CHAPTER 11

11.2K 225 104
                                    

*******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*******

Sepasang mata sedang memperhatikan dengan tajam pada seseorang yang terlihat begitu mesra bersama seorang wanita muda. Venus tak percaya dirinya menemukan Ziever yang berada di pusat perbelanjaan, sedikit menyesal kerena rasa penasaran Venus ikut hanyut dan terseret mengikuti Ziever hingga ia seperti wanita yang terbakar akan cemburu.

"Brengsek! Apa yang baru saja ia katakan kemarin? Lihatlah hari ini ia terlihat mesra dengan wanita lain," decak Venus yang menarik gelas kaca di depannya, meneguk habis ice Americano yang tersisa.

"Menjijikan," umpat Venus berdiri dari tempat duduknya dan pergi dengan perasaan kesal setengah mati.

Venus berjalan dengan cepat menuju mobil dan menghempaskan dengan kasar pintu mobilnya. Masuk dan duduk dengan dada yang turun naik menarik napas dengan cepat dan menghembuskan dengan kasar.

"Ziever. Sekali lagi aku tak akan mudah menerimamu kembali! Tidak akan ku biarkan kau masuk dan kembali merusak hidupku," ujar Venus dengan frustasi.

Anehnya ia begitu kesal. Apa yang salah? Kenapa ia marah akan hal ini padahal jika di pikiran kembali, pria itu bebas mendekati siapa pun- bukankah mereka berdua tidak terikat? Kenapa hati Venus menyulitkan dirinya sendiri dengan pikiran yang hanya akan merusak suasana hatinya.

Sedangkan di tempat lain Ziever terus menatap pada adiknya. Mikaila yang telah tumbuh menjadi wanita yang dewasa di usianya yang sudah 29 tahun, tatapan tajam seperti ingin menelan Ziever hidup- hidup.

"Kau tidak berubah Mikaila," ujar Ziever dengan nada yang pelan.

"Kau terlalu meletakan ekspetasi tinggi kepadaku. Tidak! lebih tepatnya, seluruh keluarga yang salah menilaiku," jawab Mikaila dengan gerakan menyisir dengan kasar rambutnya.

"Hari ini kau di bebaskan. Apa tak ada tempat yang ingin kau kujungi? Atau hal yang ingin kau lakukan," sambung Ziever yang masih berusaha membujuk Mikaila.

"Di penjara 3 tahun membuatku melupakan hal yang ingin aku lakukan," imbuh Mikaila menatap kosong ke arah Ziever kakak tertuanya.

"Sudah berlalu... Terbukti bukan kau, namamu sudah bersih tuduhan itu," sahut Ziever yang berusaha menghibur adiknya.

"Padahal aku berharap, aku yang membunuhnya dalam keadaan sadar," gumam Mikaila dengan tawa yang begitu kencang.

"Mikaila! Tenanglah kita sedang berada di luar," imbuh Ziever menutup mulut Mikaila.

Ziever melepaskan bekapan tangannya pada mulut Mikaila dan kembali duduk di kursinya. Sebelumnya, Ziever menunduk kecil meminta maaf pada pengunjung yang juga berada di cafe yang sama dengannya. Mereka menatap ke arah Ziever dengan tajam, sudah dipastikan mereka pasti terganggu dengan tawa kencang Mikaila.

"Kau sudah meminum obatmu?" tanya Ziever menyentuh permukaan tangan Mikaila yang hanya diam kepala yang tertunduk.

"Apa aku terlihat gila? Apa aku terlihat memiliki gangguan mental? Aku hanya melakukan pembalasan yang pantas untuk hal yang tak lagi bisa di tangani dengan hukum," gumam Mikaila.

"Siapa yang mengatakan kau gila? Kau tidak gila Mikaila, aku hidup bersama kedua adikku selama belasan tahun dan aku jauh lebih paham dengan karakter kalian lebih dari siapa pun," sambung Ziever atas ucapan Mikaila yang membuatnya sedih.

"Aku hanya jatuh cinta. Tapi cinta itu begitu menyakitkan, aku terluka begitu dalam. Aku benci saat menatap wajahku, yang berubah menjadi merah dengan mata yang membengkak... Keesokan harinya aku tidak menyadari bahwa aku telah membunuhnya dengan mengerikan."

Ziever terdiam, ia masih tak percaya bahwa adiknya memiliki kepribadian ganda. Semua itu telah terbukti ketika, Ziever dan keluarganya tak mengenali Mikaila yang berubah menjadi monster yang mengerikan.

*******
Venus kembali ke apartemennya tetapi ia di kejutkan dengan kedatangan Ziever yang berdiri di depan pintu masuk apartemen. Ziever terlihat sangat tampan dengan tiga setelan rapi, satu tangan yang di masukan ke dalam saku celana berbahan linen.

"Aku sudah menunggu satu jam di sini," ujar Ziever sembari melirik jam tangannya.

"Siapa yang menyuruhmu menunggu! Pergilah dari apartemenku," jawab Venus dengan ketus. Ia berjalan mendekati Ziever dan mendorong tubuh besar yang menghalangi akses pintunya.

Saat pintu berhasil di buka, Venus pikir tubuhnya dapat masuk lebih mudah. Tetapi semua itu salah! Ziever kembali mendorong pintunya dengan kencang hingga kembali terkunci. Ziever mengunci tubuhnya dengan satu tangannya tepat sejajar dengan kepala Venus-sedangkan satu tangan Ziever yang lain menarik pinggang Venus dan merapatkan tubuh mereka berdua.

Venus menahan napasnya saat merasakan hembusan napas Ziever yang membelai wajahnya, mata mereka saling beradu satu sama lain. Venus kontan merasakan panas dingin, ia mencoba untuk melepaskan diri tetapi tubuhnya justru berkata sebaliknya.

"A-apa yang kau inginkan___," ujar Venus yang terbata- bata karena gugup yang menyerangnya.

"Membuat penawaran untukmu," sambung Ziever.

"Penawaran apa?" tanya Venus kembali.

"Menyerah dan kembali padaku, atau ku paksa agar kau kembali padaku dengan cara apa pun itu," bisik Ziever dengan sensual pada telinga kiri Venus.

"Aku tidak mendengar keuntungan apa pun dari tawaran yang kau berikan," sindir Venus yang tersenyum smirk.

"Aku akan membuatmu mengandung bayiku," balas Ziever menarik bibir Venus dan melumatnya dengan brutal.

Venus tak membalas ciuman Ziever sama sekali. Ia hanya diam, tubuhnya kaku meskipun di dalam lubuk hatinya ingin membalasnya. Tetapi tetap saja-otaknya masih berusaha mengontrol akal sehatnya.

Ziever melepaskan ciuman dan menatap mata Venus. Ia mencari- cari percikan yang dulunya sering ia lihat saat mereka bersama, dan rasanya Ziever ingin menyerah saat tak menemukan hal itu lagi pada tatapan Venus yang berubah dingin.

"Kau lulusan terbaik, kau juga tidak terlalu buruk seharusnya kau mendapatkan yang lebih baik dariku," ujar Venus yang mengangkat satu tangannya mengusap puncak kepala Ziever.

"Kau bisa memilih banyak wanita di luar sana... Wanita yang jauh lebih cantik, dan lebih pintar dalam segala hal."

"Tidak. Aku hanya ingin kau! Persetan dengan wanita di luar sana," sambung Ziever dengan kilat kemarahan di matanya.

Venus meletakan tangannya di tengkuk Ziever, ia berjinjit hanya untuk membisikan satu kalian fakta yang harus Ziever ketahui darinya.

"Aku tidak bisa hamil, aku sakit."

Mata Ziever membesar ia menoleh dan menatap ke arah Venus yang tersenyum dengan amat sangat manis. Ziever menggelengkan kepalanya, ia yakin pendengarannya salah akan hal yang Venus katakan.

"Sebuah fakta yang harus aku sampaikan... Tidak usah cemas atau kasihan kepadaku," ucap Venus menurunkan tangan Ziever dari pinggangnya.

Venus memutar tubuhnya dan kembali memasukan kombinasi angka pintu apartemennya. Pintu apartemen kembali terbuka, kali ini Venus berhasil masuk.

"Sejak kapan?" tanya Ziever menahan pintu Venus.

"Sejak aku datang memintamu tidur denganku," jawab Venus menarik pintu apartemennya dan menguncinya.

"Lebih baik kecewa sebelum memulai, dari pada dirinya kecewa di akhir," monolog Venus dengan tertawa sumbang.

*****

 𝐏𝐋𝐄𝐀𝐒𝐄 𝐌𝐀𝐊𝐄 𝐌𝐄 𝐏𝐑𝐄𝐆𝐍𝐀𝐍𝐓 ( Explicit ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang