G'8

80 13 0
                                    

Selamat membaca



Pagi itu, setelah dua hari dari hari pertengkaran mereka, Grior sama sekali tak melihat wujud dari seorang Meisya di sekolah. Pagi itu juga begitu dingin sedingin hatinya yang kosong.

Sisa hujan semalaman masih menitik, menetes dari daun, pepohonan, ranting dan genting. Suaranya membuat Grior gelisah, entah karena apa Grior pun tidak tahu, yang pasti suaranya bising dan ia membenci itu.

Selama pelajaran berlangsung, Grior terkantuk-kantuk akibat ceramah panjang pak Harmaini, guru pelajaran sosiologi yang sering di sebut oleh Fikar bapak melehoy yang anggun dan cantik.

Ia masih dengan sabar menunggu waktu istirahat tiba berharap ia bisa bertemu dengan Meisya dan memperjelas semuanya.

"Pak, izin ke toilet ya pak!" ujarnya tak sanggup lagi, ia bukan seseorang yang menunggu, tapi di tunggu, tapi beda lagi urusannya jika menyangkut dengan Meisya, ia akan mencari gadis itu sekarang.

"Ya, jangan lama-lama ya boy!" sahut pak Harmaini dengan gaya slay yang membuat seisi kelas menahan tawa karena suara beliau yang gemulai dan mendayu.

Dengan segera, Grior berlari dengan leluasa di koridor yang sepi tanpa ada satu manusia pun di sana, kebisingan rintik hujan di kalahkan oleh suara bising murid-murid yang sedang bercanda di dalam kelasnya.

Seiring kakinya melangkah, hatinya tak henti-hentinya mengagungkan nama Meisya berharap agar hari ini ia bisa bertemu dengan gadis itu setelah dua hari menahan rindu.

"Assalamualaikum!" ucap Grior saat dengan tiba-tiba memasuki kelas XII MIPA 2, kelasnya Meisya.

"Waalaikumsalam!"

"Syalom!"

"Semoga tuhan memberkatimu!"

"Kenapa kamu?" tanya pak Eko, guru pelajaran olahraga yang heran melihat Grior si murid badung yang kelimpungan seperti mencari seseorang.

Grior melihat ke bangku Meisya yang kosong, mendadak ia lesu, sebenarnya ke mana gadis itu.

"Cari pacar saya pak!" jawab Grior menunduk.

"Yang mana pacar kamu?"

"Meisya pak!"

"Oh, Meisya dari dua hari yang lalu tampa keterangan!"

Grior memandang Kaula dan Biara, sorot matanya seakan bertanya, apakah kalian tau di mana Meisya?

"Kita juga gak tau, nomor dia gak aktif!" tutur Biara yang tau maksud tatapan Grior.

"Ya udah, makasih pak, maaf sudah menganggu!" Grior langsung keluar dari kelas itu tampa mau tau bagaimana tanggapan mereka terhadapnya.

Kakinya terus melangkah sedangkan matanya menelisik ke segala arah berharap hampa di hatinya segera menghilang.

"Duh... di kasi masuk gak ya!"

Grior membeku, ia menghela nafas lega sekaligus kesal yang terbit secara bersamaan. Di depan sana, gadis yang ia cari-cari berdiri di bawah payung merah muda yang lucu, rambutnya yang panjang sedikit basah terkena percikan air akibat payung yang tergesek saat ia berlari-lari kecil dengan jas hujan kelinci putih bersih di tangannya.

GRIOR | FRIENDLY BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang