Sesampainya nazel di kediaman sigit, nazel langsung mengetuk pintu utama.
"Assalamualaikum".
"Waalaikusallam, eh den nazel. Masuk den". Nazel tersenyum masuk kedalam setelah pintu dibukakan oleh salah satu pembantu yang ada di sana.
"Bi, boleh tolong panggilin kak dendra. Ada yang mau nazel omongin". Bibi itu tersenyum lantas mengangguk.
"Sebentar ya den". Nazel mengangguk, mengambil handphone nya yang ada di saku celananya.
"Jadi nginep". Nazel ngedongkak, lalu mengangguk.
"Berapa hari?".
"Tiga".
"Eh kak dendra".
"Iya?".
"Boleh minta alamat rumah ka ikal ga?".
"Bukannya rumah haikal yang sekarang itu di sumedang ya".
"Iyakah, tolong tanyain dong kak". Dendra memutar bola matanya malas, nazel nyegir.
"Nah udah di sherlock, emang beneran mau main kesana?". Nazel ngangguk.
"Heem, mau nanya sesuatu juga". Dendra naikin alisnya.
"Nanya apa?".
"Ada deh, yaudah nazel kesana dulu ya. Nanti nazel pulang agak sorean. Dadah kakak, assalamualaikum". Dendra menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas.
"Apa lagi yang mau di lakuin tu kutu anoa".
Ⓐⓑⓒ
Nazel membayar ongkos ke bapak ojol yang udah nganterin dia. Mengintip di celah gerbang rumah itu, dia udah bilang ke haikal bahwa dia akan main kesini. Meronggoh handphone dari sakunya untuk memberitahu haikal bahwa dia udah nyampe.
Nazel baca doa dulu sebelum masuk, mendorong sedikit pintu gerbang itu untuk mempermudah dia melaluinya. Ada suara riuh dan teriakan khas anak anak di dalam. Nazel menyirit heran. Bukannya kak mahen sama kak haikal belum ngadopsi anak ya?. Mendelikan bahunya dan langsung memasuki rumah itu yang memang pintunya terbuka lebar.
Duk!
"Awhh..". Nazel memegangi kepalanya yang terkena hantaman bola. Bola plastik memang, tapi kan kalo itu kenceng pasti sakit.
"Kamu gapapa?". Jean menangkup wajah nazel dan mengusap area dahinya yang terkena lemparan tadi. Memerah.
"Gapapa kok kak". Nazel tersenyum canggung ke jean yang lagi niupin dahinya.
"Astaga nazel, kamu kenapa". Haikal mendorong jean dengan pinggulnya, memeluk nazel yang lagi mengusap ngusap dahinya.
"Kakak cantik, kina minta maaf, kina ga sengaja. Salahin aja itu gio". Anak itu menunjuk anak laki laki yang sedang berlindung di belakang tubuh besar jean.
"Sakit ga kak?, kalo sakit sini kina sun dulu". Anak itu merentangkan tangannya, ingin menggapai wajah nazel yang ada di pelukan haikal.
"Kakak gapapa kok, lain kali mainnya hati hati ya. Liat sekitar dulu, kalian ga salah kok. Yang salah kakak, ga permisi dulu tadi hehe". Kinara menatap nazel yang sedang terkekeh.
"Kakak manis, gio suka". Gio entah anak siapa mulai keluar dari persembunyiannya, mendekati nazel yang sudah terlepas dari pelukan haikal.
"Aaa masa sih?". Nazel menyamakan tingginya dengan tinggi anak itu.
"Iya tuh". Gio mencubit pipi gembil nazel, yang membuat nazel mengusak rambut anak itu.
"Kamu juga tampan". Nazel menjawil hidung bangir anak itu.
"Aaaa, kina!, lihat!. Kakak manis ini udah muji gio!". Anak itu berlari ke arah kinara yang sedang cemberut.
"Tidak ingin melihat". Kinara memalingkan wajahnya. Nazel dan jean yang melihat pun terkekeh.
Nazel berjalan ke arah perkumpulan orang dewasa, meninggalkan kinara dan gio yang udah fokus kedunianya lagi. Duduk di dekat haikal yang lagi ngobrol bareng mahen.
"Oh iya na, ada apa kamu kesini. Kalo main mah ga mungkin sih". Haikal melirik nazel yang lagi natep dia.
"Kepo dikit aja".
"Hah?". Mahen yang tadinya akan memakan cookies yang ada di tangannya ngehah sambil menatap nazel yang berkata santai barusan.
"Maksud dari kepo?". Haikal menutup mulut mahen yang terbuka.
"Ada yang mau di tanyain sedikit, tentang kak navon sih hehe". Nazel terkekeh canggung, menatap orang orang yang ada disana juga menatapnya.
"Apa yang di kepoin?". Tanya haikal
"Perasaan?". Jawab nazel.
"Boleh". Jawab haikal santai.
"Kak navon kan udah kenal kalian lama nih, mau nanya dong. Navon itu orang nya gimana sih, maksudnya kepribadian". Nazel mulai nanya ke haikal yang mengangguk paham.
"Kepribadian navon itu ceria, positif sama kaya aku-
"Halah positif, siapa dulu yang ngambil kursi gue di kantin". Ucap jean
"Hehe, itu kan dulu".
"Terus apaya, introvent. Ramah, no sad sad club. Terus mandiri, penjaga rahasia yang baik. Dan pinter nyembunyiin sesuatu". Nazel ngangguk ngangguk.
"Ka ikal pernah ga ngedenger tentang curhatan ka navon tentang cintanya".
"Weeh, ya sering dong". Nazel berbinar. Ini yang dia cari.
"Gimana tuh kak?".
"Navon kalo udah cinta sama sesuatu itu sulit untuk ngelupain. Bisa jadi itu jadi prioritasnya saat itu, kalo ga ada itu dia ga bisa idup. Kayak cinta itu separuh nafasnya. Navon pernah cerita dia sempet mimpiin di tanyain sama malaikat milih ke surga tapi ngelupain kenangan sama dia atau ke neraka tapi bareng sama dia".
"Terus dia milih apa?". Mahen menyela.
"Ya gatau, dia ga nyeritain panjangnya gimana".
"Itu kejadiannya kapan?". Haikal mengingat ngingat kapan sahabatnya itu menceritakannya.
" 3 hari sebelum ga ada ga sih?". Tanya haikal ke mahen.
"Mana ku tau". Haikal ngedecih.
"Ya kurang lebih 3/5 harian sebelum dia pergi". Nazel ngangguk ngangguk aja, sambil merekam di otaknya apa yang dikatakan haikal barusan.
"Kak ikal pernah ngedenger kata kata 'akankah kita bertemu lagi di waktu yang takdirkan?' atau 'sederhana saja,semoga aku menjadi orang yang selalu bahagia bukan hanya terlihat bahagia' ". Haikal termenung, bukan hanya haikal mahen dan jean pun sama sama termenung.
"Bentar". Jean menyela, nazel cuma ngangkat bahunya acuh.
"'aku akan tetap mencintaimu, jika kmu mencintai dan sudah dimiliki orng lain. baca empat kata pertama.' kalo engga itu deh". Haikal ngedongkak.
"Sebenernya lo siapa sih". Nazel tersenyum, ngangkat bahunya acuh.