CHAPTER 8

14.1K 227 5
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Pertama kali hal yang Venus nikmati saat di California, hujan. Hujan yang turun sejak pagi hingga malam hari satu hari tanpa henti, sampai Venus tidak merasakan lelah merapikan semua pakaian dan keperluan di apartemen barunya yang berada tak jauh dari universitas, tempat dimana ia akan melanjutkan studinya.

"Selesai," celetuk Venus melihat suasana baru apartemennya, berkali- kali ia menarik napas menyeka keringat yang jatuh di pelipisnya.

"Kenapa lelah sekali? Apa karena aku sudah lama tidak membereskan apartemen," monolog Venus berjalan menuju kulkas dan meneguk segelas air dari botol kaca.

Venus kembali teringat bahwa sejak ia pergi. Venus belum melihat lagi ponselnya, kakinya bergerak mencari letakan ponselnya di antara tumpukan buku dan beberapa pakaian miliknya.

Bibir Venus terkatup, ia melihat empat panggilan dari Ziever. Tetapi anehnya Venus merasa menyesal tak mengangkat satupun panggilan yang masuk, seketika ia berharap Ziever kembali menghubunginya. Seperti keinginan yang langsung di jawab tuhan, ponsel Venus kembali berdering. Tentu saja, Venus tak akan menjawabnya dengan cepat ia tunggu sampai nada dering yang kedua. Setelah Venus mengatur napasnya, ia menggeser tombol hijau meletakan ponselnya di telinga kanannya.

Hening.

Hanya keheningan, Venus tau Ziever masih berada di sambungan di ujung sana. Entah apa yang Ziever katakan, Venus tak ingin menyambutnya terlebih dahulu dengan bertanya. Ia membiarkan Ziever yang berbicara terlebih dahulu.

"Venus."

"Hmmm." Venus bergumam mengigit kecil bibirnya.

"Apa kau sudah makan?"

"Sudah." Jawab Venus dengan singkat, ia belum makan sebenarnya. Hanya saja bibir Venus memilih untuk berbohong dari pada mengatakan kebenaran.

"Apa yang kau lakukan? Apa kau sedang beristirahat? Apa aku menunggumu."

Venus hanya diam mendengarkan pertanyaan Ziever. Venus sedang berpikir kerasa apa yang terjadi pada Ziever? Kenapa ia terlihat banyak berbicara kepada Venus, kenapa Ziever terlihat perduli?

"Venus..."

"Apa? Apa pertanyaan harus aku jawab semuanya, ada apa denganmu sebenarnya," jawab Venus yang duduk di atas ranjang melipat kakinya.

"Kenapa kau pergi tanpa mengatakan apa pun padaku Venus... Seharusnya aku atau darimu, bukan orang lain."

"Untuk apa? Semuanya saja, kau dan mereka sama- sama rekan kerja," jawab Venus memejamkan matanya, kenapa ia merasa kasihan dengan nada suara Ziever.

"Aku berbeda."

"Apa yang berbeda?" imbuh Venus.

"Tidak ada. Selamat malam Venus."

"Selamat malam."

Venus mematikan sambungan teleponnya terlebih dahulu, ia meletakan kembali ponselnya di atas meja kecil di samping ranjangnya. Membaringkan tubuhnya dan menutupnya dengan mengunakan bantal. Venus menangis, ia menangis atas hal yang tak dirinya mengerti. Entah apa yang membuatnya merasa menjadi wanita yang paling menyedihkan untuk saat ini.

 𝐏𝐋𝐄𝐀𝐒𝐄 𝐌𝐀𝐊𝐄 𝐌𝐄 𝐏𝐑𝐄𝐆𝐍𝐀𝐍𝐓 ( Explicit ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang