Our Baby_°12°

97 26 5
                                    

Hi mentemen???

Bisakah kalian membaca tanpa skip, lalu vote dan koment?

Sejauh ini saya gak minta follow ama bagikan bukan?

Ah entahlah. Semuanya membuat saya tak bersemangat.

Happy reading all....

"Ai dan memori masa lampau"




"Nggak papah! Chu-Ling berani sumpah! Chu-Ling gak lakuin apa-apa! Chu-"

"DIAM!!! ANAK MEMALUKAN! KELAKUAN KAMU ITU KOTOR BANGET! BAHKAN KAKAK KAMU AJA NGGAK BERANI KAYAK GITU! LIHAT JINHA! CONTOH DIA!"

serentak sentakan itu membuat Chu-Ling terdiam.

Air matanya masih mengalir walaupun sudah membasahi sebagian pakaiannya. Kepalanya tertunduk, bibirnya bergetar, matanya terpejam menahan ribuan rasa sakit yang menyerbu hati kecilnya.

Wajah kusamnya nampak semakin menyedihkan kala ditambah dengan rambut yang berantakan hasil jambakan ayahnya. Kenapa? Kenapa ia terus mengalami hal seperti ini?

Xue Jinha. Kakak tirinya juga selalu saja memfitnah dirinya. Apa salahnya??? Kenapa Jinha sampai se-benci ini padanya?
Ibu tirinya juga. Semenjijikan apa seorang Xue Chu-Ling sebenarnya???

"LIAT FOTO INI LIAT!!! KAMU NGELAKUIN KONTAK BIBIR SAMA COWOK, MALAM HARI SEPULANG SEKOLAH DIJALAN SEPI SEBELUM SAMPE RUMAH!!! MAU JADI APA KAMU?! MAU JADI JALANG?! PAPAH SEKOLAHIN KAMU DI SEKOLAH MAHAL, TAPI KELAKUAN KAMU?! DASAR KOTOR!"

"I-ituu, bohong pah, fotonya, di, ed-"

"DI EDIT??? GAK MUNGKIN DI EDIT! COWOKNYA AJA UDAH NGAKU SAMA PAPAH!"

Teriakan ketiga, berhasil membuat Chu-Ling terdiam seribu bahasa. Apa lagi yang dapat ia katakan untuk membela dirinya???

"MULAI SEKARANG, KAMU, BUKAN ANAK KANDUNG SAYA LAGI, KAMU, BUKAN, ANAK, SAYA. NGERTI KAMU??? CEPET PERGI DARI RUMAH INI?!"

sudah terduga, dari dulu Chu-Ling mengira hal ini pasti akan terjadi. Cepat atau lambat, kehadirannya dirumah ini hanya akan menjadi pengalaman menyedihkan baginya. Ia meremas roknya guna menahan amarah dan rasa sakit.

Dengan langkah yang terasa begitu berat, iapun pergi dengan pakaian lusuh meninggalkan ayah kandungnya yang dibutakan oleh kemarahan, meninggalkan ibu tirinya yang tak bereaksi ataupun berekspresi, seperti biasanya. Dan, menyisakan kakak tirinya yang sedang tersenyum puas.

Chu-Ling sontak menoleh setelah menghapus air matanya, lalu tersenyum manis pada ayahnya yang juga sedang menatapnya dengan tatapan kecewa. Mungkin, ini yang terakhir kali.

***

Malam ini, hujan turun dengan deras, seakan ikut berduka atas kesedihan yang dirasakan Chu-Ling. Gadis itu berjalan gontai tak tentu arah dengan tangis yang masih tak dapat ia hentikan.

Akhirnya, ia sampai disebuah tempat. Tempat yang nampak begitu sepi, tapi begitu tenang, dimalam hari dan siang hari, ya, pemakaman.

"Mah......... Chu-Ling kangen mamah....... Mereka semua jahat. Papah gak sayang Chu-Ling...... Mamah tiri juga, jiejie Jinha juga...... Chu-Ling pengen cepet-cepet nyusul mamah...... mamah ninggalin Chu-Ling karna mamah gak sayang yah sama Chu-Ling?......Chu-Ling capek...... Dunia gak suka sama kehadiran Chu-Ling....... Sekarang Chu-Ling harus apa? Kemana? Chu-Ling udah nggak kuat..........."

Ia menumpahkan kesedihannya dengan keadaan yang kacau, air matanya yang terus berjatuhan, penampilan yang benar-benar berantakan, ia terduduk lemas disamping sebuah makam dengan nisan yang bertuliskan 'Xie Han-Mi', ya, ibu kandung dari Chu-Ling.

Malam itu, akan menjadi malam yang tak akan pernah dilupakan oleh seorang Xue Chu-Ling. Mungkin sentakan malam itu akan menjadi sentakan terakhir yang akan Chu-Ling dengar, akan menjadi kesedihan Chu-Ling yang paling akhir, dan pengalaman-pengalaman buruk yang akan menjadi sejarah dan kenangan.

Saat itu, umurnya baru 15 tahun. Kelas 2 SMP, tapi saat kakak kelas melaksanakan UN dia juga ikut, jadinya dia lulus tanpa harus menduduki kelas 9. Beruntungnya Chu-Ling sudah lulus sekolah, jadi tak ada lagi orang yang akan membully-nya akibat ulah kakaknya.

Anak itu duduk sambil memeluk lututnya disamping makam ibunya tanpa ada niatan untuk beranjak. Dia tidak punya apa-apa sekarang. Keluarga, uang, harta, kasih sayang, tidak. Dia tidak punya apa-apa.

Matahari perlahan naik. Ah, sudah pagi. Tapi pikiran Chu-Ling terlalu kalut untuk bisa memikirkan ke depan. Hatinya masih sakit, amarahnya masih tersimpan, perasaan kecewa masih terasa, dendam muncul, semua bercampur menjadi satu.

Sekarang Jinha berhasil mengasingkan dirinya. Se-benci apa Jinha padanya? Kenapa sampai harus mengotori nama baik, martabat, dan harga dirinya??? Mungkin fitnah ini akan tersebar cepat atau lambat.

Chu-Ling mengerti. Ia sekarang punya ide. Ia rasa, ia harus meninggalkan Guangzhou, kota tempat kelahirannya. Kota tempat ia dibesarkan. Kota dengan nama ayahnya yang harum atas kariernya yang Perfect. Kota tempat peristirahatan terakhir ibunya, walaupun berat, tapi Chu-Ling harus melakukannya. Jika tidak, dia akan terus terpojok dengan cibiran dan hinaan.
Ya, Chu-Ling harus pergi!!!!!!

Kemana pun itu, entah ke Beijing atau kemana. Tapi satu tempat yang harus di hindari, MACAO!

saat ia hendak berdiri, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dibelakang. Chu-Ling terdiam. Pergerakannya di hentikan. Ada perasaan tak enak muncul di benaknya. Siapa itu? Saat ia menoleh..........................







Lanjut di chapter baru

 Our Baby °yu zeyu°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang