Bab 28 : No more lie!

1.9K 381 19
                                    

Aku merenggangkan punggung, tangan dan bahuku. Rasanya seperti habis tidur seharian. Pegal sekali. Aku hanya kurang tidur, tapi kenapa sampai di infus segala?

Apa aku habis di oprasi?

Masuk akal juga. Terakhir aku dipukuli si muka dua Diane. Aku langsung turun dari bangsal, mengangkat bajuku di depan cermin. Melihat apakah ada luka di pinggang, perut atau apapun.

Apa perutku semulus ini?

Tubuhku aman-aman saja. Itu artinya aku baik-baik saja. Mungkin hanya kelelahan. Melihat Leo juga ada disini, kemungkinan dia yang menyelamatkanku kemarin.

Kubalikan badanku, mengalihkan pandanganku dari cermin di lemari. Han, Kuro dan Zhukov menatapku dengan aneh.

"Kenapa? apa ada yang salah denganku?" tanyaku pada mereka.

"Kenapa kau mengangkat bajumu dan berputar depan cermin? A-apa otakmu rusak?" Tanya  Han.

Wajahku langsung memanas. Apa mereka melihatku mengangkat baju?

Kenapa mereka melontarkan pertanyaan bodoh itu ? Apa Leo tak menceritakan apapun yang kualami kemarin?

Zhukov berdiri menghampiriku. Ia mencubit kedua pipiku. Mengecek setiap inci kepalaku.

"Kau baik-baik saja? Katakan.. apa ada yang sakit?"

Aku berkedip dua kali. Menggelengkan kepalaku. Zhukov belum juga melepaskan pipiku dari tangan besarnya. Malah ia mengangkat rahangku, kembali mengeceknya seolah kepalaku adalah mesin bom.

"Jangan memegang kepalanya begitu! Bagaimana kalau dia tambah bodoh?" Shimazu melepaskan tangan Zhukov di kepalaku.

Aku harus berterimakasih padanya, jujur aku risih dengan jari-jari besarnya yang mulai mengentuh leherku.

Shimazu menarik kedua tanganku. Menyuruhku duduk di kasur. Lalu menaruh kedua tanganku di wajahnya.

"Lihat baik-baik wajahku Bella. Kau ingat aku kan?"

Hah? Apalagi ini?

"Tentu saja, Shimazu-san. Aku mengingatmu, kepalaku mungkin terbentur tapi aku tidak terluka parah" aku menoleh pada Zhukov.

"Oh.. Sir Zhukov, helm mu cukup berguna. Terima kasih" Ucapku sambil tersenyum pada Zhukov yang membuka air mineral botolan di kulkas.

Aku menarik tanganku dengan canggung. Namun Shimazu kembali menarik tanganku dan menempelkannya di kedua pipinya.

"Tidak, tidak Bella! Kau selalu memanggilku Kuro. Bukan Shimazu" ujar Shimazu serius.

Aku mengerutkan keningku. Siapa yang tidak waras disini sebenarnya? Han juga ikut menghampiriku. Duduk di sisiku yang kosong.

"Ah.. benar! Kau juga memanggilku Oppa! Kau selalu mengikutiku seperti anak ayam dan memanggilku 'Oppa.. Oppa'. Nah sekarang... cobalah! Panggil aku Opp-"

Buk!

Aku menimpuk wajahnya dengan bantal. Menatap mereka dengan datar. Baru saja bangun dan mereka masih saja mengusiliku.

"Omong kosong macam apa lagi sialan! Jangan pegang-pegang tanganku!"

Aku menarik kedua tanganku yang di pegang Shimazu. Han tertawa kecil. Ia terlihat sangat senang. Apa mereka akan mati kalau tidak mengusiliku barang sehari saja?

"Ahahaha... sukurlah kau baik-baik saja" Shimazu tertawa ringan sambil mengacak-ngacak rambutku.

"Jadi... kenapa kalian semua tidur di kamarku? Ini mengerikan, aku satu-satunya perempuan disini sekarang tau" Tanyaku penasaran.

Kutukan Dewi IshtarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang