Chap 15

1.5K 235 42
                                    

Jisung menghela napas panjang. Ia memejamkan matanya menikmati angin yang bertiup sepoi-sepoi mengenai wajahnya. Perkataan tentang Ki Purnomo mengenai Elisabeth itu memenuhi pikiran Jisung. Setelah Ki Purnomo memberitahu siapa sebenarnya Elisabeth, Ki Purnomo tidak ingin mengatakan apa-apa lagi membuat Jisung, Beomgyu, Yangyang, Shotaro, dan Hanjis memutuskan untuk berpamitan pulang. Jisung ingin tahu apa yang sebenarnya ingin disampaikan Elisabeth padanya selama ini. Elisabeth selalu menemui dan mengganggu dirinya tapi tidak pernah mengatakan sesuatu yang membuat Jisung bisa membantu nya.

"Kenapa ini harus terjadi lagi?" gumam Jisung pelan.

"Biasanya hal yang terulang itu terjadi karena ada sesuatu yang belum usai"

Jisung membuka matanya cepat dan terkejut saat melihat Oma ada disampingnya. Jisung tidak menyadari kehadiran Oma. Pikiran Jisung hanyalah Elisabeth, membuatnya sulit untuk fokus pada keadaan sekitarnya.

"Akhir-akhir ini sering terjadi hal aneh ya di panti" Oma menoleh pada Jisung dan tersenyum.

"Maaf Oma, semenjak kedatangan kami panti ini jadi diselimuti kengerian"

"Tidak perlu merasa bersalah. Oma sering mendengar Diana membicarakan tentang Elisabeth tapi tidak pernah sekalipun bertemu dengannya. Diana itu anak yang spesial, itulah yang membuat dirinya bisa melihat apa yang tidak bisa kita lihat. Kau sendiri pernah bertemu dengan Elisabeth?" tanya Oma yang dijawab Jisung dengan anggukan pelan.

"Oma memang tidak terlalu mengerti tentang dunia gaib. Tetapi arwah yang masih belum menyelesaikan urusannya di dunia biasanya akan bergentayangan dan mengganggu manusia yang lain"

"Oma tahu tentang Elisabeth?" Jisung bertanya.

Oma diam. Menatap lurus ke depan dengan tatapan yang sulit diartikan. Jisung melirik takut-takut dan mengulum bibirnya sendiri, takut jika Oma merasa tidak nyaman dengan pertanyaannya.

"Elisabeth itu anak yang baik. Dulunya dia adalah kembang desa di desa ini. Banyak lelaki di desa ini yang menyukainya namun banyak dari mereka yang ditolak. Elisabeth itu memiliki darah campuran Belanda-Indonesia. Semuanya berjalan baik-baik saja hingga suatu hari--"

"Sedang membicarakan apa?"

Oma dan Jisung menoleh bersamaan ke arah suara yang berada di belakang mereka. Keduanya bangkit berdiri dan tersenyum saat melihat kepala desa lah yang datang.

"Ada apa pak Tono kemari?" Oma bertanya saat Tono selaku kepala desa ditempat itu berdiri dihadapannya dan Jisung.

"Hanya ingin bertamu untuk melihat keadaan anak-anak dari kota ini" jawab Tono.

"Bagaimana keadaan mu?" Tono bertanya pada Jisung dan meremat pundak Jisung.

"Baik saja pak, teman-teman yang lain juga baik" jawab Jisung. Ia sedikit merasa tidak nyaman saat tangan Tono turun mengusap lengannya.

"Benar tidak ada masalah?" Tono bertanya sekali lagi.

Jisung mengangguk cepat dan sedikit menjauh dari Tono, bersembunyi dibalik punggung Oma. Melihat Jisung yang tidak nyaman dengannya, Tono tersenyum tipis.

"Maaf jika aku membuatmu tidak nyaman. Tadi aku mendengar para warga ramai membicarakan tentang hantu Elisabeth. Aku hanya tidak nyaman jika kalian diganggu juga oleh hantu itu"

"Kami baik-baik saja, pak. Kami tidak diganggu" bohong Jisung.

"Iya pak, mereka aman saja disini. Bapak tidak perlu khawatir" ucap Oma ikut berbohong.

Tono mengangguk. Ia berbalik pergi dari hadapan Oma dan Jisung setelah dirinya melempar senyum pada Jisung yang ketakutan padanya.

"Dia mengerikan ya Oma" ucap Jisung pelan yang membuat Oma tersenyum kecil.

"Kau takut padanya?" tanya Oma yang dijawab Jisung dengan anggukan kecil.

"Kalau begitu jaga jarak dengannya. Oma mau masuk ke dalam dulu, ingin istirahat"

Jisung mengangguk. Kini hanya dirinya sendiri ditaman. Anak-anak panti tengah makan siang dan teman-teman Jisung sendiri tengah membantu Jaemin menyiapkan makan siang. Jisung mendudukkan dirinya kembali di kursi taman dan memejamkan matanya. Namun itu tidak lama saat tiba-tiba ia merasakan tengkuknya ditiup seseorang. Bersamaan dengan itu bisikan halus terdengar, bisikan yang halus dan lembut.

'Tolong aku'










Jam dinding menunjukkan pukul 10 malam. Jisung melangkah keluar dari kamarnya dan Beomgyu. Ia bermaksud untuk pergi ke luar panti malam-malam, siapa tahu ia bisa menemukan sesuatu yang menjadi jawaban tentang Elisabeth. Takut? Tentu saja. Jisung itu penakut. Tetapi rasa penasarannya melebihi rasa takutnya. Jisung merasa tidak nyaman dengan teman-temannya yang terkena imbasnya karena dirinya.

Menuruni anak tangga dengan pelan, Jisung melangkah menuju pintu. Ia memperhatikan sekitarnya. Perasaannya mengatakan kalau ia tengah diawasi tetapi ia tidak melihat siapapun saat ia berbalik ke belakang. Jisung membuka pintu dengan pelan lalu menutup nya. Hawa dingin langsung menusuk kulit Jisung yang hanya mengenakan pakaian tidur. Dingin, sepi, menyeramkan bercampur menjadi satu yang membuat Jisung merasa dirinya berada di alam lain.

Saat Jisung melangkah sedikit menjauh dari panti tiba-tiba saja Jisung mendengar suara patahan ranting kayu yang diinjak seseorang. Jisung menoleh ke belakang namun ia tidak melihat siapapun. Jisung bergidik. Pikiran negatif mulai mempengaruhinya, ingin kembali tetapi Jisung sudah bertekad untuk menemui Ki Purnomo malam ini dan meminta bantuannya.

"Astaga" Jisung terkejut, membuat nya refleks mundur ke belakang saat melihat Jaemin berdiri dihadapannya dengan tatapan dingin.

"Mau kemana malam-malam begini?" tanya Jaemin datar.

"Kau belum tidur?" Jisung mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Jawab pertanyaan ku. Mau kemana malam-malam begini?"

"Aku ingin mencari tahu tentang Elisabeth" jawab Jisung jujur saat melihat ekspresi tegas Jaemin.

"Apa kau tidak tahu resiko atas rasa penasaran mu itu?" suara Jaemin sedikit meninggi membuat Jisung takut.

"Aku sudah siap jika itu bertemu Elisabeth" jawab Jisung yakin.

"Apa kau tahu apa yang lebih menakutkan daripada hantu?"

"Huh?"

"Manusia. Bukan Elisabeth yang ku maksud tetapi seseorang yang mengikuti mu dan sedang bersembunyi sekarang itu yang ku maksud. Apa kau tidak mengerti kalau nyawa mu itu diincar untuk dibunuh?"

Jaemin menarik Jisung kembali ke panti saat melihat Jisung yang tiba-tiba terdiam. Sesaat ia melirik ke arah pohon yang berada tidak jauh dari mereka dan mengumpat pelan. Seseorang yang mengikuti Jisung dan bersiap untuk membunuh Jisung tadi mengumpat saat rencananya digagalkan oleh Jaemin.

"Sial! Padahal tinggal sedikit lagi aku akan mendapatkan matanya" ucapnya kesal.









TBC...........................................

See you

Salam hangat dari Semenya Jisung

- Ria

Terror in Tanjung Sari Village [Mysterious Village season 2] [END]✅✅✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang