#BAB:6|Prikolog datang.

24 2 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh readers.

Pagi yang cerah matahari bersinar dengan terangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang cerah matahari bersinar dengan terangnya. Tidak dengan zahra,hari ini keadaan psikis Zahra bertambah para sejak kemaren teman-teman Zahra pulang. Ia sering teriak,menangis dan sempat ingin bunuh diri. Syukur nya bunda Rina sempat lihat Zahra saat ingin menusuk dirinya menggunakan gunting.

Flashback.

Suatu malam pada saat ayah Umar dan bunda Rina melaksanakan sholat isya di masjid. Mereka tega meninggalkan Zahra sendiri di kamar rawatnya pasalnya pada saat itu Zahra tertidur sangatlah lelap.

Namun pada saat bunda Rina kembali ke dalam kamar rawat Zahra. Beliau melihat Zahra yang sedang menangis dengan tangan yang menggenggam gunting yang amat tajam. Bergegas bunda Rina berjalan menghampiri Zahra,dengan melempar mukenah miliknya ke atas sofa.

Beliau langsung merampas gunting tersebut dari genggaman Zahra dengan deraian air mata yang mulai mengalir di pipi mulus miliknya."Apa yang ingin lakukan!"Ucap bunda Rina dengan penegasan. Belum tidak pernah menyangka apa yang kan di lakukan Zahra saat ini. Jika dirinya terlambat pasti Zahra sudah menusukkan gunting kedalam Perut miliknya.

Zahra mendongakkan kepalanya melihat kearah bunda Rina."Kembalikan gunting itu!!"Bentak Zahra ia emosi dan pikirannya sudah tak terkontrol lagi. Pasalnya ia sudah berani membentak bunda Rina , bunda yang sudah ia anggap menjadi ibu kandungnya.

"Zahra istighfar,Ini bunda"Ucap bunda Rina sembari membuang gunting tersebut ke sembarang arah. Dengan sigap ia memeluk erat tubuh zahra walapun zahra sempat memberontak ia masih kekeh memeluk putrinya tersebut.

"Bundaaa,biarin Zahra mati, Zahra mau Umma. Zahra benci laki-laki, Zahra benci cinta. Zahra mau Umma,Umma di mana?"Lirih Zahra yang masih berada di pelukan bunda Rina. Tubuh mungilnya yang sudah mulai tak berdaya,lemas dengan keringat bercucuran.

"Kamu ada bunda,ada ayah dan mas Daffa. Kita semua sayang sama Zahra,dan pasti Umma Zahra nggak mau lihat Zahra seperti ini"Ucap bunda Rina mengusap lembut kepala Zahra yang tersandar di pundaknya.

"Zahra butuh Umma"

"Umma Zahra kangen"

Seperti itulah ocehan-ocehan yang keluar dari mulut Zahra,ia hanya bisa melamun dan tatapan matanya yang kosong. Membuat bunda Rina dan ayah Umar khawatir.

Flashback off.

Kali ini Zahra kedatangan seorang psikolog yang dulu pernah menangani psikis zahra pada saat dirinya masih usia 7 tahun. Kedatangan dokter Meilani sudah di tunggu oleh kedua orang tua angkat Zahra tersebut tepat nya om dan tentenya. Mereka sangat senang saat dokter Meilani datang pasalnya mereka ingin segera Zahra mendapatkan penanganan.

"Terima kasih dokter Meilani sudah menyempatkan waktunya untuk datang ke mari"Ucap ayah Umar.
Pasalnya dokter Meilani bukan dari rumah sakit sejahtera ini. Melainkan dari Surabaya.

Az-ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang