"Masuklah." Mark membuka pintu dan mempersilahkan Haechan masuk terlebih dulu.
Simpel, dan nyaman, juga luas. Itu yang Haechan lihat dan rasakan saat masuk ke kamar Mark. Tunggu, apa ini bisa disebut kamar?
Mark tersenyum, "Aku tidak tidur jika kau lupa."
Haechan pun melihat sekeliling ruangan itu. Tanpa AC dan kipas, hanya rak buku, lemari pakaian, lukisan, meja rias yang menjadi satu dengan meja belajar, dan... oh pajangan kepala rusa. Ia juga berinisiatif membuka jendela kamar Mark yang mengarah langsung ke hutan. Ia merasa aneh sebenarnya. Ia pun berjalan ke sofa dan merebahkan dirinya disitu.
"Hahh nyaman juga disini, hawa sejuk yang langsung dari hutan membuat pikiran ku rileks,"
"Kau ingin bertanya?" ujar Mark. Hhhh kebiasaan sekali membaca pikiran orang seenaknya!
"Baik-baik maafkan aku, aku tidak sengaja,"
"Kau tidak berniat mencari soulmate seperti keluargamu Mark? Aku tidak bermaksud mengejekmu hanya saja—"
"Untuk saat ini tidak, atau mungkin nanti tidak akan pernah," nada bicara Mark berubah menjadi dingin yang membuat nyali Haechan menciut.
"Aku trauma Chan, selama aku mengenalmu aku telah banyak berbohong padamu, tapi karena kau sudah mengetahui banyak aku akan jujur." Mark berdiri dan duduk di sofa single yang ada di hadapan Haechan sambil menatapnya.
"Aku dulu sama sepertimu, mungkin saat itu umurku sekitar 22 tahun. Aku adalah pelatih para prajurit, hingga akhirnya aku mendapat panggilan ke suatu tempat untuk melatih prajurit kerajaan mereka,"
Bersamaan dengan Mark bercerita, kepalanya mulai memutar memori ulang bagaimana pertama kali perjalanannya hingga ia bertemu gadis itu, yang merubahnya menjadi makhluk penghisap darah. Kepalanya tiba-tiba terasa berdenyut.
"Mark kau baik-baik saja? Tidak apa jangan dilanjutkan jika itu membuatmu sakit, aku tidak memaksanya." Haechan menahan bahu Mark agar tidak terjatuh.
"Aku akan meneruskannya, ini bukan masalah." Mark kembali duduk dengan tegap.
"Hingga aku bertemu dengan gadis itu, ia bernama Mina. Gadis yang mengatakan ia lah yang memanggilku untuk melatih pasukannya. Namun ya seperti yang kau tau, itu bukan pasukan biasa,"
Hal itu teringat sangat jelas di otak Mark, dimana lehernya merasakan sakit yang luar biasa hingga membuat tanda titik dua berwarna merah.
"Dia mengubahku, sama sepertinya, lalu membentuk dan melatih pasukan vampir untuk merebutkan wilayah. Kami selalu menghabiskan waktu bersama hingga aku berpikir ia pasti soulmate ku. Namun saat kemenangan berpihak pada kami, ia meninggalkanku, dan saat itu juga, aku melihatnya bersama pria lain di pinggir pantai and yea.. they kissing.. di malam terang bulan purnama. Aku sadar, aku hanya di manfaatkan, bodohnya aku jatuh cinta padanya," Mark menjeda ceritanya dan tersenyum miris.
"Aku kehilangan arah, hingga akhirnya mommy menemukanku dan mengangkatku menjadi bagian dari keluarga ku yang sekarang. Dan akhirnya Jeno datang, daddy yang membawanya. Terakhir Jaemin ia datang kesini saat masih kecil, mommy juga yang membawanya,"
Haechan mengerti, ia tidak meminta Mark untuk bercerita lagi untuk saat ini.
"Tanyakan saja apa yang ingin kau tanya,"
"Tidak apa, akan ku simpan dulu sebentar nanti akan ku tanya langsung saat aku ingin tahu. Dan ya, berhentilah membaca pikiranku Jung! Kau sangat tidak sopan." Haechan berdiri sambil menghentakkan kakinya.
"Ah iya, jika saat itu umur 22 tahun, berapa umurmu sekarang?"
"173 tahun,"
"Oh ya tuhan, ternyata aku mempunyai teman sekelas seorang kakek-kakek," ejek Haechan.
"Biarkan saja, yang penting wajahku tidak menua,"
"Huh curang sekali!"
"Kau ingin sepertiku hm?"
"Jika itu akan membuatku terus muda, maka aku pasti akan mengatakan ya dengan keras, tapi mengingat aku tidak akan bisa memakan cemilan manis favoritku lagi, aku jadi berpikir lebih baik seperti ini,"
Mark hanya terkekeh sambil menyentil pelan jidat Haechan.
"Tck akk! Kau ini kenapa sih Mark?"
"Kau manusia hidup yang menggemaskan Chan, "
"Hei bukankah kau juga manusia hidup?!"
"Raga kami memang hidup, tapi kami tidak memiliki jiwa," jelas Mark.
"Ah iya, mom tadi kenapa?" tanya Haechan penasaran.
"Perisai mu,"
"Hah?!"
"Iya, perisai mu melindungi mu,"
"Mark aku tidak memakai apa-apa,"
"Kau memang tidak merasakannya, tapi bangsa kami iya. Karena kau memiliki darah yang sangat berharga bagi kaum kami, maka perisai itu akan otomatis ada untuk melindungi dirimu, tanpa kau ketahui dan sadari,"
"Lalu mengapa hal itu tidak berpengaruh padamu?"
Mark mengendikkan bahunya. Ia juga merasa bingung dan aneh. "Aku juga tidak tau. Pertama kali bertemu dan kontak fisik denganmu aku memang seperti yang lain, merasa seperti tersengat listrik. Namun tiba-tiba saat kejadian di UKS aku mengusap kepalamu, aku tidak merasakan sakit lagi saat aku menyentuhmu,"
"Bagaimana bisa..."
"Aku juga tidak tau," ucap Mark dengan nada yang tidak santai.
"Ya sudah tidak usah marah kenapa sih,"
"Yasudah iya. Haechan, satu lagi yang harus kau tau,"
"Apa?"
Tokk... tokk!
Pintu diketuk dengan lembut dari luar, namun suaranya terdengar sangat jelas. Yang membuat kedua manusia yang berada di dalam itu mengalihkan atensinya pada pintu. Setelah itu pintu di buka perlahan yang memperlihatkan sosok Jaehyun tersenyum ke arah Mark.
"Kau sudah siap Mark?" tanya Jaehyun. Sedangkan yang ditanyakan menautkan alisnya bingung.
"Hm? Sekarang dad?"
"Kita tidak punya banyak waktu Mark Jung,"
Mark mengangguk mengerti.
"Baiklah." Jaehyun mengangguk dan menutup pintu itu.
"Ada apa Mark?"
"Jangan terkejut setelah ini." Mark tersenyum miring.
happy belated new year every1!! janlup positive vibes nya di bawa sampai akhir taun ini yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do [ ✔ ]
Vampiros[ JANGAN SALPAK! MARKHYUCK AREA ] GASUKA MINGGAT, GAUSAH HUJAT Mark yang awalnya di minta keluarga nya untuk mendekati Haechan agar mudah mendapatkannya, dan menjaga nya dari vampir lain agar tidak menggigit Haechan karena itu hanya miliknya, dan ke...