Chap 31

1K 177 22
                                    

Penantian yang lama untuk menagih sesuatu yang harus dibayar akhirnya tiba. Perjanjian berdarah yang harus dibayar dengan keturunan terakhir yang masih tersisa. Detik-detik yang dilalui berlalu begitu cepat. Malam tumbal akan segera dimulai.

Jisung pun dibebaskan dari rantai yang membelenggunya untuk dibawa menjadi tumbal terakhir bagi sosok yang dipanggil 'Ratu' itu. Membayar harga mahal atas kesalahan yang bukan perbuatannya. Ia bahkan tidak tahu apa-apa tentang apa yang menimpanya saat ini.

Mengetahui banyak sekali kebenaran-kebenaran yang ditutup darinya. Sampai akhirnya kebenaran - kebenaran itu membawanya kembali ke desa yang pernah hampir merenggut nyawanya.

Semua orang yang terbunuh dimalam berdarah 4 tahun lalu kini menatapnya dengan tatapan kosong. Memori pembantaian 4 tahun lalu kembali terputar dibayangannya. Ditempat yang sama, jauh di dalam hutan larangan, dimana ia hampir ditumbalkan untuk menghidupkan kakaknya -Laras- ditempat ini.

Perasaan takut memenuhi dirinya. Pikirannya berkecamuk. Takdir yang membawanya sejauh ini membuatnya sungguh putus asa. Terbesit pemikiran bodoh, jika ini akhir hidupnya kenapa saat itu ia tidak mati bersama saudara kembarnya saja daripada menjalani hidup dengan beban berat yang harus dipikul nya seperti ini.

Air mata jatuh seiring dengan langkah yang semakin terasa berat. Tidak ada cara untuk melarikan diri, dirinya dikelilingi oleh para mayit yang dihidupkan kembali tanpa roh. Dipandangnya sekitarnya, ayah kandungnya -Tono- dengan mata terbuka dan tersenyum membiarkan dirinya untuk ditumbalkan pada sosok yang diagungkannya itu. Bahkan saat mengingat kisah dimasa lalu dimana ayahnya itu dengan tega ingin membunuh ibunya -Elisabeth- beserta dirinya dan saudara nya yang baru lahir, membuatnya sangat membenci ayah kandungnya itu.

Pengorbanan yang dilakukan oleh Elisabeth dan saudara kembarnya untuk menyelamatkan nyawanya membuat air mata yang jatuh semakin mengalir deras. Seharusnya ia tidak mati dengan sia-sia, Jisung ingin menemui Elisabeth sekali lagi dan memeluknya lalu mengatakan bahwa ia sangat menyayangi nya.

Pandangan Jisung terpaku pada sosok Nyai  Asih yang telah mempersiapkan segala ritual penumbalan itu. Dengan tubuh manusia nya, ia terlihat lebih baik daripada penampakan arwahnya. Namun tatapan yang ditujukan padanya sama seperti 4 tahun lalu, sarat akan kebencian dan kemarahan.

Jarak antara keduanya semakin dekat. Dan langkah kaki Jisung semakin berat. Pandangannya mengabur karena air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

"Mama, apa kita akan bertemu? Apa kau merindukanku?" Jisung bergumam. Ia tersenyum kecil, pasrah akan hidupnya.

Beberapa detik kemudian, angin bertiup sangat kencang membuat pepohonan disekitar mereka bergoyang. Di malam yang dingin hawa yang mencekam itu sangat terasa.

"Jangan sentuh anakku!" suara serak itu menggema. Arwah Elisabeth datang dan menampakkan dirinya pada setiap yang ada ditempat itu. Matanya semerah darah dan rambutnya sangat panjang menyentuh tanah, penampilannya sangat menyeramkan.

Nyai Asih menatap datar arwah Elisabeth yang datang tanpa diundang itu. Ratu yang menyaksikan dari kegelapan tidak bersuara sedikitpun. Tono yang terkejut hanya bisa mendekat pada Nyai Asih untuk mendapatkan perlindungan.

"Lari lah nak" bisik Elisabeth lembut ditelinga Jisung.

Terpisah jarak yang sangat jauh, Elisabeth selalu menunggu Jisung untuk menemuinya walaupun hanya untuk sekali saja. Bersenandung sedih di setiap malam menunggu kedatangan anak bungsunya, terperangkap dalam pohon beringin yang mengikatnya agar ia tidak membalas dendam pada para warga di desa itu.

Melihat Elisabeth yang memberi jalan untuk Jisung kabur dari tempat itu membuat Nyai Asih sangat marah. Ia menusuk paku ke kepala boneka kecil yang dibuat mirip dengan manusia. Cairan merah keluar dari kepala boneka kecil itu dan bersamaan dengan itu Elisabeth berteriak kesakitan.

Jisung yang berlari menjauh dari tempat itu terhenti saat mendengar teriakan kesakitan Elisabeth. Ia ingin kembali pada Elisabeth namun sebuah tangan menahannya untuk melangkah kembali.

"Jangan pergi kesana" seseorang yang menahan tangan Jisung -Chanyeol- berucap. Disebelah kiri Chanyeol ada Ki Purnomo dan ibunda Elisabeth -Wulan- ada disebelah kanan Chanyeol.

"Ayah, dia sangat kesakitan. Dia kesakitan" tangis Jisung pecah sembari memberontak untuk melepaskan pegangan Chanyeol yang kuat menahannya.

Melihat Jisung yang menangis membuat Chanyeol tidak tega. Ia menarik nya ke dalam pelukannya yang erat dan membisikkan kalimat penenang agar Jisung tidak terfokus mendengar teriakan kesakitan Elisabeth.

Terpisah dengan Chanyeol, Jaemin bersama Beomgyu, Hanjis, Shotaro, dan Yangyang berada tidak jauh dari tempat dimana ritual penumbalan itu akan berlangsung. Mereka menghela napas lega melihat Jisung tidak berada disana.

"Jisung pasti sudah bertemu dengan ayahnya, kalian berempat temui mereka" ucap Jaemin sembari melangkah menuju lingkaran setan itu.

"Hei, apa kau gila?!" heran Beomgyu saat Jaemin malah mendekati tempat itu. Namun ucapan Beomgyu dihiraukan Jaemin, ia tetap melangkah dengan ekspresi yang tampak dingin dan datar.

"Lama tidak bertemu ibu mertua" sapa Jaemin pada Nyai Asih yang membuat semua mata mengarah padanya. Perhatian Jaemin tertuju pada Elisabeth yang tidak sadarkan diri dalam rupa manusianya setelah Nyai Asih menancapkan paku ke dalam kepala boneka itu.

"Bedebah! Kau pengkhianat! Apa kau ingin ikut campur lagi hah?!" Nyai Asih menatap Jaemin dengan tatapan benci.

"Kita punya hal yang belum kita selesaikan dengan baik. Untuk kali ini, aku tidak bisa tidak ikut campur" Jaemin tersenyum.

"Bedebah!"









Suasana Panti terasa sangat berbeda sejak beberapa menit yang lalu. Semua orang yang tinggal di Panti berkumpul bersama di ruang tengah. Desa itu seperti desa mati, tidak terdengar suara apapun disekitar mereka. Warga seolah tahu bahwa akan ada hal besar yang terjadi malam ini.

"Dia datang" ucap Diana tiba-tiba.

Mendengar itu semua orang menjadi merinding. Tepat setelah Diana mengatakan hal itu, suara tawa cekikikan perempuan terdengar.

"Elisabeth?" ucap Yeonjun.

"Bukan, ini lebih berbahaya. Ini adalah Ratu" ucap Diana dengan raut muka yang sulit dijelaskan.

"Ratu itu sia-?"

"AWAS!!" Diana memperingati. Detik kemudian tubuh kecilnya terhempas kasar ke dinding. Ia meringis kesakitan dan memuntahkan darah.

"Ini sudah sangat berbahaya. Dia marah" ucap Oma khawatir. Oma melangkah mendekati Diana dan memegang tangannya. Setelahnya, mulutnya terlihat komat-kamit seolah mengucapkan sesuatu namun tidak terdengar.

"Tunjukkan dirimu!" Oma menghentakkan tangan nya ke lantai dan tidak lama kemudian kabut asap tebal berwarna hitam muncul membentuk sosok tinggi seorang perempuan. Matanya berwarna putih dan rambutnya panjang menjuntai ke lantai, wajahnya sangat mengerikan dengan darah berwarna hitam yang mengalir dari mulutnya.

Anak-anak yang melihatnya berteriak ketakutan dan menangis. Namun Yeonjun, Sungchan, Minho, dan Kun segera menenangkan anak-anak panti walaupun sejujurnya dalam diri mereka juga sama takutnya. Melihat sosok yang mengerikan seperti itu untuk pertama kalinya tentu saja membuat mereka berempat juga ketakutan bahkan mungkin mereka tidak akan melupakannya untuk seumur hidup mereka.

"Selain Elisabeth para bedebah itu datang dan menghancurkan ritual yang dipersembahkan untuk ku, aku akan meminta mereka untuk membayar mahal. Semua warga disini akan mati ditangan ku!!"

Sosok yang dipanggil Ratu itu menghilang dan tidak lama kemudian diluar sana jeritan ketakutan dan kesakitan terdengar dari ujung ke ujung.

"Apa yang harus kita lakukan Oma?" tanya Diana yang perlahan telah sadar.

"Berharap saja, mereka sudah mengakhiri apa yang terjadi di desa misterius itu Diana. Kita hanya bisa berharap" ucap Oma sembari memandang lurus ke depan, menerawang jauh.












TBC...............................................

Satu chap lagi End dan akan ada bonus chap jika kalian ingin,

See You

Salam hangat dari Semenya Jisung

- Ria

Terror in Tanjung Sari Village [Mysterious Village season 2] [END]✅✅✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang