5. BAGI KELOMPOK

388 55 5
                                    

"Hei Mark!" Haechan lari kearah Mark yang berjalan dengan santainya.

"Oh, uhm." Mark menoleh sebentar dan mengangguk.

"Kau mau ke kelas?" tanya Haechan.

Mark membalasnya dengan mengganguk lagi. Canggung. lagi. Haechan sangat tidak suka suasana seperti ini. Jika tau ia tadi tidak akan mendatangi Mark dan berjalan di sampingnya. Hingga akhirnya mereka berjalan menuju kelas hanya diisi oleh suara langkah kaki dan suara angin yang kadang berhembus agak kencang.

"Ah, Haechan, hari ini Sehun-ssaem bilang tidak bisa masuk karena ia harus mengurus istrinya sedang sakit,"

Haechan yang baru sampai di depan pintu dikejutkan oleh Jungwoo yang tiba - tiba memberikan kertas padanya.

"Ini tugasnya, kita disuruh dibagi kelompok untuk mengerjakan praktek halaman 82 tentang pelarutan zat. Sehun-ssaem bilang, untuk masalah kelompok masing - masing terdiri dua anggota dan harus terbagi secara adil," Haechan pun mengangguk sambil melihat buku paket Jungwoo.

"Lalu?" tanya Haechan.

"Astaga, kau ini, aku ingin kau membantuku membagi kelompok, jika sudah nanti aku akan jelaskan materi dan apa saja yang harus di kerjakan,"

"Ah begitu, baiklah," Haechan pun langsung berjalan ke meja guru mengambil spidol tanpa menaruh tasnya dulu.

"Semuanya ku mohon tenang lah, kita ada tugas!" ucap Haechan sambil mengetuk spidol di atas meja hingga mengeluarkan suara 'tuk tuk'.

"Lucas apa yang kau lakukan?! Letakkan sapu itu dan duduklah!" ujar Haechan mulai berteriak. Kelasnya benar - benar gaduh.

BUGH!!

Seseorang telah meninju tembok hingga terlihat sedikit retakkan, kelas yang awalnya tadi sangat bising tiba - tiba berubah menjadi senyap karena suara itu.

"Apa kalian tidak punya telinga? Haechan sudah menyuruh diam, kenapa mulut kalian masih berbicara? Apa kalian tidak pernah diajarkan untuk menghargai orang lain? Duduklah!" satu perintah yang membuat semua murid di kelas itu menunduk dan berjalan ke bangku mereka masing - masing dengan gemetar.

"M-mark..."

"Lanjutkan," jawab Mark dengan nada dingin sambil menyandarkan badannya di kursi dan menatap Haechan. Haechan pun langsung gelagapan dan mulai melihat ke arah Jungwoo.

"Uhm.. Ah, hari ini Sehun-ssaem bilang tidak masuk karena ada sesuatu yang dia urus, tapi bukan berarti kita free, kita akan ada tugas dan itu berkelompok. Sekarang kita akan membaginya secara acak supaya adil....."

"Kenapa tidak pilih sendiri saja?" sahut Lucas tiba - tiba.

"Tidak ada yang menyuruh dan mengizinkanmu bicara," nada ketus itu kembali terdengar dari Mark. Lucas pun menggaruk tengkuknya dan bersumpah tidak akan bicara lagi.

Jungwoo dan Haechan kembali bertatapan seolah berbicara 'sepertinya Mark lebih cocok jadi ketua kelas daripada Yeonjun'.

"Ehm baiklah, tulis nama kalian di kertas kecil lalu dilipat dan taruh disini." Haechan menepuk meja di hadapannya. Isi kelas pun langsung dipenuhi oleh suara sobekan kertas dan mereka menulis nama mereka masing - masing, termasuk Haechan dan Jungwoo. Murid disitu tak ada lagi yang berani berbicara setelah Mark membuka mulutnya.

"Aku menemukan ini dibelakang kelas, gunakan ini saja untuk mengguncang namanya," ujar Jungwoo sambil menyodorkan botol minum plastik berukuran kecil yang kosong.

"Seperti yang kalian lihat, aku menggunakan botol ini untuk menentukan kelompok, jadi aku dan Jungwoo tidak melakukan kecurangan apapun dalam membaginya. Baiklah sekarang kita mulai,"

Haechan pun mulai mengguncang botol itu dan dua kertas kecil keluar bersamaan.

"Kelompok pertama, kau dan Lucas,"

Jungwoo pun mengangguk dan mulai menulis.

"Eh tunggu.. siapa? Lucas?" tanya Jungwoo terkejut tak percaya. Haechan mengangguk dengan polos dan menunjukkan dua nama di kertas bersamaan. Jungwoo hanya bisa menghela nafas pasrah, Lucas itu tidak bisa dipercaya.

Dari tempatnya duduknya, Lucas bersorak dan tersenyum sumringah. Selain karena Jungwoo pintar, ia akhirnya juga bisa modus menghabiskan waktu dengan Jungwoo.

"Kelompok kedua, Yeonjun dan Daisy,"

Begitu pun seterusnya hingga mereka terbentuk menjadi delapan kelompok.

Setelah kelompok dibagikan, Jungwoo mulai menjelaskan tentang materi itu sekilas dan mulai mengatakan tugas yang harus mereka kerjakan, lalu ia dan Haechan pun duduk kembali di bangku mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah kelompok dibagikan, Jungwoo mulai menjelaskan tentang materi itu sekilas dan mulai mengatakan tugas yang harus mereka kerjakan, lalu ia dan Haechan pun duduk kembali di bangku mereka.

"Hhh, kenapa aku harus satu kelompok dengan kingkong itu." Jungwoo memijit pelipisnya.

"Tidak hanya kau saja yang menderita Jungwoo. Aku juga kenapa harus satu kelompok dengan balok es itu, padahal aku juga perlu teman bicara." Haechan menyembunyikan kepalanya di lipatan tangannya.

Jungwoo menatap Haechan sambil tersenyum. Memang, Haechan itu anaknya cerewet sehingga ia tidak bisa jika diajak diam, dia akan merasa gelisah. Sepertinya ia dan Haechan merasa partner kelompoknya tertukar. Jungwoo yang menyukai ketenangan saat mengerjakan tugas agar fokus dan Haechan yang perlu teman bicara agar suasana tidak bosan.

"Kapan kita akan mengerjakannya?" Mark menoleh ke belakang dimana Haechan duduk tepat di belakangnya.

"Terserah kapan kau bisanya," ujar Haechan sambil mencatat tugas yang dijelaskan Jungwoo tadi. Ia tidak sempat mencatat untuk dirinya karena harus mencatat kelompok itu dan absen untuk diserahkan kepada Sehun-ssaem.

Mark pun berdecak kesal pada Haechan dan kembali membalikkan badannya. Haechan yang melihat langsung merasa bersalah dan berhenti menulis lalu melihat Mark dari belakang.

"Ma.. maafkan aku Mark, aku tidak bermaksud, aku hanya takut jika kau kesal jika aku yang menentukan waktu seenaknya. Bagaimana jika besok?" ujar Haechan tertunduk sambil merasa gugup. Mark pun langsung berbalik badan kembali dan menatap Haechan.

"Tak perlu merasa bersalah. Baiklah, jam berapa?" tanya Mark lagi.

"Jam 11 mungkin? Kita mengerjakannya di kafe saja sekalian makan siang,"

"Baiklah, aku akan menjemputmu." Haechan menatap Mark, belum lagi Haechan bersuara Mark langsung meletakkan jarinya dibibir nya.

"Aku tau dimana rumahmu, jadi jangan khawatir, aku takkan tersesat." Haechan mengernyit bingung, padahal Haechan baru saja ingin bertanya apakah Mark tau rumahnya, kenapa Mark bisa membaca pikirannya?

"Tentu aku bisa membaca pikiran dan isi hatimu Haechan,"

Mark menyebalkan!

"Jangan menyebutku seperti itu,"

"Berhentilah Mark!" Haechan mengerucutkan bibirnya dan menutup mukanya dengan buku.

Mark terkekeh dan itu mengundang lirikan dari beberapa murid yang lain. Wajah Mark manis saat tertawa dan itu karena Haechan.

"Ekhm, berhenti melihatku," ujar Mark langsung dingin lagi.


















































happy lated birthday nakamoto yuta😍🎉🎉🎊anjayani bias aing ultah woe, wish nya smg kita cepat ketemu ya sayang😘🙏🏻

Love Me Like You Do [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang