9. The beginning of a..

1.2K 209 50
                                    

Belum lama Chika membuka kedua matanya. Tubuhnya yang lemah masih terbaring di  tempat tidur dengan selimut yang membungkusnya. Pikirannya saat bangun mendadak terbayang oleh surai wajah sosok laki-laki yang kemarin bersamanya di bawah derasnya guyuran air hujan.

Chika menyesal bahkan merasa sangat kesal, kenapa dirinya malah tak sadarkan diri, lantas pingsan. 

Rasanya Chika ingin memutar kembali keadaan kemarin. Keadaan yang di mana dia dengan laki-laki bernama Alan itu  bertemu.

Chika berulang kali menghela nafasnya. Sudah lamakah dia tak sadar?

Cuaca saat itu masih mendung, seolah tahu bahwa hati Chika sedang tidak baik-baik saja. Tak hanya hati badan fikirannya pun sama.

Memiringkan tubuhnya, Chika kemudian menatap payung yang kemarin ia bawa. Menatap payung itu dengan tatapan yang berbinar.

"Ara?"

"Nggak aku nggak halu kan Ra.. itu beneran kamu kan..."

Chika berbicara dengan payung yang menangkup itu. Payung berwarna ungu. Berukuran sedang. Seolah dia berbicara dengan sosok Al Tara disana.

"Aku nggak mungkin ra salah lihat"

"Mata laki-laki itu sama kaya punyamu"

"Hidungnya"

"Wajahnya"

"Suaranyapun sama"

"Tapi. Kenapa kamu nggak ngenalin aku??"

"Apa yang terjadi Raa..?"

"Kenapa bisa kamu sama Ella? "

"Apa Ella yang nemuin kamu Raa.. "

"Arggghh!" Chikapun mengacak-acak rambutnya. Dia merasa sangat menyesal pun kesal.

Jika saja teman-temannya melihat aksinya saat itu, pasti mereka mengira bahwa Chika ini sudah gila.

Tapi beruntungnya Isna dan juga yang lain sudah lebih dulu bertugas dan meninggalkan sepucuk kertas yang berisi surat yang di selipkan di antara tangan Chika. Alih-alih sebagai media komunikasi untuk Chika.

Salahkan sinyal yang susah dan membuat mereka menggunakan media surat menyurat sebagai alat berkabar.

Perginya Isna dengan yang lain bukannya tidak ada maksud atau tujuan, melainkan pagi-pagi sekali Isna mendapatkan informasi dari warga setempat, karena akibat curah hujan yang tak kunjung reda, di wilayah dekat dengan kebun teh yang dimana terdapat juga pemukiman warga terjadi bencana tanah longsor.  Mengakibatkan beberapa rumah warga tertimbun.

Angin datang bergerak, bersayup lembut. Yang kemudian Menerpa kulit Chika dengan sopan. Chika menghela nafas yang sangat panjang.

"Kamu udah bangun? Syukurlah, makan dulu yuk.."

Jinan yang baru saja dari dapur, datang membawa nampan dengan teh di atasnya dan juga mangkuk.

Chika sedikit tersentak dengan kehadiran kakaknya itu.

"Loh kak Jinan? Masih disini kak? Ku pikir kak Jinan dah pulang." kata Chika yang kemudian bangun dari posisi tidur.

Jinan kemudian duduk di kursi yang berada di samping tempat tidur Chika. Mengusap lembut rambut Chika yang tergerai. 

Jinan tersenyum.

"Harusnya kakak langsung pulang semalam karena ada rapat nanti siang, cuma kalau ngelihat kamu kek gini masak kakak tega ninggalin kamu? "

Kemudian Jinan mengambil mangkuk yang berisi bubur diatas nampan.

"Lagian katanya ada tanah longsor, akses jalannya sepertinya juga di tutup.." Jinan kemudian menyuapi Chika dengan satu sendok berisikan bubur yang sempat ia buat.

HEY ARA II: Sky, Stars, And UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang