🐰AO-15🐰

5.6K 779 74
                                    

Ayo vote dan komen!

200 vote dan 100 komen gas.

....

Arik menjerit keras sampai rasanya tenggorokan Arik sakit, dia menjerit tak karuan setelah sampai kembali di rumahnya.

Rumah yang memang tempat tinggalnya sedari bayi.

"ARIK GAK MAU DISINI! ARIK MAU KEMBALI KE TEMPAT LENE!"

Orang tuanya terpaksa memborgol tangan Arik dikepala ranjang agar pria itu tak melarikan diri.

"Bagaimana ini, sejak pulang dari sana, dia terus menjerit dan menangis." Mommy Arik sampai tak tau harus melakukan apa.

Anaknya sudah seperti kehilangan nikotinnya, seperti kehilangan obat yang selama ini membuatnya kecanduan.

"T-tapi kita gabisa biarin Arik disana, gadis itu pasti sudah—"

"MOMMY BIARIN ARIK PERGI! ARIK MAU ABILENE ARIK BUTUH ABILENE! Hiks..Arik kangen Lene..Arik mau Lene..hanya Lene..hiks..ARGHHH BIARIN ARIK KELUAR!"

Hancur sudah, Arik tak bisa mengatur dirinya sendiri sejak pulang dari villa Abilene, benar-benar ketergantungan dan begitu butuh Abilene.

Arik tak mau apapun, bahkan jika dia harus miskin sekalipun, dia hanya mau Abilene.

Bahkan jika hanya dijadikan jalang ataupun lacur pribadi Abilene, Arik tak masalah asal bisa bersama Abilene.

Arik hanya butuh keberadaan Abilene bersamanya, pelukan Abilene, ciuman Abilene, kehangatan tubuh dan kenyamana yang hanya ada pada Abilene.

Membayangkan pria yang bersama Abilene kemarin, semakin membuat Arik menggila.

"ARGGGHH! BIARIN ARIK KETEMU ABILENE! ABILENE NANTI DICURI LAKI-LAKI SIALAN ITU! ABILENE MILIK ARIK ABILENE HANYA MILIK ARIK!"

Rambut sebawah telinga Arik berantakan, wajah manis Arik bahkan sudah kacau.

Air mata, pipi dan hidung memerah, bibir yang berdarah karena Arik menggigitnya.

"Hiks..mau Abilene..tolong..berikan Abilene..hanya mau Abilene..Arik hanya mau Abilene..tolong..berikan Abilene.." isaknya pilu.

Tak ada jawaban, Arik lemas, tak ada lagi tenaga untuk berteriak.

Isakan semakin kuat, Arik hanya mau Abilene, kenapa mereka tak membiarkan Arik bersama Abilene kenapa!?

"Mau Abilene..mau Abilene..hiks..biarin Arik sama Abilene saja..Arik hanya mau Abilene.."

Arik merasakan sesak menghantam dadanya, tarikan napas Arik mulai dirasa sulit.

"A-abilene..hiks..hahh.."

Arik tak bisa menahannya, sampai kegelapan menelan Arik yang masih saja memanggil nama Abilene dari sela bibirnya.

Sementara dilain tempat.

"Abilene, obatmu."

Senyum tipis Abilene berikan pada laki-laki yang tempo hari dia sebut lacur pribadi, padahal nyata nya bukan.

Pria itu adalah adik angkat Abilene, seorang Dokter yang menangani penyakit Abilene saat ini.

"Untuk apa obat? Kematianku sebentar lagi."

"Hush, ngomongnya kok gitu sih, ayo minum obatnya."

"Iya-iya, cerewet banget."

"Hei! Aku dengar itu."

Abilene mencibir tanpa suara, menatap malas 7 pil obat yang harus dia minum selama sisa hidupnya.

Setelah meminum obat sialan itu, Abilene menghela napas panjang.

"Bagaimana dengan Arik?" tanya nya pelan.

"Kata Tuan dan Nyonya Bayanaka, Arik terus menjerit dan mengamuk di kamarnya. Dia ingin bertemu denganmu."

Kekehan ringan Abilene berikan.

"Biarkan saja dia menemuiku, tapi nanti dipemakamanku, pasti dia akan semakin menggila."

Pria itu, namanya Veine, seorang Dokter muda.

"Jangan begitu, kasihan Arik kalau harus mendatangi makammu nanti, dia bisa bunuh diri saat itu juga."

"Ya tak apa, mana tau kami bisa ketemu."

"Ngawur kamu, udah istirahat sana."

Abilene tak menjawab, dia menahan tangan Veine lalu tersenyum miris.

"Aku serius Veine, biarkan Arik datang disaat terakhirku, berjanjilah."

Veine tak menjawab, dia melengos kesal "Kamu akan sembuh, jadi diamlah." ketusnya.

Abilene tertawa pelan, kenapa Veine harus berkata seperti itu. Membuat Abilene berharap saja.

🐰Bersambung🐰

Abilene's Baby [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang