang ibu sedang menyiram tanaman didepan rumah.
"Mom kenapa mendumal terus sih?"
"Biasa, tetangga sebelah. Sudahlah Daehwi sayang, sana berangkat abangmu itu sudah menunggu dari tadi!" Omelnya lagi pada anaknya.
"Iyaaa, salim dulu napa mom" dengan bibir manyun lima senti nya.
"Dah, sana. Hati-hati dijalan!"
Meanwhile...
"Bunaaa! Kaos kaki Jisung warna putih dimana??" Pekiknya dari kamar atas.
"Di laci bawah kasur kamu Jisuuung!!! Astagaaa!" Dengan mengelus dada.
"Makanya jangan teriak-teriak, sakit kan dadanya, sini biar aku elus" dengan mendekat.
"Heeh! Ngapain kamu! Sudah diam ditempat mu atau aku akan menyiram minyak panas ini ke wajahmu!!" Dengan melotot marah pada sang suami.
Chanyeol hanya bisa menelan ludahnya melihat galaknya Baekhyun jika sedang mode marah seperti ini, ia hanya bisa diam di tempat duduk dengan sekali-kali melirik ke Baekhyun.
"Bun! Raket jie dimana?" Dengan wajah yang sudah kusut karena mencari raket badmintonnya.
Baekhyun hanya bisa menghela napas panjang dan membalik badannya. Lalu ia menyudahi masakannya dengan pergi ke suatu tempat.
Sebelum pergi, Baekhyun berbalik badan ke Jisung.
"Sarapan saja dulu jie, Buna bakal ambilin raketnya dan kok nya, ok. Bisa dipahami!" Berusaha tidak marah.
Jisung mengangguk kecil dan segeralah ia duduk di sebelah ayahnya.
--oOo--
Beralih sebentar kediaman keluarga Na. Sekarang hanya bunyi detingan sendok emas yang mengenai piring.
Semua orang sedang menikmati sarapan mereka di meja makan, sesekali sang ayah melemparkan pertanyaan perihal perusahaan dan hal random sekali Jaemin tanggapi.
"Ah, iya Jaem. Apakah kau akhir-akhir ini sedang dekat dengan seseorang?" Tanyanya dengan senyum simpul, ia hanya mengetes anaknya saja.
Jaemin berpikir sebentar lalu mengangguk kecil.
"Lalu, kapan kamu membawanya kesini Jaem?" Tanya Yoona tak sabaran.
Jaemin memejamkan matanya sebentar, lalu menatap wajah sang ibu.
"Ada saatnya ma, aku sudah selesai" ucapnya mengelap bibirnya dengan kain putih bersih di pahanya.
"Ah, iya Jaem. Nanti saat makan siang ke ruangan ayah ya, ingin membicarakan tentang satu hal" ucapnya lembut.
"Baik ayah, aku berangkat dulu!" Beranjak dari tempat duduknya.
"Kenapa kau membiarkan pergi dulu, aku belum selesai berbicara dengannya!" Ujarnya tak habis pikir dengan sikap sang anak.
"Biarkan saja sayang, kau ini kenapa?" Menatap mata sang istri dengan intens.
"Ma-maaf!"
"Anak itu punya cara tersendiri sayang, jadi kita hanya bisa menunggu waktu itu tiba. Dan aku akan memberikan beberapa fotonya untuk mu" mengambil map cokelat di tas kerjanya.
"Apa itu?"
"Lihatlah dulu" titahnya dengan memberikan beberapa foto seseorang.
"Ini orangnya sayang" tanyanya berbinar. Siwon hanya terkekeh lalu mengangguk kecil.
--oo0O0oo--
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Bandel | Jaemsung
Fanfiction[Completed] Pertemuan tak terduga membawa mereka ke sebuah ruang labirin cinta yang begitu rumit dengan seorang CEO muda tak sengaja bertemu si pemuda manis yang nakal. Namun, berujung dengan banyak pertumpahan darah yang tak diduga... (𝑫𝒊 𝒅𝒆𝒔...