Chap 4

1.8K 282 79
                                    

Jisung tersadar dengan apa yang ia katakan barusan saat melihat raut wajah Jaemin yang tampak terkejut. Ia berdiri dari duduknya dan membungkuk beberapa kali pada Jaemin sambil mengatakan maaf. Lalu kemudian pergi dari situ meninggalkan Jaemin yang diam ditempatnya, memperhatikan punggung Jisung tanpa berniat mencegah Jisung.

Seulas senyum tipis terbit di wajah tampan Jaemin. Ia berdiri. Matanya tidak lepas dari memperhatikan punggung Jisung yang sudah jauh sampai tidak terlihat lagi.

"Lucu" gumam Jaemin pelan.

****

Tok! Tok! Tok!

Cklekk!!

"Kau kemana saja?" Kun bertanya setelah membuka pintu untuk Jisung yang baru saja bergabung dengan mereka.

"Maaf, tadi aku hanya bermain sebentar dengan anak-anak" bohong Jisung. Ia melewati Kun dan duduk di samping Hanjis.

"Baiklah semua sudah berkumpul sekarang. Aku akan memberi pesan pada kalian sebagai seorang ketua" Kun berucap.

"Seperti yang kita tahu tujuan kita kemari adalah KKN. Sebagai satu kelompok, kita harus punya pikiran yang sama dan punya tujuan yang sama. Kita berada di desa orang, jadi kita harus bisa menjaga tata krama dan jangan sembarangan berucap. Seperti yang dikatakan kepala desa disini kalau desa ini memiliki pantangan yang tidak boleh dilanggar"

"Tapi bagaimana kalau keadaan darurat? Apakah tetap harus berdiam diri di dalam rumah?" Sungchan bertanya.

"Ikuti saja, itu sudah larangan di desa ini. Percaya atau tidak kita tetap harus ikuti karena kita sedang berada di desa mereka" tegas Kun.

"Kita dulu saja yang mengikuti peraturan di desa misterius tetap diincar apalagi melanggarnya" bisik Hanjis pada Jisung.

Jisung menoleh pada Hanjis dan menatap datar Hanjis. Tatapan nya seolah mengatakan untuk tidak mengingat desa itu lagi. Hanjis yang mengerti maksud tatapan Jisung kembali memperhatikan Kun yang tengah berbicara.

"Aku tadi berjalan mengelilingi panti asuhan ini dan tidak sengaja bertemu salah satu warga disini, dia mengatakan di pohon beringin yang tumbuh di belakang kamar 101 itu ada kuntilanak nya"

"Sayang jangan nakutin, kamar 101 itu kamar aku dan Jisung" Beomgyu merapatkan tubuhnya pada Yeonjun.

"Tenang sayang. Itu masih katanya, tidak ada hantu disini"

"Tapi--"

Prangg!

Suara benda yang jatuh dari luar kamar Kun mengalihkan atensi mereka semua. Kun melangkah membuka pintu kamarnya untuk mengeceknya. Tidak ada siapapun dan tidak ada ia temukan benda jatuh di depan kamarnya. Kun hendak berbalik masuk namun tidak sengaja sudut matanya menangkap seseorang yang berdiri di ujung lorong. Kun menoleh tapi tidak ada siapa-siapa disana sekarang. Ia mengangkat bahunya lalu kemudian menutup pintu kamarnya. Tanpa Kun tahu bahwa di ujung lorong memang ada orang lain yang tengah bersembunyi. Orang itu mengusap dadanya sendiri dan segera beranjak dari situ.

'Sial, hampir saja aku ketahuan'










Malam tiba. Keadaan di sekitar panti asuhan sangat sepi dan sunyi. Tidak ada warga yang berkeliaran lagi saat malam hari. Jisung, Beomgyu, Hanjis, Yangyang, Shotaro, Sungchan, Minho, Yeonjun, dan Kun bergabung bersama anak-anak panti untuk makan malam. Makan malam ini spesial di masak oleh Jaemin dan sedikit dibantu oleh Oma.

Orang-orang makan dengan lahap. Suasana makan malam di panti asuhan berlangsung menyenangkan, canda tawa memenuhi ruang makan. Semua terlihat bahagia.

Jisung, Beomgyu, Hanjis, Yangyang, dan Shotaro membagi jadwal untuk membantu membersihkan bekas makan malam mereka dan mencuci piring. Awalnya Oma tidak mengizinkan mereka karena mereka adalah tamu namun mereka memaksa dan Oma terpaksa mengizinkan. Malam ini adalah giliran Yangyang dan Jisung dan malam besoknya adalah giliran Beomgyu, Hanjis, dan Shotaro dan begitu seterusnya.

Anak-anak panti menuju kamar mereka dan begitu pula yang lain. Hanya Yangyang dan Jisung yang masih belum kembali ke kamar. Yangyang membersihkan bekas makan malam mereka sedang Jisung mencuci piring.

"Masih banyak Jie? Aku sudah mengantuk"

"Duluan saja. Tinggal sedikit lagi"

Yangyang mengangguk dan beranjak dari situ, meninggalkan Jisung sendiri di dapur dan melangkah menuju kamarnya yang berada di ujung.

Hawa mulai tidak mengenakkan setelah kepergian Yangyang. Hening dan menyeramkan. Itulah yang tengah Jisung rasakan sekarang. Setelah pekerjaan nya selesai, Jisung menghela napas lega. Ia berbalik, melangkah ke luar dari dapur menuju kamarnya.

Deg!!

Jantung Jisung berdetak cepat saat lampu-lampu tiba-tiba mati semua. Jisung tidak bisa melihat apapun selain kegelapan. Ia benar-benar buta dan beberapa kali menyenggol beberapa barang sehingga membuat suara yang gaduh.

"Nanananana...."

Jisung bergidik saat mendengar suara perempuan bersenandung ditengah malam begini. Senandung itu terdengar sarat akan rasa sedih yang dalam. Ditengah kegelapan itu Jisung tiba-tiba merasakan hawa dingin yang tidak mengenakkan dan senandung sedih itu semakin lama terdengar semakin jauh.

Deg!!

Saat lampu-lampu kembali menyala, Jisung dapat melihat dengan jelas seorang perempuan dengan rambut panjang yang menutupi wajahnya dan mengenakan baju daster putih panjang yang lusuh berdiri di depannya. Perempuan itu masih bersenandung dengan suara pelan dan melayang mendekati Jisung

Jisung benar-benar ketakutan. Ia ingin kabur dan berlari menjauh tetapi tubuhnya sangat sulit untuk digerakkan. Ia hanya bisa diam mematung, memperhatikan perempuan itu yang semakin dekat dengannya.

"Anak manis, jangan takut" suara lembut itu menyapa indra pendengaran Jisung.

Jisung memejamkan matanya, keringat dingin membasahi tubuhnya, tubuhnya bergetar hebat saat kuku panjang perempuan itu membelai wajahnya.

"AAAAAAAAAAA"

Perempuan itu tiba-tiba berteriak di depan Jisung, mulutnya mengeluarkan cairan warna hitam dengan bau yang menyengat. Air mata Jisung mengalir deras seiring dengan rasa takutnya yang semakin besar. Jisung merasakan tubuhnya melemas sebelum akhirnya penglihatannya menggelap dan terjatuh ke lantai.

Jaemin yang baru saja keluar dari kamarnya ingin ke dapur untuk minum terkejut saat melihat Jisung pingsan di lantai dekat dapur. Ia menepuk-nepuk pipi Jisung untuk menyadarkan nya namun itu tidak berhasil. Jaemin pun memutuskan untuk menggendong Jisung ke kamarnya dan merebahkan tubuh Jisung di atas kasur nya.

Jaemin bergegas ke dapur untuk mengambil baskom lalu ke kamar mandi yang ada di dekat dapur untuk mengisi baskom dengan air lalu kembali ke kamarnya. Membuka lemari pakaiannya, Jaemin mengambil sapu tangan dan mencelupkannya ke dalam baskom berisi air itu. Jaemin memeras sapu tangan itu dan meletakkannya ke dahi Jisung yang panas.

Tubuh Jisung menggigil hebat. Jaemin yang merasakan pakaian Jisung yang basah karena keringat memutuskan untuk mengganti pakaian Jisung dengan meminjam pakaian miliknya. Saat Jaemin melepas pakaian Jisung pandangan nya tertuju pada kalung liontin yang dipakai Jisung. Entah kenapa jantung nya berdebar saat melihat Jisung mengenakan liontin itu. Namun kemudian ia tersadar dan beranjak untuk mengambil pakaian untuk Jisung dan mengenakannya ke tubuh Jisung.

Tubuh Jisung sangat dingin seperti es. Jaemin pun memutuskan merebahkan tubuhnya di samping Jisung dan menyelimuti tubuh mereka berdua lalu kemudian membawa Jisung ke dalam pelukannya. Jaemin memperhatikan Jisung yang tengah terlelap, terlihat damai dan polos. Mengembangkan senyum nya, untuk pertamakali nya Jaemin mencium Jisung di pipi sebelum kemudian menyusul Jisung ke alam mimpi.

Disaat Jaemin telah terlelap, hantu perempuan yang bertemu Jisung barusan berdiri di dekat ranjang. Kuku panjangnya yang berwarna hitam itu membelai wajah Jisung, tersenyum lebar sampai cairan berwarna hitam pekat itu menetes keluar dari mulutnya.

"Anakku sayang, tidurlah yang nyenyak anakku. Mama akan menjagamu"










TBC...................................................

See you next chap

Salam hangat dari Semenya Jisung

- Ria

Terror in Tanjung Sari Village [Mysterious Village season 2] [END]✅✅✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang