6. Who ?

858 177 24
                                    

Sekitar pukul setengah empat sore Chika bersama dengan Lyn dan juga beberapa orang dari timnya di dampingi warga berjalan menuju sungai untuk mandi.

Karena ingin merasakan nuansa sore di sekitar, mereka menolak tawaran dari warga yang meminjamkan sepedah.

Dengan rambut di ikat, dan mengenakan kaos hitam dengan celana training.. Chika berjalan sembari memegangi tangan Dewi.

"Gais gais tempat ini cocok banget buat orang-orang yang mau menyendiri nggak sih? Atau nggak buat people people yang mau healing no budget.."  Lyn yang saat itu berjalan di depan Chikapun bersuara.

"Bener banget, apalagi disini juga udah susah sinyal kan ya jadi aman kalau buat kabur gitu.." Manda menimpali yang kemudian tertawa.

"Yang penting kamu nggak kabur kesini sama ayang kamu.." sahut Lyn cepat lalu membuat semuanya terkikik.

"Ya bisa-bisanya aku di coret dari KK sama mama aku.."

"Mama kamu emang mengakui Man?"

"Ya moga aja lah ya aku masih di akui.."

"Yeeuuy orang kamu main motor mulu. Lupa rumah."

"Iya weh, masak aku kemarin sama ayahku di suruh nikahin motor.."

Gelak tawapun meledak.

"Seriuus?"

"Iya serius.. katanya gini.. kamu ini mending pacaran dan nikah sama motor aja, hari hari motor terus motor terus apa nggak bosen kamu.." ucap Manda seolah tengah menirukan gaya bicara ayahnya.

"Sesat banget ayahnya Manda.."

"Ya kali aku mau berkembang biak bersama dengan besi dingin"

"Astaghfirullah Manda mulute Yo.."

Canda guraupun mengiringi perjalanan Chika dan juga teman-temannya, membuat nuansa yang sebelumnya kaku dan tegang pun mencair. Tak membutuhkan waktu lama merekapun bisa saling berbaur. Dan wajar saja mereka berasal dari kelas yang berbeda-beda. Kecuali Lyn dan juga Chika.

Tak hanya itu sejenak mereka juga menyapa beberapa warga yang tengah berada di halaman depan rumah maupun yang sedang berpapasan di jalan.

Tersenyum ramah.

"Tapi Chik.." ucap Dewi tiba-tiba . membuat Chika yang tertawa akibat ulah Mandapun menoleh menatap Dewi.

"Apa?" Jawabnya.

"Kamu beneran nggak papa to ini?" Kata Dewi yang membuat Chika menaikan alis nya satu.

"Maksud kamu?"

Langkah merekapun perlahan mulai memelan

"Kamu nggak papa berada di wilayah sini?" Suara Dewi terdengar khawatir dan juga was-was. Masih dengan logat Jawanya.

Mungkin teman satu angkatan Chika ini sudah tahu seluk beluk soal kekasih Chika yang meninggal.

Chika yang menangkap maksud ucapan Dewipun tersenyum.

"Kamu tahu Wi?"

"Ya jelas aku tahu to Chik, kamu ini gimana seh, kan kamu banyak yang mendekati, kamu juga banyak yang menyukai, bahkan ketua BEM di kampus kita saja juga tertarik sama kamu. Tapi kamu malah nggak menggubris mereka sama sekali.."

"Ya gimana Wii.."

"Pasti ada maksud di balik itu kan ya? Dan benar waktu aku tahu kalau kekasih dari anak ci Shani itu kamu.. ya aku agak terkejut.. "

"Kok gitu?"

"Ya gimana nggak terkejut la wong orangnya satu fakultas sama aku.."

Chika masih tersenyum. Dia tidak percaya bahwa kisahnya akan menarik perhatian banyak orang. Termasuk teman-teman di jurusannya.

HEY ARA II: Sky, Stars, And UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang